Krisis Air Bersih di NTT: Pasien Puskesmas Bawa Air Bersih Sendiri

Konten Media Partner
17 Januari 2020 14:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anggota DPRD Sikka, Frans Parera saat meninjau Puskesmas Boganatar yang mengalami krisis air bersih. Foto: Mario WP Sina.
zoom-in-whitePerbesar
Anggota DPRD Sikka, Frans Parera saat meninjau Puskesmas Boganatar yang mengalami krisis air bersih. Foto: Mario WP Sina.
ADVERTISEMENT
MAUMERE- Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Boganatar, Nusa Tenggara Timur (NTT)—yang melayani kesehatan warga empat desa di Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT—saat ini mengalami krisis air bersih.
ADVERTISEMENT
Dampak ini pun secara langsung dialami para pasien yang tengah menjalani perawatan di Puskesmas Bogantar, di antaranya adalah empat pasien ibu hamil yang sedang menunggu jadwal persalinan.
Nikolaus Buwun, salah satu keluarga pasien ibu bersalin, yang ditemui di Puskesmas Boganatar, Rabu, (15/01) menuturkan bahwa ia dan beberapa keluarga pasien harus turun ke kali untuk mengambil air.
“Sudah lima hari saya berada di puskesmas ini dan merasakan langsung dampak tersebut. Air sama sekali tidak mencukupi kebutuhan kami, mandi, masak, cuci pakaian, dan sebagainya. Apalagi istri saya mau melahirkan. Yang saya khawatirkan adalah ketiadaan air pas jadwal melahirkan,” ungkap Nikolaus.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Boganatar, Yulianus Yohanes, yang ditemui di ruang kerjanya, mengakui bahwa saat ini Puskesmas Boganatar pun terkena dampak kekurangan air. Tetapi, mau tak mau pihak puskesmas harus selalu menyediakan air bersih untuk kebutuhan pasien.
ADVERTISEMENT
“Sejujurnya saya tidak tega melihat keluarga pasien mencari air sendiri untuk kebutuhan mereka. Sebagai solusi, sesekali jika memang air benar-benar tidak ada, kami pakai beli. Kadang kami menggunakan mobil ambulans pergi mengangkut air ke Hikong. Para petugas kesehatan pun tiap pagi dan sore mencari air untuk mandi. Ada yang ke Hikong, ada yang ke Natargahar. Kadang mereka terlambat masuk kerja hanya karena harus cari air,” kata Yulius.
Dirinya menambahkan bahwa kebutuhan akan air ini bukan hanya untuk MCK saja, tetapi juga untuk banyak hal. Contohnya saja untuk pasien yang akan partus (melahirkan), selain untuk kebutuhan pribadi, segala peralatan pun harus di cuci, para petugas pun harus mencuci tangan setelah pelayanan.
ADVERTISEMENT
Lanjutnya, pihak puskesmas berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam hal ini penyediaan air bersih. Untuk itu, beberapa kali para perawat dan karyawan puskesmas terjun ke lapangan untuk membersihkan jalur perpipaan dan juga melihat apakah ada pipa yang patah atau tersumbat.
Puskesmas Boganatar, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT. Foto: Mario WP Sina.
“Hal itu sudah dilakukan beberapa kali oleh para petugas puskesmas, tetapi sampai hari ini air belum juga keluar. Setidaknya ini menjadi tanggung jawab bersama. Sehingga saya berharap agar pihak terkait dan masyarakat Desa Kringa untuk sama-sama mencari solusi bagi ketersediaan air minum bersih untuk kebutuhan bersama," pinta Yulianus Yohanes.
Tenaga Promkes Puskesmas Boganatar, Yovita Carvalo, mengatakan sudah lebih dari sebulan terakhir pihaknya mengalami krisis air bersih.
ADVERTISEMENT
"Pelayanan tetap seperti biasa, tetapi kadang kami terlambat masuk kerja karena mencari air," ungkap Yovita Carvalo.
Untuk bisa memenuhi kebutuhan air baik untuk pemakaian pribadi di Mess Tenaga Kesehatan maupun di Puskesmas dengan mengambil air menggunakan motor di Desa Hikong yang berjarak lebih dari 6 km dari puskesmas.
Sementara itu, Anggota DPRD Sikka, Frans Parera, yang mengunjungi Puskesmas Boganatar pada Jumat (17/1/2020) pagi menuturkan, dirinya sudah melihat langsung kondisi krisis air bersih yang tengah dialami pengelola dan pasien di Puskesmas Boganatar.
Terhadap kondisi ini, dirinya meminta ada langkah darurat yang diambil oleh Pemkab Sikka guna mengatasi krisis air yang tengah terjadi. Jika terus dibiarkan, maka akan mengganggu pelayanan kesehatan bagi pasien yang tengah berobat.
ADVERTISEMENT
"Perlu diambil langkah darurat dari BPBD atau instansi teknis lainnya untuk memenuhi pasokan kebutuhan air di Puskesmas Boganatar. Sambil kemudian, dicari solusi jangka panjang mengatasi krisis air yang tidak hanya dihadapi pihak puskesmas tapi juga warga Desa Kringa," ungkap Frans Parera.
Kontributor : Mia Margaretha.
Editor: Mario WP Sina.