Pemkab Lembata Siapkan Takjil Ramadhan, Pengungsi Muslim Merasa Bahagia

Konten Media Partner
16 April 2021 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pengungsi Muslim di salah satu posko pengungsian di Kota Lewoleba tengah berbuka puasa. Foto: Teddi Lagamaking.
zoom-in-whitePerbesar
Para pengungsi Muslim di salah satu posko pengungsian di Kota Lewoleba tengah berbuka puasa. Foto: Teddi Lagamaking.
ADVERTISEMENT
LEWOLEBA - Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (Dinsos P2KB) Kabupaten Lembata, mempersiapkan takjil, baik untuk sahur maupun berbuka puasa.
ADVERTISEMENT
Takjil dipersiapkan untuk relawan kemanusiaan yang membantu korban bencana banjir bandang dan longsor yang menjalani puasa.
Dimotori Tagana, ada tiga dinas yang ditugaskan mengurus kebutuhan takjil selama bulan puasa dan pada saat masa tanggap darurat banjir bandang di kabupaten itu.
Tiga dinas itu yakni Dinsos, P2PA, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Penyiapan takjil berlaku selama masa tanggap darurat dan selama bulan puasa.
"Kami menyediakan dan mendistribusi takjil, tidak hanya pengungsi, tetapi BKO TNI/Polri, TNI juga Brimob, serta relawan kemanusiaan yang banyak berasal dari berbagai daerah di Indonesia", kata Kepala Dinas Sosial P2KB Kabupaten Lembata, Ambrosius Wurin Leyn, Kamis (15/4).
Selain itu, Pemda Lembata juga mempersiapkan takjil untuk sahur dan berbuka puasa bagi pengungsi yang tinggal di posko-posko.
ADVERTISEMENT
Pantauan media di posko Puskesmas Waipukang, Ile Ape tampak puluhan warga umat muslim mengungsi di sana. Mereka menempati beberapa ruang kantor.
Rata-rata diantara mereka orang dewasa, tapi tidak sedikit juga dari mereka adalah anak-anak.
Meski demikian, para warga pengungsian memang harus tetap melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, hingga akhirnya harus melaksanakan buka bersama di posko pengungsian.
Mereka menyantap menu buka bersama dengan aneka masakan yang disiapkan pemda dari dapur umum.
Tidak hanya buka bersama, momen makan sahur yang biasanya dilakukan di rumah masing-masing, tahun ini harus berbeda.
Para pengungsi muslim terpaksa menyantap sahur, tidur, dan berbuka puasa dari masing-masing posko pengungsian.
Asroi Fajar, salah satu pengungsi asal Desa Waowala, Kecamatan Ile Ape menyatakan ketegarannya menjalani masa puasa dengan status sebagai pengungsi.
ADVERTISEMENT
Bagi dia ibadah puasa di bulan Ramadhan merupakan ibadah terhadap Allah dan sesama. Sebab itu, Apa pun keadaanya dirinya harus tetap tegar.
Tidak hanya itu, Fajar yang sudah dua hari melaksanakan ibadah puasa pun menyatakan kerinduannya untuk secepatnya berkumpul bersama keluarga di hari raya Idul Fitri.
"Tahun ini berbeda. Kita semua di tempat pengungsian. Semua serba apa adanya. Kami pun berterima kasih karena pemerintah bantu kami siapkan menu sahur dan buka puasa. Semoga masalah ini cepat berlalu dan kami bisa pulang", curhat Fajar kepada wartawan di Posko Pengungsian Puskesmas Waipukang, Kamis (15/4) sore.
Fajar Eka Kusuma Wardhana, Staf Respon Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Tanggap Bencana (BTP) mengatakan bahwa pihaknya turut menyiapkan takjil untuk berbuka puasa bersama pengungsi.
ADVERTISEMENT
Menu sahur dan buka yang mereka siapkan beraneka jenis. Ada bubur kacang, kolak, kue-kue basah, jus, kelapa muda, es, dan makanan ringan lainnya yang tepat untuk sahur dan buka.
Semua mereka lakukan guna membantu dan memudahkan para pengungsi muslim dalam menyiapkan diri selama masa puasa.
"Kami bantu siapkan takjil untuk sahur dan buka, kita perlu rasakan dan terlibat dalam hal ini," terangnya, Kamis (15/4)
Hasil pantauan lapangan, wartawan juga menyaksikan bahwa banyak warga pengungsi muslim begitu menikmati momen buka bersama.
Hampir tidak ditemukan adanya derita atau kesedihan yang terpancar dari mata dan ekspresi mereka. Semua mereka lebur dalam suasana sukacita untuk menjemput Hari Raya Idul Fitri.