Soal Perbedaan Hasil Rapid Dalam Sehari, Ini Klarifikasi 2 Klinik di Sikka

Konten Media Partner
24 Juli 2021 13:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi
ADVERTISEMENT
MAUMERE - Perbedaan hasil pemeriksaan rapid antigen dalam jangka waktu sehari kembali terjadi di Kabupaten Sikka.
ADVERTISEMENT
Kali ini dialami oleh Bernadetha Theo Fila (31) warga Batu Merah, RT. 015/RW. 004, Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar, Kota Batam.
Untuk diketahui, Bernadetha Theo Fila berasal dari Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka yang selama ini merantau di Kota Batam. Ia kembali ke Maumere dalam rangka urusan keluarga.
Saat dikonfirmasi media ini pada Senin (19/7), Bernadetha Theo Fila, mengatakan saat itu ia hendak melakukan perjalanan ke Kota Batam.
Sebelumnya, media ini telah memberitakan perbedaan hasil pemeriksaan rapid antigen dalam waktu sehari yang dialami oleh Bernadetha Theo Fila. Bahwa pada Minggu (18/7) sekitar pukul 16.00 WITA, ia melakukan pemeriksaan rapid antigen di Klinik L3 Farma dengan hasil negatif. Keesokan harinya, Senin (19/7) sekitar pukul 10.30 WITA, ia kembali melakukan pemeriksaan rapid antigen di Klinik Maumere Sehat atas rekomendasi pihak maskapai dan dinyatakan hasil positif terkonfirmasi COVID-19. Pada pukul 12.00 WITA di hari yang sama, Senin (19/7), ia kembali melakukan pemeriksaan di Klinik L3 Farma dan dinyatakan negatif.
ADVERTISEMENT
Atas perbedaan hasil pemeriksaan rapid antigen itu, dr. Lidia Kellyani Dewi selaku penanggung jawab Klinik Maumere Sehat yang ditemui media ini pada Kamis (22/7) di Klinik Maumere Sehat menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan rapid antigen terhadap Bernadetha Theo Fila diperoleh hasil samar. Dengan hasil itu, maka berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak laboratorium di Kota Maumere yang melakukan pemeriksaan rapid antigen dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, dinyatakan positif.
“Ibu Theo Fila kan melakukan pemeriksaan rapid sekitar pukul 10.30 WITA, dan kami baca hasilnya itukan harus didiamkan sekitar 15 menit, setelah 15 menit, pembacaan memang tampak hasil samar. Setelah saya konfirmasi dengan dua orang analis saya, tetap kesimpulan hasilnya positif. Kami memberikan hasil itu sekitar pukul 10.50 WITA (berdasarkan pantauan CCTV),” jelas dr. Lidia.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, hasil pemeriksaan itu kemudian di input di WhatsApp Grup All Record Sikka yang beranggotakan seluruh laboratorium di Kabupaten Sikka dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka.
“Kesepakatannya memang kalau sudah ada laboratorium yang sudah mengeluarkan hasil positif, tidak boleh diperiksa ulang di laboratorium yang berbeda,” tambahnya lagi.
Pemeriksaan rapid antigen di Klinik Maumere Sehat berupa hasil samar dan kemudian dinyataka positif, menurut dr. Lidia, pasti ada virus yang terdeteksi di alat, karena pemeriksaan antigen real time.
“Kalau kami melakukan hasil pemeriksaan dan hasilnya samar, otomatis ada virus yang terdeteksi, kemungkinan, hasil samar itu, virus yang terdeteksi itu dalam jumlah yang kecil, mungkin dia masih awal-awal terinveksi atau sebaliknya dia sudah dalam proses penyembuhan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ditambahkan dr. Lidia, setelah dinyatakan positif, pihak Klikik Maumere Sehat melakukan wawncara dengan pasien dalam hal ini Bernadetha Theo Fila dan menginput data tersebut di WhatsApp grup All Record Sikka.
Sementara itu, Koko Charles, penanggung jawab Klinik L3 Farma yang ditemui media ini pada Jumat (23/7) di Klinik L3 Farma membenarkan bahwa sebelumnya pada Minggu (18/7), Bernadetha Theo Fila melakukan pemeriksaan rapid antigen di Klinik L3 Farma dengan hasil negatif.
Terkait perbedaan hasil yang diperoleh, Koko Charles mengatakan dirinya tidak bisa memberikan jawaban. Menurutnya, yang bisa memberikan jawaban terkait perbedaan hasil hanya pembuat atau produsen alat rapid antigen tersebut.
Namun, berdasarkan beberapa sumber yang ia peroleh, jelas Koko Charles yang diketahui seorang apoteker ini menjelaskan bahwa pemeriksaan antigen ini yang diperiksa adalah protein dari virus tersebut.
ADVERTISEMENT
“Protein ini, virus ini, pengambilan sampelnya, misalnya di nafosaring, bisa saja ada protein virus itu, jadi diambil dan didapat, hasilnya positif, bisa saja, karena sering di ambil sampelnya, karena jumlah virusnya ini sedikit, bisa saja sudah bersih di daerah situ. Misalnya tempat kotor kita sapu, kalau jumlah kotorannya sedikit, sudah kita sapu sudah bersih, tapi kalau jumlah kotorannya banyak, pasti masih ada sisa kotorannya. Begitu juga pemeriksaan protein ini, karena yang kita cek ini protein virus, jadi misalnya jumlah virusnya banyak, kita ngambil dua tiga kali pun masih tetap ada proteinnya dan terbaca positif, tapi kalau jumlahnya sedikit, itu biasanya pengambilannya samar, dan apabila di titik itu proteinnya sudah sedikit sekali, kita ambil lagi pasti hasilnya sudah positif,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam kasus yang dialami oleh Bernadetha Theo Fila, Koko Charles mengaku belum bisa memastikan jawabannya.
“Kalau mau pasti itu harus PCR,” ujarnya.
Disinggung terkait hasil kesepakatan bahwa apabila sudah dilakukan pemeriksaan pertama dinyatakan positif dan sudah dikonfirmasi melalui WhatsApp Grup All Record Sikka, klinik lain tidak boleh melakukan pemeriksaan ulang, Koko Charles mengatakan bahwa berdasarkan laporan klinik sebelumya yang menyatakan positif, nama Bernadetha Theo Fila dilaporkan tiga suku kata.
“Bernadetha Theo spasi Fila, sedangkan identitas aslinya kan Bernadetha Theofila, jadi dari petugas itu mencatatnya seperti yang dilaporkan terkonfirmasi positif, petugas saya mengikuti itu. Setelah ibu Bernadetha ini datang, di kasih data, di cek nama, ada dua suku kata, Bernadetha Theofila, jadi kita melayani, karena identitas aslinya itu tidak sesuai dengan yang terkonfirmasi di grup WhatsApp,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas COVID-19 Kabupaten Sikka, dr. Clara Francis kepada media ini menjelaskan bahwa jika ingin memutus mata rantai penyebaran COVID-19, maka hasil yang meragukan maka harus cepat diputuskan agar segera ditelusuri.
“Syukur kalau hasilnya negatif, maka penularannya bisa putus disitu, tapi kalau hasilnya meragukan, kita membuat menjadi negatif andai dia positif, tetapi yang paling penting itu adalah edukasi. Dengan adanya hasil ini, yang bersangkutan kita edukasi, dia siap melakukan karantina mandiri,” ujar dr. Clara.
Atas perbedaan hasil pemeriksaan rapid antigen dalam waktu sehari tersebut, menurut dr. Clara, sifatnya pemeriksaan rapid antigen adalah real time.
“Kalau yang memeriksa orang sama, menggunakan antigen yang sama dengan metode yang dilakukan sama, maka sangat mungkin hasilnya sama, tapi kembali lagi kepada skill atau kemampuan, kemudian banyak hal yang harus menjadi catatan, reagen yang dia pakai itu apakah sesuai atau tidak, hasil negatif bisa negatif palsu, positif juga bisa jadi positif palsu, tapi dalam upaya pencegahan, maka begitu positif, kita putuskan mata rantai penyebaran, itu akan jauh lebih baik,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kontributor : Albert Aquinaldo