Ironi Siswa SD di NTT: Ruang Kelas dari Bambu dan Berdinding Seng

Konten Media Partner
8 November 2019 14:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ruangan kelas darurat yang dipergunakan sebagai ruagan belajar mengajar siswa kelas 4 dan kelas 5 SDN Kepiketik, Kabupaten Sikka, NTT. Foto: Mario WP Sina.
zoom-in-whitePerbesar
Ruangan kelas darurat yang dipergunakan sebagai ruagan belajar mengajar siswa kelas 4 dan kelas 5 SDN Kepiketik, Kabupaten Sikka, NTT. Foto: Mario WP Sina.
ADVERTISEMENT
MAUMERE – Belasan siswa SDN Kepiketik di Kampung Kepiketik, Desa Persiapan Mahe Kelan, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, hingga saat ini masih mempergunakan ruangan kelas darurat sebagai ruang belajar mengajar sejak tahun 2016 dan sampai hari ini belum direnovasi.
ADVERTISEMENT
Pantuan Florespedia pada Jumat (8/11) pagi, terlihat belasan siswa kelas 4 dan kelas 5 belajar bersama dua orang guru di ruangan yang terbuat dari pelupu bambu. Dinding juga atapnya berlubang dan rusak akibat terpaan angin kencang. Atap seng pun tampak tak merekat karena diterpa angin.
Sekolah dasar negeri ini hanya mempunyai dua ruangan kelas yang dipergunakan sebagai ruangan kelas VI dan kelas II serta ruang guru, ruang perpustakaan dan ruang kepala sekolah. Selain itu, ada juga bangunan permanen berupa 2 ruangan toilet sekolah.
Hampir tak ada fasilitas yang memadai di sekolah ini. Buku-buku pelajaran pun dipakai secara bersama oleh dua sampai tiga siswa. Sedangkan buku pegangan guru juga sangat minim. Sekolah ini bahkan belum memiliki akses listrik sehingga untuk menginput data Dapodik, guru yang merangkap operator sekolah mesti ke Kota Maumere, Ibu Kota Kabupaten Sikka.
Seorang guru honor mengajar para siswa di SDN Kepiketik di ruagan kelas darurat. Foto: Mario WP Sina.
Guru Kelas V SDN Kepiketik, Martha Matrona, mengatakan dua ruangan kelas darurat ini hanya bisa dipergunakan saat musim panas. Sedangkan saat musim penghujan nanti, para siswa akan berdesak-desakan belajar di dua ruangan kelas permanen bersama siswa kelas lainnya.
ADVERTISEMENT
“Ruangan permanen hanya ada untuk ruangan kelas 6 dan kelas 2. Ruangan kelas 2 juga di sekat untuk ruang guru, kepala sekolah dan perpustakaan. Ruangan kelas 6 juga dipakai untuk ruang UKS dan ruangan tata usaha,”ungkap Martha Matrona.
Ia menambahkan, sekolah ini tidak mendapat perhatian dari Pemkab Sikka sehingga sampai saat ini masih mempergunakan ruangan darurat sebagai ruangan belajar mengajar. Dirinya berharap, ada perhatian dari Pemkab Sikka terhadap sekolah negeri ini.
Kepala Sekolah SDN Kepiketik, Ignasius Dode mengatakan, ruangan kelas darurat sudah dipergunakan selama 3 tahun lamanya untuk ruangan kelas bagi siswa kelas 4 dan kelas 5.
Lanjutnya, jika musim hujan maupun saaat terjadi angin kencang, maka proses belajar akan terhenti dan para siswa juga guru dipindah ke ruangan kelas yang baik.
Dua ruangan kelas daruat sebagai ruangan belajar siswa kelas 4 dan kelas 5 SDN Kepiketik. Foto: Mario WP Sina.
“Kalau angin kencang dan hujan, akan bergabung dengan siswa kelas lain di ruangan kelas yang baik untuk menghindari terjadi hal – hal yang tidak diinginkan,”ungkap Ignasius Dode.
ADVERTISEMENT
Lanjutnya, terkait ruangan kelas yang masih darurat, ia berharap ke depan ada perhatian dari Pemkab Sikka sehingga belasan siswa yang ada bisa belajar di ruangan kelas yang memadai.
“Ruangan kelas yang dipakai 2 rombongan belajar ini sesungguhnya tidak layak pakai. Kami bersama orang tua siswa akan perbaiki gunakan bahan lokal seperti pelupu dan mengganti tiangnya. Sambil menunggu bantuan dari pemerintah,”ungkap Ignasius Dode.
Iganisius Dode menambahkan, sekolah negeri ini memang memiliki jumlah siswa yang terbatas. Saat ini, total siswa sebanyak 31 orang. Tidak ada murid untuk kelas 1 dan kelas 3. Sedangkan murid kelas 2 sebanyak 5 orang, kelas 4 ada 6 orang, kelas 5 ada 10 orang, serta 13 orang duduk di kelas 6. Sedangkan kelas 1 dan kelas 3 muridnya tidak ada.
ADVERTISEMENT
Walaupun dengan murid yang minim dan jumlah guru sebanyak 7 orang terdiri dari guru ASN 2 orang dan guru honor 5 orang, pihaknya tetap berusaha untuk mempertahankan sekolah ini.
Hal ini dikarenakan, sekolah ini sangatlah penting bagi anak – anak di Kampung Kepiketik. Jika tidak ada sekolah ini, anak – anak Kampung Kepiketik akan berjalan kaki lebih dari 6 Km menuruni bukit dan kebun untuk bisa bersekolah.(Mario WP Sina).