Keluarga Bapa Bangun Situs Kerajaan Kangae di Desa Meken Detung, Sikka, NTT

Konten Media Partner
26 Oktober 2020 9:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melchias Markus Mekeng saat melakukan ritual adat peletakan batu pertama pembangunan situs Kerajaan Kangae. Foto : Albert Aquinaldo
zoom-in-whitePerbesar
Melchias Markus Mekeng saat melakukan ritual adat peletakan batu pertama pembangunan situs Kerajaan Kangae. Foto : Albert Aquinaldo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MAUMERE - Situs Kerajaan Kangae akhirnya akan segera dibangun dengan ditandai dilakukan ritus adat peletakan batu pertama atau dalam bahasa daerah setempat disebut dengan Plehok Watu Udek Wa'a pada Minggu (25/10/2020) bertempat di bekas Istana Raja Kangae di Kampung Kangae, Desa Meken Detung, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan ritus adat peletakan batu pertama pembangunan situs Kerajaan Kangae tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh penting yang juga anggota keluarga Bapa yakni diantaranya Ketua Komisi XI DPR RI, Melchias Markus Mekeng, Anggota DPRD Propinsi NTT, Robi Tulus Bapa, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sikka, Gorgonius Nago Bapa.
Hadir pula Kepala Cabang BNI Maumere, Sapta Restu Rohi, Mantan Bupati Sikka, Aleksander Longginus yang pada saat itu diundang sebagai utusan dari Kerajaan Nita bersama Eus Djati, utusan dari Kerajaan Sikka, Didi da Silva bersama juru bicara Kerajaan Sikka, Oskar Mandalangi Parera, beberapa Kepala Desa di wilayah Kecamatan Kangae serta masyarakat Desa Meken Detung dan sekitarnya.
Joseph Blasius Bapa sebagai sesepuh Kerajaan Kangae atau yang disebut Moan Tuke Lepo Meken Bemuaja dalam sambutannya mengatakan pembangunan Situs Kerajaan Kangae tersebut berkat bantuan dan kerjasama dengan pihak Bank Nasional Indonesia (BNI).
Lukisan Situs Kerajaan Kangae. Foto : Albert Aquinaldo
"Cucu cicitnya dari Moan Ratu Keu juga saya minta diundang, saya tidak tahu berapa yang hadir saat ini. Saya juga minta diundang keluarga besar dari Raja Nai, yaitu Thomas Nai, Didinong dan lain sebagainya tetapi mereka ada kedukaan," kata Blasius Bapa.
ADVERTISEMENT
Dikatakan, setelah membangun sebuah Kapel 10 tahun lalu di wilayah tersebut, Blasius Bapa meminta Melkias Markus Mekeng, sebagai penerus untuk membangun sebuah monumen Istana Moan Keu, Raja Kangae ke XXXVIII sebelum Raja Nai.
"Di tempat yang kita duduk inilah Istana Raja Nai. Saya sudah besar waktu itu, dan masih melihat Raja Keu yang diberi nama Paulus Keu Bapa. Jadi ditempat inilah Moan Keu dengan rumah tagannya (Red : Rumah Panggung) dengan kudanya di bawah, kalau dia mau mandi di Pantai Waipare, dia naik kuda ke bawah lalu di kembali kesini, saya masih melihat," kenang Blasius Bapa.
Pada kesempatan itu pula, Blasius Bapa menyampaikan keinginannya untuk membangun Situs Istana Raja Nai di Waipare, Kecamatan Kangae.
ADVERTISEMENT
Pembangunan situs Kerajaan Kangae tersebut, kata Blasius Bapa bukan merupakan kepentingan pribadi tetapi guna menunjang pariwisata Kabupaten Sikka.
"Mengapa kita tidak kemas untuk orang yang datang ke Hotel Capa di bawah naik kesini dan diterangkan bahwa di gunung ini ada raja besar yang diperintah oleh 39 raja dan usia kerajaan ini sejak diawali oleh Bemuaja yang makamnya ada diatas itu sejak 900 tahun lalu. Pada tahun 25, kerajaan Kangae ini dihapus oleh Belanda dan digabungkan jadi satu dengan Sikka dan Nita maka jadilah Kerajaan Sikka," jelas Blasius Bapa.
Joseph Blasius Bapa, sesepuh Kerajaan Kangae sedang memegang tongkat kebesaran kerajaan. Foto : Albert Aquinaldo
Sementara itu, Melchias Markus Mekeng dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada BNI dan semua pihak yang terlibat membantu proses pembangunan situs Kerajaan Kangae tersebut.
ADVERTISEMENT
Disebutkan bahwa material situs Kerajaan Kangae seperti batu alam dan kayu didatangkan dari luar NTT.
Batu alam didatangkan langsung dari Majalengka sedangkan kayu besi didatangkan langsung dari Maluku Utara.
Pada kesempatan itu pula, Melkias Markus Mekeng menganjurkan kepada pada ibu-ibu di wilayah tersebut untuk membentuk kelompok penunjang guna menunjang situs Kerajaan Kangae karena akan menjadi salah satu destinasi wisata budaya di Kabupaten Sikka.
"Kalau turis datang kesini kan tentu saja mereka mau tahu budaya disini. Kelompok tari, kelompok tenun, masakan khas daerah, itu anyaman-anyaman, apapun yang milik disini bisa kita mulai pasarkan karena turis itu datang ke suatu daerah mereka akan cari sejarah-sejarah itu," ujar Melki.
Joseph Blasius Bapa saat melakukan ritual adat peletakan batu pertama pembangunan situs Kerajaan Kangae. Foto : Albert Aquinaldo
Kepala BNI Cabang Maumere, Sapta Parestu Rohi menyampaikan bahwa pihaknya akan terlibat dalam proses pengerjaan situs Kerajaan Kangae tersebut dalam hal pengawasan.
ADVERTISEMENT
"Kami juga akan sering melakukan pengawasan supaya terjadinya pencarian da realisasi," ujarnya.
Situs Kerajaan Kangae sendiri didesign oleh seorang arsitek lulusan Belanda yang juga mendesain beberapa rumah adat dan situs bersejarah di Propinsi NTT.
Upacara peletakan batu pertama tersebut didahului dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Jhon dan Romo Arkadius.
Kontributor : Albert Aquinaldo.