Derita Constantino, Bocah di Malaka, NTT, 11 Tahun Hidup Tanpa Anus

Konten Media Partner
25 Februari 2020 7:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Constantino Soares, bocah berusia 11 tahun ini lahir tanpa memiliki lubang anus. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Constantino Soares, bocah berusia 11 tahun ini lahir tanpa memiliki lubang anus. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
MALAKA- Constantino Soares, bocah berusia 11 tahun warga Dusun Sukabisikun, Desa Litamali, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, NTT ini lahir tanpa memiliki lubang anus. Sejak bayi, ia terpaksa Buang Air Besar (BAB) melalui saluran yang dibuat di bagian perutnya.
ADVERTISEMENT
Sepintas, anak dari pasangan Alvaro Pereira dan Agustinha Da Costa terlihat tak punya masalah gangguan kesehatan. Seperti anak-anak seusianya, Constatino kadang tampak senang bermain dengan teman sebayanya.
Namun, setiap hari di rumah maupun di sekolah, bocah kelas 2 Sekolah Dasar Katolik (SDK) Wemasa ini harus menenteng kantong plastik untuk menampung kotoran dari lubang anus buatan agar tidak terkena badannya.
"Sebelumnya Constantino Sempat masuk sekolah di usia 6 tahun, namun putus karena malu sering dibully teman-temannya. Constantino baru kembali bersekolah pada umur 8 tahun setelah dibujuk oleh seorang guru," ujar ayah Constantino, Alvaro Da Costa, Senin (24/2/2020).
Sejak lahir, Constantino Soares tak memiliki anus atau dubur. Ia kemudian dilarikan ke Puskesmas kemudian di rujuk ke RSUD Atambua hingga RSU WJ. Yohanes Kupang.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi di Kupang, Constantino tidak bisa ditangani, karena dokter ahli bedah yang dibutuhkan saat itu tidak ada. Selama beberapa hari, Constantino hanya bisa Buang Air Besar (BAB) melalui alat kelaminnya.
Solusi yang di dapat adalah, Constantino harus dibawa ke Rumah Sakit DR. Soetomo Surabaya Jawa Timur untuk penanganan lebih lanjut.
Meski kekurangan biaya, namun atas bantuan keluarga dan saudara, pada tahun 2009, Constantino diberangkatkan ke Surabaya dan hasilnya, dokter membuat lubang pembuangan di bagian perut.
"Dokter berpesan, setelah lima tahun baru Constantino dibawa kembali ke Surabaya untuk dipasang kembali saluran pembuangan air besar pada tempatnya," katanya.

Butuh Uluran Tangan

Dihimpit kemiskinan, membuat Alvaro Pareira dan Agusthina Da Costa harus menguburkan niatnya untuk menyembuhkan anak mereka.
ADVERTISEMENT
Agusthina sebagai penenun dan suaminya hanya sebagai petani, membuat keluarga ini memiliki penghasilan tak menentu. Untuk menghidupkan anak-anaknya, Agusthina kadang harus rela berjalan kaki puluhan kilo menjajakan hasil tenunnya. Sementara, sang suami saban hari harus bermandi peluh membanting tulang di kebun kecil untuk mencukupi kebutuhan di rumah.
Constantino Soares terpaksa Buang Air Besar (BAB) melalui saluran yang dibuat di bagian perutnya.Foto: istimewa.
Hingga saat ini, permintaan dokter agar Contantino kembali menjalani operasi di Surabaya belum terkabulkan, karena terkendala biaya.
Pasutri ini mengaku memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), namun kesulitan biaya akomodasi ke Surabaya.
"Dokter minta setelah lima tahun, Constatino harus dioperasi, namun kami belum punya uang. Semoga anak saya mendapat mukjizat dari Tuhan lewat uluran tangan dari berbagai pihak," ungkap Agusthina.