Aksi Solidaritas Mahasiswa Papua di NTT, Ada Bendera Bintang Kejora

Konten Media Partner
25 Agustus 2019 9:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi solidaritas untuk Papua  yang digelar oleh belasan mahasiswa Papua di Kupang, NTT pada Sabtu (24/8) sore. Sumber foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Aksi solidaritas untuk Papua yang digelar oleh belasan mahasiswa Papua di Kupang, NTT pada Sabtu (24/8) sore. Sumber foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
KUPANG- Belasan mahasiswa asal Papua di Kota Kupang, NTT yang tergabung dalam Komite Aksi Solidaritas untuk Papua-Kupang NTT (KASPA-KUPANG NTT) menggelar aksi demonstrasi di depan Mapolda NTT, Sabtu (24/8) pukul 15.00 WITA.
ADVERTISEMENT
Aksi itu sebagai bentuk solidaritas terhadap aksi persekusi, represif dan ujaran-ujaran rasis yang tidak manusiawi terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Pantauan wartawan, aksi itu dikawal ketat aparat Polres Kupang Kota. Mahasiswa membawa gambar bendera kemerdekaan Papua Bintang Kejora dan beberapa atribut lainnya. Mahasiswa terus berorasi mengutuk aksi rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jawa Timur.
Orasi mahasiswa pun beralih ke isu referendum untuk Papua merdeka. Mereka meneriaki yel-yel kemerdekaan Papua dan menyanyikan lagu Papua bukan NKRI. Meski demikian aksi itu berjalan kondusif.
Koordinator aksi Maichel Mirip mengatakan aksi itu sebagai bentuk protes terhadap tindakan represif yang dilakukan oleh aparat keamanan (TNI dan POLRI) dan ormas sipil reaksioner terhadap mahasiswa Papua.
ADVERTISEMENT
Dalam satu bulan terakhir, kata dia, tercatat ratusan aktivis mahasiswa ditangkap oleh aparat keamanan saat hendak melakukan aksi demonstrasi damai di beberapa kota seperti Ternate, Ambon, dan Malang. Bahkan untuk Malang, massa aksi mendapat serangan verbal dan fisik. Mereka dimaki menggunakan nama binatang sekaligus dipukul, dan dilempari oleh ormas reaksioner serta aparat berpakaian preman. Akibatnya, enam mahasiswa terluka parah.
Represifitas tidak berhenti di situ. Ke-esokan harinya tanggal 16 Agustus 2019 sekitar pukul 16:00 WIB mahasiswa Papua yang sedang berada di asrama Kamasan Papua Surabaya dikepung oleh TNI/POLRI, Ormas, dan SATPOL PP.
Seperti yang terjadi di Malang, mahasiswa juga mendapatkan makian bernada rasis dari massa yang mengepung. Pengepungan juga disertai dengan perusakan fiber penutup pagar Asrama Kamasan Papua. Mereka menuduh mahasiswa Papua telah merusak bendera Merah Putih dan membuangnya ke selokan. Seiring waktu berjalan massa yang mengepung bertambah semakin banyak. Mereka meneriakan yel-yel seperti, "Usir Papua" dan "Bunuh".
ADVERTISEMENT
Menurut dia, rasisme, penyebutan "monyet Papua" merupakan penyakit yang lahir dari rahim kolonial dan disebarkan kaki tangannya guna memecah-belah kekuatan perjuangan Rakyat. Rakyat Papua merupakan korban langsung dari aksi pencurian, perampasan, dan eksploitasi kekayaan alam Bumi Papua.
"Kekayaan alam kita dirampas, kita hanya dibiarkan menerima limbah-limbah pabrik, sampah-sampah investasi modal asing, dan perkebunan-perkebunan kelapa sawit milik Imperialisme. Kita hanya menjadi korban kejahatan kolonialisme Indonesia, kita dibiarkan menerima pengusiran dari tanah leluhur kita, pembunuhan, pemerkosaan, genosida, dihina sebagai bangsa yang tidak beradab, diskriminasi dan rasisme," teriaknya.
Ia menghimbau agar seluruh warga Papua tidak terprovokasi dengan propaganda-propaganda yang memicu saling serang antar kelompok etnis dan/atau beragama di Papua. Sebab propaganda semacam itu, digunakan untuk merendahkan perjuangan Pembebasan Nasional Papua. Perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan membersihkan kebudayaan yang merendahkan martabat manusia.
ADVERTISEMENT
"Satukan barisan, memperlebar mobilisasi massa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan lain-lain. Membangun kekuatan, persatuan, mobilisasi massa untuk menolak kolonialisme, menolak imperialisme, dan menuntut kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi bangsa West Papua, sebagai satu-satunya jalan untuk mengakhiri rasisme," tegasnya.
Berikut 14 pernyataan sikap Komite Aksi Solidaritas Untuk Papua-Kupang NTT :
1. Mengutuk pelaku pengepungan Asrama Kamsan Papua Surabaya,dan penyerangan aksi damai di Malang ,pemaksaan pemasangan Spaduk dan bendera di Asrama Papua Semarang serta pemukulan yang berujung pada penanggapan di Ternate dan Ambon.
2. Pengepungan di Surabaya, pembungkaman ruang demokrasi di Malang dan Semarang, merupakan bagian dari kelanjutan Penjajahan di Papua. Maka, kami menyatakan: Lawan Militerisme--dalang rasisme, Hapuskan Kolonialisme, dan Hancurkan Imperialisme.
ADVERTISEMENT
3. Revolusi Nasional harus dipimpin oleh gerakan rakyat.
4. Seluruh komponen gerakan yang mencintai kebebasan dan kemerdekaan segera mengevaluasi diri dan mendorong terbentuknya persatuan nasional yang lebih luas, demokratis, partisipatif di Dalam Negeri West Papua untuk memimpin Perjuangan Pembebasan Rakyat.
5. Menolak seluruh tanggapan kolonial, termasuk seruan Mahasiswa Papua di luar Papua pulang oleh Majelis Rakyat Papua (MRP), Pemerintah Kolonial Provinsi Papua, serta menolak seruan “Papua Pulang maka orang Indonesia Pulang dari Papua”.
6. Menolak rencana kedatangan tim Pemerintah Kolonial Provinsi Papua ke Jawa dan Bali serta Seluruh Indonesia (tidak hanya di Malang dan Surabaya) sebelum semua elit politik dan pejabat Orang Papua melepaskan Garuda dan menuntut Referendum di tanah Papua.
ADVERTISEMENT
7. Mahasiswa Papua akan pulang ke tanah air, jika, dan hanya jika, keputusan referendum diberlakukan di West Papua.
8. Rakyat dan Mahasiswa Papua di luar Papua siap kepung Jakarta untuk meminta Jokowi memulangkan kami dengan syarat Berikan Hak Penentuan Nasib Sendiri melalui mekanisme referendum.
9. Persoalan Papua bukan persoalan rumah tangga Indonesia, persoalan Papua merupakan persoalan penjajahan terhadap suatu bangsa yang telah merdeka.
10. Maka kami menuntut agar adanya intervensi dari Dunia Internasional.
11. Buka akses wartawan dan jurnalis asing meliput di Papua.
12. Hentikan Rasisme !! Manusia Papua bukan Monyet !!.
13Hentikan Seluruh Aktivitas aparat dalam hal ini TNI/POLRI melakukan Intimidasi terhadap Pelajar/Mahasiswa Papua Lewat dunia pendidikan.
14. Tarik TNI/POLRI organik maupun non-organik dari seluruh Tanah Papua.
ADVERTISEMENT
(Ola Keda).