Krisis Air, Warga Renduwawo NTT Terpaksa Konsumsi Air Embung Kotor

Konten Media Partner
11 Desember 2019 13:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Air embung yang kotor dan bau dimanfaatkan warga Renduwawo untuk kebutuhan rumah tangga. Foto: Arkadius Togo
zoom-in-whitePerbesar
Air embung yang kotor dan bau dimanfaatkan warga Renduwawo untuk kebutuhan rumah tangga. Foto: Arkadius Togo
ADVERTISEMENT
MBAY - Saat ini kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan tengah dirasakan warga Desa Renduwawo, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, NTT.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, ratusan warga di wilayah dusun 2 dan 3, Desa Renduwawo mengalami krisis air dan terpaksa mengkonsumsi air embung yang kotor dan berbau. Warga mengaku terpaksa karena tidak ada pilihan lain, sebab air embung tersebut merupakan satu-satunya sumber air yang bisa dimanfaatkan warga untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Hal itu disampaikan Marsianus Judha, warga RT 04 Dusun 02, kepada florespedia, Selasa sore (10/12/2019).
Marsianus mengatakan kondisi ini sudah dirasakan warga sejak Agustus lalu, semenjak air hujan di bak penampungan yang ada di rumah mereka kehabisan stok.
Warga sedang mengambil air di embung: Arkadius Togo.
"Kalau bulan Juli kami masih pake air hujan, tapi masuk Agustus sampai sekarang, sudah pake air embung," ujarnya.
Dirinya khawatir jika dalam waktu satu sampai dua minggu ke depan, tidak turun hujan maka embung yang menjadi satu satunya sumber air bagi mereka benar benar mengering. Pasalnya, embung yang menjadi sumber air bagi ratusan warga setempat kini mulai mengering.
ADVERTISEMENT
"Itu pak bisa lihat saja sendiri. Ini kalau sampai dua tiga minggu tidak hujan berarti dia kering sudah. Bukan tidak mungkin kami di sini bisa mati kehausan" tuturnya.
Sementara salah satu warga lainya Anastasia Bene, mengaku walaupun kondisinya tidak layak dikonsumsi tetapi air tersebut digunakan warga untuk berbagai kebutuhan di rumah setiap hari.
"Ini untuk semua kebutuhan, kalau saya biasanya untuk mandi, cuci, masak, bahkan untuk minum juga," ujarnya.
Anastasia mengaku agar air tersebut bisa dimanfaatkan untuk masak dan minum warga mengaku harus mengendapkannya terlebih dahulu selama beberapa jam, dengan menggunakan pasir atau kapur.
Bahkan ada warga yang menggunakan semen sebagai bahan pengendap, sehingga bisa menghasilkan air bersih yang bisa dikonsumsi.
Anak - anak membantu orang tua dengan mengambil air di embung yang kotor dan bau dengan menggunakan jeriken. Foto: Arkadius Togo.
"Ini kalau sampai di rumah diisi dalam ember bak, terus dituang pasir atau dikasi kapur sirih sehingga kotoran dan lumpur bisa endap ke bawah, terus air yang bersih di bagian atas, supaya bisa dipakai untuk minum atau masak, itu harus tunggu sampai dua atau tiga jam, biar benar benar jernih" ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kata Anastasia, air yang sudah diendap tersebut hanya dimanfaatkan untuk masak dan minum sementara untuk mandi dan cuci biasanya langsung dipakai.
"Yang diendap pakai pasir atau kapur paling buat minum atau masak kalau mandi atau cuci biasanya langsung pakai" ucapnya.