Di Tengah Pandemi COVID-19, 110 Kasus DBD Ditemukan di Sikka

Konten Media Partner
23 Juni 2021 14:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi
ADVERTISEMENT
MAUMERE – Hingga Juni 2021, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupeten Sikka tercatat sebanyak 110 kasus dengan nol kasus kematian.
ADVERTISEMENT
Jika dibandingkan dengan tahun 2020 lalu, jumlah kasus DBD di Kabupaten Sikka merupakan tertinggi di Indonesia hingga pemerintah memberlakukan KLB DBD dengan jumlah kasus DBD mencapai 1.816 dengan angka kematian akibat DBD sebanyak 16 orang.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus kepada wartawan pada Selasa (22/6).
“Untuk Januari sampai Juni tahun 2021, kita ada 110 kasus DBD dengan nol kasus kematian. Kalau kita bandingkan dengan tahun 2020 dengan sekarang kasus DBD mengalami penurunan drastis sekali," papar Petrus Herlemus.
Meski mengalami penurunan kasus DBD pada tahun 2021, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus mengatakan bahwa tidak akan membuat pihaknya lengah dan ingin Kabupaten Sikka nol kasus DBD dengan fokus melakukan percepatan eliminasi untuk menekan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
ADVERTISEMENT
"Momen sekarang adalah tepat kita melakukan percepatan eliminasi DBD sehingga di Sikka ini tidak ada lagi kasus DBD apalagi angka kematian" ujar dia.
Percepatan eliminasi DBD, kata Petrus Herlemus, dilakukan dengan metode sahabat sehat. Yang mana satu sahabat sehat mendampingi 50 sampai 100 rumah sambil berkomunikasi dengan lintas sektor untuk menggerakan cara eksternalnya.
"Kalau angka bebas jentik nyamuk 99 persen atau 100 persen maka diyakini kita mampu mengeliminasi. Maka semua kemampuan harus kita kerakan agar kita bisa mengeliminasi DBD ini," papar dia.
Menurut dia, saat ini di dinas terkait sudah bergerak maksimal. Tinggal mengoptimalkan peran lintas sektor mulai desa, kelurahan, dusun hingga RT dan RW serta masyarakat.
Dalam hal pengendalian penularan DBD, jelasnya lagi bahwa pihaknya mengedepankan pemberdayaan masyarakat. Yang mana satu rumah satu Jumantik dengan didampingi oleh satu sahabat sehat yang berasal dari tenaga kesehatan kita.
ADVERTISEMENT
"Nantinya setiap dua minggu, Jumantik dan sahabat sehat melaporkan pemantauan mereka di lapangan. Kami yakin keduanya bergerak dalam satu atau dua tahun maka kita mampu mengeliminasi DBD karena tidak ada penularan lokal," ucapnya.
Guna melakukan deteksi dini, ungkap Petrus Herlemus bahwa semua tenaga kesehatan di Puskesmas akan melaporkan 24 jam kepada Dinas Kesehatan sehingga apabila ada kasus signifikan maka akan diturunkan tim gerak cepat ke setiap puskesmas untuk mendampingi 24 jam. Selain itu, pihak juga membentuk teknologi tepat guna dan inovasi.
Ia menambahkan jika strategi-strategi tersebut dilaksanakan dengan baik makan yang maka akan mampu mengeliminasi kasus DBD sehingga kedepannya Kabupaten Sikka tidak ada lagi kasus DBD.
"Ini butuh keseriusan kita semua untuk terlibat bersama sehingga kita di Sikka bisa bebas dari kasus DBD," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Kontributor : Albert Aquinaldo