Rencana Rintis Pondok Pesantren di Ndete, Ini Penjelasan Yayasan Darul Mukhlasin

Konten Media Partner
23 Juli 2020 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dari kiri ke kanan: Warga NU, Hariyanto dan Hasan, Ketua  NU Kabupaten Sikka sekaligus Ketua Yayasan Darul Mukhlasin, Ustad Al - Amin. Foto: Mario WP Sina.
zoom-in-whitePerbesar
Dari kiri ke kanan: Warga NU, Hariyanto dan Hasan, Ketua NU Kabupaten Sikka sekaligus Ketua Yayasan Darul Mukhlasin, Ustad Al - Amin. Foto: Mario WP Sina.
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Perwakilan kelompok masyarakat dan Pemerintah Desa dari 5 desa di Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka pada Senin (20/7/2020) siang, mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Sikka. Mereka hendak bertemu dengan Anggota DPRD Sikka untuk menyampaikan tanggapan dan alasan mereka menolak rencana pembangunan pondok pesantren di Kampung Ndete, Desa Reroroja.
ADVERTISEMENT
Terkait adanya pemberitaan media tentang penolakan dari warga Magependa, pada Rabu (22/7/2020) malam, media ini pun menemui pimpinan Yayasan Darul Mukhlasin yang merupakan pihak yang akan merintis pendirian pondok pesantren di Ndete, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka.
Wawancara Ketua Yayasan Darul Mukhlasin, Ustad Al - Amin berlangsung kurang lebih sejam lamanya di rumah Hasan, salah satu warga Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Sikka di bilangan Lingkar Luar Kota Maumere. Turut hadir, Hariyanto, Warga NU lainnya mendampingi Ustad Al-Amin yang juga Ketua Nahdatul Ulama Kabupaten Sikka.
Kepada media ini, Ketua Yayasan Darul Mukhlasin, Ustad Al - Amin mengungkapkan terkait rencana pendirian pondok pesantren di Ndete, bermula dari maksud dan tujuan dari dirinya melihat kondisi keprihatinan anak -anak Muslim di Ndete.
ADVERTISEMENT
Dirinya merasa prihatin dengan anak - anak yang saat jam mengaji, jam belajar, mereka masih berada di pinggir - pinggir jalan.
"Harusnya jam belajar, tetapi mereka tidak berada pada posisi itu. Saya kan nagajarnya di MTS, siangnya setelah ngajar, saya ke sawah di Airoa. Setelah pulang dari kebun, saya lihat anak - anak kondisi seperti itu. Saya pun tanya ke mereka. Dijawab, kami sudah lama tidak ngaji, guru kami sudah meninggal dunia. Dari situ, saya sudah mulai terpanggil. Kasihan juga mereka," ungkap Ustad Al-Amin.
Ia menuturkan, kalau dilihat dari kondisi anak - anak disitu, memang orang tuanya sibuk mencari nafkah. Sehingga, dirinya coba bermusyawarah dengan istrinya. Agar keberadaan mereka disitu bisa bermanfaat juga bagi lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
"Saya berdiskusi dengan istri saya. Sepertinya kita bisa ada manfaatnya kalau ada disini. Kan disitu juga ada rumah, kita coba mulai ngajar. Kumpulin tokoh masyarakat disitu. Menyampaikan niat untuk mengajar anak -anak disitu. Ngajar ngaji, nagajar sholat. Pokoknya ngajar ibadah," ungkap Ustad Al-Amin.
Ia melanjutkan, dalam proses berjalan, ia mulai mengajar anak - anak dengan ilmu yang telah ia dapatkan di pondok pesantren. Dirinya juga tidak hanya membuat untuk anak - anak, tetapi juga pengajian bapak - bapak di masjid setiap minggu malam senin.
"Kemudian kita ke pengajian ibu - ibu. Tidak hanya di Ndete. Tetapi juga di Paupombo, Magepanda. Ada beberapa kelompok mengaji, saya sebagai narasumbernya. Saya berbagi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan waktu dengan beragam kegiatan keagamaan yang telah dibuat, dirinya pun melihat bahwa mesti berbadan hukum. Supaya apa yang dilakukan tersebut, benar - benar dalam lingkaran yang diketahui pemerintah.
"Saya pun coba musyawarah dengan orang - orang tua di Ndete. Banyak tokoh Muslim yang mendudukung. Jadi kita mulai dari Taman Pendidikan Al quran (TPA) kemudian kita naikkan menjadi Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah," ungkap Ustad Al-Amin.
Ustad Al -Amin mengungkapkan untuk pendirian Madrasah memang harus berbadan hukum. Madrasah ini tidak sekedar pembelajaran Al Qur'an tetapi juga ada pejalaran tambahan.
"Ada sejarah kebudayaan. Ada tentang keislaman, tentang kenegaraan. Kita bisa jelaskan bagaimana nilai - nilai pancasila kepada anak -anak. Jadi ada tambahan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Madrasah Diniyah ini juga salah satu untuk mendukung pendidikan agama anak -anak Muslim yang mana pendidikan agama di sekolah umum hanya didapatkan seminggu sekali. Maka dengan Madrasah Diniyah porsi pembelajaran rohani anak ditambahkan.
Dijelaskan Ustad Al-Amin, semua rintisan pembelajaran bermula dari rumahnya. Dengan tambahan anak - anak yang dididik makin banyak dari hari ke hari, pihaknya pun berpikir untuk memindahkan ke masjid dan membuat lembaga tersendiri. Sehingga anak - anak bisa terpisah dari masjid orang tua dan punya tempat pendidikan tersendiri.
Dirinya kemudian mencari lokasi untuk mengkhususkan tempat pendidikan bagi anak - anak.
Dalam perjalanan mencari lokasi dari TPA dan Madrasah Diniyah ini, ia pun berkonsultasi dengan tokoh - tokoh Muslim lainnya agar mencari lokasi. Pertama, pihaknya mendapatkan tanah seluas 40x40 meter yang dibayar dengan cara menyicil.
ADVERTISEMENT
Setelah mendapatkan tanah, pihaknya pun bergerak membuat yayasan pendidikan dengan nama Yayasan Darul Mukhlasin. Saat ini, yayasan sedang berproses untuk mendapatkan pengesahan sesuai regulasi yang berlaku. Sambil menunggu legalitas administrasi yayasan, pihaknya pun mulai mengumpulkan material bangunan.
Pondok Pesantren Agar Anak - Anak Muslim Sikka Bisa Belajar Disini
Ustad Al -Amin menuturkan, niat pihaknya dari merintis TPA, berlanjut Madrasah Diniyah Takmiliyah dan sekarang merintis pondok pesantren, adalah demi anak -anak Sikka yang mana punya keinginan besar belajar di pondok pesantren tetapi harus jauh ke Pulau Jawa.
"Di wilayah kepulauan di Maumere ini seperti di kampung saya, banyak anak -anak ingin sekali belajar ke pondok pesantren. Tetapi mereka harus ke Jawa dan itu butuh biaya besar. Selain itu, saya melihat setelah belajar di Jawa, banyak anak -anak mengabaikan nilai - nilai luhur orang tua seperti ziarah kubur dan lainya. Dari situ, saya sudah ada inisiatif agar buat pesantren disini saja," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, alasan mendirikan pondok pesantren di Kabupaten Sikka, yakni dari sisi biaya tentu akan membutuhkan biaya besar jika anak - anak Sikka ingin belajar di pondok pesantren di Pulau Jawa. Ia mencotontohkan, untuk biaya transportasi saja minimal membutuhkan Rp.3 juta.
"Dengan kondisi masyarakat kita disini, seperti di pulau, uang 3 juta itu besar. Itu baru biaya tranportasi. Belum biaya hidup per bulan dan aneka kebutuhan lainnya. Sehingga dari kondisi-kondisi seperti ini terlahirlah dalam hati saya, coba kita bangun pondok pesantren," ungkap Ustad Al-Amin.
Ia menegaskan dirinya merintis dari TPA kemudian Madrasah Diniyah Takmiliyah dan pondok pesantren dengan maksud menampung keinginan anak - anak dan orang tua agar anak tidak belajar jauh dari Kabupaten Sikka.
ADVERTISEMENT
"Maksudnya agar kita bisa mengontrol. Kita ini kan bangun pondok pesantren nanti dibawah naungan pemerintah. Apalagi yang formal pasti terdaftar di Kementerian Agama setelah memenuhi syarat - syarat sesuai petunjuk teknis dan rujukan Undang - Undang Pondok Pesantren Tahun 2019," ungkapnya.
Ia melanjutkan, dengan kondisi ekonomi yang terbatas namun ada semangat belajar yang tinggi dari anak -anak Muslim di Sikka, ia pun bertekad membangun pondok pesantren. Pondok pesantren yang akan dibangun diharapkan bisa membantu anak - anak untuk bisa mendalami ilmu agama dengan sedikit biaya.
Secara waktu, Ustad Al-Amin menuturkan, dirinya mulai merintis dari TPA kemudian Madrasah Diniyah pada tahun 2019. Kemudian di tahun 2020 ini baru memulai merintis pengembangan Pondok Pesantren.
ADVERTISEMENT
"Pondok pesantren ini penting untuk mendidik karakter. Pendidikan karakter itu tidak bisa satu dua hari. Membutuhkan waktu yang lama. Sehingga pesantren, adalah salah satu wadah yang bisa memfasilitasi. Pesantren ini sudah ada sejak lama dan telah melahirkan banyak insan - insan yang bermanfaat bagi bangsa dan negara kita ini," ungkapnya.
Ia menuturkan, setidaknya setiap tahun ada 20 anak - anak Sikka pergi ke Pulau Jawa untuk belajar di pondok pesantren.
"Untuk data riil memang kami belum ada. Tetapi setiap tahun itu kurang lebih ada 20 anak Sikka yang ke Pulau Jawa untuk belajar di Pondok Pesantren NU termasuk di pondok pesantren saya belajar. Ada juga ke pondok pesantren lain," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Ustad Al-Amin, pondok pesantren yang sementara dirintis ini tidak hanya menargetkan anak-anak Muslim di Ndete tetapi untuk anak -anak Muslim Kabupaten Sikka secara keseluruhan.
Lanjutnya, untuk mewujudkan rencana pendirikan pondok pesantren, ia pun menundang pihak Kementerian Agama Kabupaten Sikka untuk meninjau lokasi. Kemudian bersilaturahmi kepada Haji Sanusi yang mempunyai niat baik mewakafkan tanahnya seluas 1 hektar untuk pendirian pondok pesantren. Sehingga dengan tanah yang dibeli dan tanah yang diwakafkan, maka secara keseluruhan ada 2 hektar tanah untuk pendirian pondok pesantren.
Terkait belum adanya pemberitahuan kepada pihak Pemerintah Desa Reroroja, ia menuturkan hal ini dikarenakan pihaknya belum berbadan hukum sehingga dirasa belum mempunya dasar yang kuat. Jika administrasi badan hukum sudah selesai, maka pihaknya baru bergerak termasuk menemui pihak Pemerintah Desa Reroroja.
ADVERTISEMENT
"Saya minta maaf. Jauh sebelumnya mungkin 2 bulan lalu. Saya, Anggota DPRD Petrus Woda dan Camat Magepanda sudah duduk berbicara untuk pembangunan pondok pesantren ini. Dalam pembicaraan, kita memang sudah ada niat untuk mengunjungi tokoh - tokoh di Reroroja termasuk kepala desa. Saat ada kunjungan Kemenag Sikka, saya ada minta tolong ke Babinsa untuk memberitahu kepada Pemdes dan BPD Desa Reroroja, tetapi mungkin lupa diberitahu," ungkapnya.
Terkait adanya tanggapan warga Sikka bahwa pondok pesantren bisa terpengaruh ideologi radikal, Ustad Al Amin menuturkan mungkin pernyataan tersebut lahir dari ketidaktahuan semata.
"Bagusnya itu kalau kita tidak tahu ya kita bertanya. Pada prinsipnya saya, kalau kita belum tahu sesuatu, kita tidak usah beropini. Kita tanya dulu kepada yang benar - benar memiliki kompetensi dan kapasitas. Supaya benar- benar apa yang kita khawatirkan bisa terjawab," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dirinya berharap agar tidak perlu ada kekhawatirkan yang macam - macam terkait radikalisme dan lainnya bisa terjadi di pondok pesantren.
"Tidak perlu khawatir karena kita dibawah naungan pemerintah. Sekiranya di pondok pesantren ada bibit radikalisme dan teroris pasti akan terendus oleh aparat kemananan. Kita tidak inginkan adanya phobia terhadap Islam. Terhadap pesantren," ungkap Ustad Al-Amin.