Kisah Pilu SMP di NTT, Ujian di Tenda dan Tanpa Meja

Konten Media Partner
20 Mei 2019 18:50 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa kelas 7A dan Kelas 7B SMP Negeri 3 Waigete, Kabupaten Sikka, terpaksa melaksanakan ujian kenaikan kelas di tenda darurat pada Senin (20/5). Foto oleh: Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Siswa kelas 7A dan Kelas 7B SMP Negeri 3 Waigete, Kabupaten Sikka, terpaksa melaksanakan ujian kenaikan kelas di tenda darurat pada Senin (20/5). Foto oleh: Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Sebanyak 32 orang siswa yang terbagi dalam kelas 7A dan kelas 7B di SMP Negeri 3 Waigete, di Dusun Klahit, Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, terpaksa mengikuti ujian kenaikan kelas di sebuah tenda darurat yang berada di halaman sekolah pada Senin pagi (20/5).
ADVERTISEMENT
Ujian kenaikan kelas itu dilakukan di tenda darurat bantuan Kodim 1603 Sikka, lantaran dua ruang kelas ambruk akibat dihantam angin kencang pada bulan Maret lalu.
Pantuan florespedia di lokasi, terlihat para siswa kelas 7 SMP, melaksanakan ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Agama di dalam tenda yang disekat dengan tiang bambu dan ditutupi selembar tripleks.
Para siswa yang ujian di bawah tenda darurat tidak menggunakan meja karena sekolah tidak memiliki meja belajar. Foto oleh : Mario WP Sina,florespedia/kumparan.com
Karena ketiadaan meja belajar, sebanyak 32 siswa terpaksa mengisi lembaran jawaban ujian dengan menaruhnya di paha. Ada pula siswa yang duduk selonjoran di atas tanah sambil mengerjakan soal ujian yang diberikan.
Meja hanya terdiri dari dua buah yang dipergunakan sebagai meja guru pengawas ujian. Ada pula papan tulis di kedua sisi terpisah tenda darurat tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah seorang siswa kelas 7A, Theresia Dua Hope, mengungkapkan ia dan 31 temannya terpaksa belajar di bawah tenda darurat karena ruang kelas rusak diterjang angin kencang beberapa waktu lalu. Sebelum ujian, mereka belajar berdesak-desakan di dua ruang kelas yang masih layak bersama dengan siswa kelas 8.
Menurut Theresia Dua Hope, tidak hanya mereka di kelas 7 yang tidak mempunyai meja belajar, siswa di kelas 8 juga tidak mempunyai meja belajar. Hanya saja, ruang kelas mereka masih bisa dipergunakan sehingga tidak perlu belajar di tenda darurat.
Siswa lainya, Agustinus menjelaskan walaupun bejalar di bawah tenda darurat, mereka senang karena bisa menyelesaikan ujian dengan baik daripada duduk berdesakan di dua ruang kelas dengan siswa kelas 8. Ia mengaku hanya merasa kesulitan saat mengisi lembar jawaban dikarenakan harus menunduk lama.
Kepala sekolah SMP Negeri 3 Waigete, Aleksius Susar. Foto oleh: Mario WP Sina,florespedia/kumparan.com
Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Waigete, Aleksius Susar, menuturkan siswa yang mengikuti ujian kenaikan kelas yaitu siswa kelas 7 dan kelas 8. Untuk siswa kelas 8 mempergunakan dua ruangan kelas yang masih layak dipergunakan, sedangkan siswa kelas 7 mempergunakan tenda darurat bantuan dari Kodim 1603 Sikka.
ADVERTISEMENT
“Kami berterima kasih kepada Kodim 1603 Sikka atas bantuan tenda darurat untuk mengatasi masalah anak sementara mau ujian lalu ruangan kelas tidak ada,” ungkap Aleksius saat berbincang dengan florespedia.
Ia mengatakan sebelum ada tenda darurat tersebut, kelas 7 yang terdiri dari dua kelas digabung menjadi satu kelas, dan kelas 8 yang terdiri dari dua kelas juga digabung menjadi satu kelas.
Aleksius berharap Pemkab Sikka segera merealisasikan bantuan ruang kelas bagi SMP Negeri 3 Waigete, sehingga bisa dimanfaatkan oleh para siswa agar bisa belajar lebih nyaman dan teratur.
“Baru-baru tanggal 4 Mei ada kunjungan Plh. Kadis PPO untuk memastikan apakah lokasi untuk dibangun 3 ruang kelas sudah ada. Beliau sudah melihat dan memastikan akan dibangun 3 ruang kelas. Ini sungguh kabar gembira bagi kami," ungkapnya. (FP -01)
ADVERTISEMENT