Pompa Tenaga Air Bebas BBM Bantu Petani di Ngada

Konten Media Partner
6 Agustus 2019 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pompa Barsha memompa air dari Sungai Wae Mutu, Desa Mengerunda, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada untuk dialiri ke lahan pertanian warga. Foto oleh: Arkadius Togo, florespedia/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Pompa Barsha memompa air dari Sungai Wae Mutu, Desa Mengerunda, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada untuk dialiri ke lahan pertanian warga. Foto oleh: Arkadius Togo, florespedia/kumparan.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BAJAWA - Pemanfaatan teknologi energi terbarukan yang bebas BBM tampak mulai diaplikasikan pada sebagaian petani di desa Mengeruda, kecamatan Soa, kabupaten Ngada, NTT.
ADVERTISEMENT
Henry Roga salah satunya petani modern yang mau menggunakan ini. Ia dan 3 sahabatnya yang tergabung dalam kelompok swadaya masyarakat (KSM) Brfarm menjadi anak muda bermental wirausaha dengan niat menjadi petani walaupun berijasah sarjana. 
Henry dan kawan-kawan menggunakan Pompa Barsha. Jenis  pompa air yang mampu mengangkat air dari sungai ke lahan petani dengan kemiringan tertentu. Penemunya adalah Pratap Thapa seorang warga Nepal dengan perusahaannya Aqista di negeri Belanda yang juga hadir bersama Henry di Desa Mengeruda untuk melihat pompa buatannyanya yang telah diinstalasi di daerah aliran sungai Wae Wutu salah satu sungai di desa ini. 
Selain itu juga ada rekan Heinrich Dengi seorang jurnalis radio, juga ketua yayasan Komunitas Radio Max dari pulau Sumba, NTT yang telah memudahkan petani di Sumba bertanam dengan bantuan teknologi pompa Barsha. Seorang rekan lagi Adi Lagur dari Suluh Lingkungan seorang konsultan Aqista perusahaan pembuat pompa, sebagai ahli pompa Barsha di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pratap menjelaskan di negara asalnya Nepal terdapat banyak gunung dan ada 6000 sungai tetapi petani bisa membawa air naik ke gunung untuk bercocok tanam. Ide cemerlangnya 8 tahun lalu itu hingga ia mencoba untuk menciptakan pompa Barsha ini yang berarti hujan dalam bahasa Nepal. Barsha juga bisa diartikan membawa hujan di musim kemarau.
Menurutnya pompa air Barsha mudah operasi perawatannya karena tidak membutuhkan bahan bakar, tidak membutuhkan listrik. Niatnya di Aqista  sebenarnya ingin membantu para petani agar mudah mendapatkan akses air untuk bertani.
"Pompa Barsha sudah ada di 20 negara di seluruh dunia, kami senang pompa Barsha di pasang di Flores dan kami berharap pompa barsha membantu petani mendapatkan air, semoga bisa membantu petani juga mendapatkan pemasukan, mudah-mudahan bisa membuat petani senang," sambut Pratap di hadapan warga dan pemerintah Ngada baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Lokasi tempat instalasi pompa Barsha di sungai Wae Mutu yang kurang lebih berjarak 3 kilo meter dari pemukiman warga baru-baru ini.
Elevasi ketinggian bisa mencapai 3-4 meter dari bantaran sungai. Sungai terlihat cukup lebar mencapai kurang lebih 50 meter. Pompa terlihat seperti turbin air dengan bilah-bilah sejajar yang terpasang pada celah dua buah roda yang  berputar berlawanan arah datangnnya air.  
Berdiri di samping pompa tepat di bantaran sungai, sambil menunjukan beberapa bagian penting pompa, Adi Lagur menjelaskan, pompa Barsha sangat ramah lingkungan yang sebenarnya mendukung program pemerintah atau dunia yang lebih hijau bebas polusi. 
Pompa Barsha tanpa menggunakan BBM fosil seperti bensin atau solar, hanya menggunakan arus air untuk memutar pedalnya dan mampu memompa air sampai 80 ribu liter setiap hari, bisa menaikkan air secara vertikal hingga 20 meter dan sejauh 2 km dari lokasi pompa Barsha.
ADVERTISEMENT
"Pompa Barsha memanfaatkan energi air itu sendiri untuk mengangkat air dari sungai atau permukaan yang lebih rendah ke permukaan yang lebih tinggi, sepanjang air it uterus mengalir maka maka pompa akan terus bekerja sepanjang saat," jelasnya.
Sistem Easi pay
Penemu pompa Barsha, Pratap Thapa saat berada di Sungai Wae Mutu, Desa Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada. Foto oleh:Arkadius Togo,florespedia/kumparan.com
Menurut Adi sebagai konsultan Aqista , pompa Barsha yang dipasang di sungai Wae Wutu ini, akan digunakan oleh kelompok anak muda yang tergabung dalam SKM Brfarm dengan Henry sebagai inisiatornya dengan sistem easi pay (enabling accses to suistainable irrigation).
Dalam aplikasinya, para anak muda atau kelompok ini akan memakai pompa Barsha selama mereka mau menanam. Kepemilikan sistem atau pompa ini adalah milik yayasan dan ditawarkan ke komunitas petani. Pihak yayasan bertanggung jawab secara teknis, memasang dan merawat serta memastikan air dari sungai dapat mengalir sampai ke lahan petani.
ADVERTISEMENT
Petani dapat menanam sebanyak mungkin, dan sebagian dari hasil panennya digunakan untuk membayar sistem ini. Konsep ini sudah ditularkan di pulau Sumba sebelumnya.
“Maka dengan skema yang kami tawarkan ini sebenarnya juga membantu petani bukan hanya menanam tapi juga berjiwa bisnis. Petani tidak tergantung dengan bantuan namun kreatif dan memikirkan cara agar tanaman yang ia tanam dapat terus tumbuh dan mencapai masa panen.
Karena bila tak sampai panen maka ia tak akan bisa membayar pompa ini. Banyak bantuan dan program diberikan gratis, dan sebagian juga membutuhkan biaya sebagai ongkos produksi, seperti uang untuk beli bensin, namun itu tidak berjalan mulus dan sebagian besar berhenti di tengah jalan,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Di dataran yang lebih tingggi sebelah bantaran sungai terhampar lahan petani dengan bedengan-bedengan yang siap ditanam dengan aneka sayur. Dari pompa Barsha keluar sebuah selang yang akan terhubung dengan selang - selang penyiraman yang terbentang memanjang di antara dua bedengan. Selang-selang ini terdapat pori-pori seukuran jarum bada permukaannya. Pori-pori ini akan mengelurakan air dari pompa Barsha untuk menyiram tanaman.
"Ini sudah kami terapkan di Sumba sehingga petani lebih menghemat tenaga sehingga bisa tanam sebanyak mungkin,” jelas Heinrich Dengi ke wartawan dan para tamu dari Pemda Ngada.
Heinrich Dengi mengatakan sudah menggunakan pompa Barsha sejak 2015 dan 2017 dengan konsep easi pay di 10 titik di Sumba. Sistem ini sebagai solusi buat petani-petani kecil yang tidak punya modal diawal. Pada sistem ini pembagian keuntungan dari hasil panen sebesar 20 persen untuk pompa dan 80 persen untuk petani sendiri.
ADVERTISEMENT
"Karena itu barang itu punya yayasan dan kami lihat bila 3 sampai 5 bulan tidak ada aktivitas menanam ya kami angkut. Namun dalam perjalanan waktu ya petani itu bayar. Ada petani panen bawang mengirim uang, setor di bank,"  Tutup Heinrich.
Sedangkan disaat yang sama kepada Dinas Pertanian Kabupaten Ngada,  mengatakan dengan adanya teknologi pompa Barsha pemerintah akan memberikan angin segar buat petani agar bisa bertani di musim kemarau tanpa perlu harus mencari kerja di kota.
“Kita coba untuk beri sedikit stimulan dan mendorong desa-desa lain dengan berbagai sitem pengaggaran baik dari dana desa dan APBD agar di daerah sungai ada pompa Barsha,” katanya.
Beberapa kawan Henry terlihat mulai mencoba untuk menanam anakan sayur yang telah dilakukan persemaian pada daun-daun pisang berbentuk silindris lalu menempatkannya  di atas nampan.
ADVERTISEMENT
"Kami akan lakukan pertanian yang organik dari bahan-bahan sekitarnya dan mengunakan pupuk cair organik dari ternak dibelakang rumah," tutup Henry.
Pompa ini sejatinya menjadi alternatif buat warga yang kesulitan air untuk menanam khususnya pada bantaran sungai yang mempunyai sudut kemiringan tertentu.(FP-03).