Pesona Gua Mabala Sabu Raijua dan Penampakan Ular di Gerbang Gua

Konten Media Partner
26 Agustus 2021 13:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pengunjung sedang berfoto ria di dalam Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
zoom-in-whitePerbesar
Para pengunjung sedang berfoto ria di dalam Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
ADVERTISEMENT
SEBA – Ketika menginjakkan kaki di Kabupaten Sabu Raijua, Anda akan disambut dengan cuaca yang panas, kering dan gersang.
ADVERTISEMENT
Kondisi geografis kabupaten termuda di Provinsi NTT ini memang demikian.
Namun, dibalik itu, Kabupaten Sabu Raijua ternyata menyimpan pesona wisata yang begitu menakjubkan dan sayang jika dilewatkan jika Anda berkunjung ke ‘Bumi Sejuta Lontar’.
Selain Kellaba Madja dan Kampung Megalitikum Namata, Sabu Raijua juga mempunya salah satu destinasi wisata unggulan yakni Gua Mabala.
Gua Mabala terletak di Desa Emau, Kecamatan Sabu Tengah, Kabupaten Sabu Raijua. Jarak dari Kota Seba, Ibu Kota Kabupaten Sabu Raijua ke Gua Mabala kurang lebih 11 kilometer dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Beberapa lopo di sekitar Gua Mabala yang rusak. Foto : Albert Aquinaldo
Minggu (22/8), florespedia berkesempatan melihat langsung pesona Gua Mabala.
Setelah melewati jalanan beraspal, kami melewati jalanan tanah yang jaraknya kurang lebih 3 kilometer untuk menuju ke Gua Mabala. Sayangnya, akses jalan menuju Gua Mabala ini bisa dibilang cukup parah karena setelah melewati jalanan tanah, kami harus melewati jalan bebatuan. Ada jalan rabat tapi dibuat khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan roda dua.
ADVERTISEMENT
Setibanya di mulut gua, kami beristirahat sejenak dan melihat keadaan sekitar. Tampak beberapa lopo yang dibangun, namun beberapa di antaranya tumbang akibat dihantam badai seroja beberapa waktu lalu.
Jalan menuju Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
Saatnya masuk ke dalam Gua Mabala. Ketika hendak melangkahkan kaki, kami dikejutkan dengan kehadiran seekor ular berukuran besar yang berada tepat di mulut gua.
Panik juga tentunya. Namun setelah seorang perempuan yang adalah keturunan langsung dari Mabala datang dan mengelus punggung ular, seketika ular itu pun hilang.
Konon katanya kehadiran ular itu adalah sebuah keberuntungan bagi pengunjung karena tidak semua pengunjung dapat melihat ular yang menurut kepercayaan mereka adalah jelmaan nenek moyang yang menyambut kedatangan pengunjung.
“Ular itu tidak setiap hari ada disitu, hanya orang beruntung saja yang bisa melihat ular itu,” kata Maria Imakulata Ice Pau, penjaga Gua Mabala.
Lopo di sekitar Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
Kami pun menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu. Untuk masuk ke dalam gua, kita harus menuruni tangga itu.
ADVERTISEMENT
Ada dua buah gua yang berada di dalam tanah. Gua pertama yakni gua yang tepat berada di pintu masuk sebelah kanan setelah menuruni anak tangga. Namun, gua itu dilarang bagi pengunjung. Menurut cerita, di dalam gua itu ada beberapa ular yang berukuran besar.
Kami langsung diarahkan ke Gua yang dipercaya sebagai tempat persembunyian salah satu pahlawan lokal Sabu Raijua pada masa penjajahan Belanda. Sebelum masuk, para pengunjung harus memberikan uang, sirih pinang atau rokok di sebuah tempat yang disediakan.
Gua Mabala berbentuk memanjang dan berada di bawah tanah. Di atap gua, terdapat beberapa lubang. Sinar matahari terpancar masuk hingga ke dalam gua dari lubang itu. Sungguh menakjubkan. Sinar matahari menembus melalui lubang-lubang di atap gua.
ADVERTISEMENT
Awalnya terasa aura mistis dan mencekam. Mungkin karena baru pertama menginjakkan kaki di Gua Mabala.
Di sekeliling gua, terdapat akar-akar pohon besar yang tumbuh di atas mulut gua.
Disisi gua tampak bebatuan yang berwarna putih dan terdapat tiga buah batu yang berdiri sejajar. Batu itu dipercaya sebagai lumbung makanan untuk Mabala selama persembunyian di gua itu.
Menurut cerita Maria Imakulata Ice Pau, salah satu penjaga Gua Mabala yang merupakan keturunan langsung Mabala, Gua Mabala mulai dibuka untuk umum dan dijadikan tempat wisata pada tahun 2018.
Gua pertama di dalam tanah yang letaknya tepat di depan Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
“Saya juga kurang tahu jalan ceritanya tapi dari cerita orang tua dong bahwa batu-batu ini sebagai tempat untuk isi makanan saja, karena beliau (Mabala) dia kan seorang pahlawan yang bersembunyi di sini saat perang melawan Belanda. Dia hanya hidup dengan hewan-hewan di sini, dia juga termasuk orang yang sakti,” tutur Maria, perempuan yang mengelus ular pada saat kami hendak masuk ke Gua Mabala.
ADVERTISEMENT
Sejak dibuka pada tahun 2018 lalu, para pengunjung mulai berdatangan untuk melihat keindahan Gua Mabala.
“Sebelum ada covid ini, setiap harinya itu ramai, sekarang tidak setiap hari lagi, palingan dalam satu minggu itu hanya satu dua hari saja yang ada pengunjung. Kalau ramai, ruangan gua ini bisa penuh,” ujarnya.
Sebelum pandemi, di sekitar gua terdapat beberapa warga yang berjualan. Namun saat kami berkunjung, penjual-penjual itu tidak terlihat karena sepi pengunjung selama masa pandemi membuat mereka enggan berjualan.
Kata Maria, bagi masyarakat setempat, Gua Mabala dianggap sebagai tempat sakral.
Maria Imakulata Ice Pau, penjaga Gua Mabala berdiri di salah satu batu yang dipercaya sebagai lumbung makanan untuk Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
“Dulu ada dia punya ritual adatnya. Setelah itu pemilik tanah memberikan lahan ini kepada kami yang kelola, ketika ada yang seperti di atas tadi (Ular yang ada di mulut gua), harus diberikan sirih pinang atau rokok dan kita harus menyampaikan kata-kata yang baik untuk membiarkan mereka pergi dan memberitahukan kalau ada ada yang cucu yang datang untuk melihat. Ular itu dipercaya sebagai pemilik Gua Mabala dan mereka itu menyambut kedatangan pengunjung,” kata Maria yang mengaku bahwa setiap bulan Juni diadakan ritual oleh masyarakat setempat untuk menghormati Mabala.
ADVERTISEMENT
Keunikan Gua Mabala yakni cahaya matahari yang masuk melalui lubang gua pada saat ritual ada berlangsung. Sayangnya, saat berkunjung, ritual adat di Gua Mabala telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya.
Salah satu pengunjung membasuh tangan dengan air yang keluar dari sebuah batu di sudut Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
Selain Maria, ada beberapa anak muda desa yang bertugas untuk menyambut para pengunjung. Selain beberapa lopo, disiapkan selendang dan juga sarung adat Sabu Raijua yang disewakan dengan harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 20.000 atau tergantung kesediaan para pengunjung.
Selain itu, ada pertunjukan musik tradisional oleh masyarakat setempat.
Sebelum keluar dari mulut Gua Mabala, para pengunjung diwajibkan untuk membasahkan tangan dengan air yang keluar sebuah batu berlubang di salah satu sudut gua.
Terkait akses jalan menuju gua yang belum memadai, Maria Imakulata Ice Pau berharap pemerintah setempat untuk segera memperbaiki karena mengingat Gua Mabala kini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Sabu Raijua.
ADVERTISEMENT
Dian K. Berebein, salah satu pengunjung mengaku terpesona dengan keindahan Gua Mabala.
“Sangat indah, pantulan cahaya matahari yang masuk ke dalam gua itu sangat indah,” ujar Dian.
Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
Peserta Magang Literasi NTT saat berkunjung ke Gua Mabala. Foto : Albert Aquinaldo
Gua Mabala di Kabupaten Sabu Raijua. Foto : Albert Aquinaldo
Kontributor : Albert Aquinaldo