Taman Baca ‘Tutu Koda’ Flotim, Solusi Tingkatkan Minat Baca Anak di Masa Pandemi

Konten Media Partner
5 September 2021 20:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan membaca di taman Baca Tutu Koda yang berlangsung di pesisir pantai Desa Lewotobi , Kecamatam Ile Bura, Kabupaten Flores Timur. Foto : Athy Meaq
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan membaca di taman Baca Tutu Koda yang berlangsung di pesisir pantai Desa Lewotobi , Kecamatam Ile Bura, Kabupaten Flores Timur. Foto : Athy Meaq
ADVERTISEMENT
LARANTUKA -Yohanista Buran, pejuang literasi asal Desa Lewotobi, Kecamatam Ile Bura, Kabupaten Flores Timur mendirikan sebuah taman baca yang diberi nama Tutu Koda.
ADVERTISEMENT
Alasannya karena Yohanitsa Bura merasa prihatin terhadap siswa-siswi yang tidak belajar secara tatap muka di sekolah akibat pandemi COVID-19.
Untuk menghilangkan rasa jenuh yang dialami para siswa, Yeni Witin Sapaan akrabnya mendirikan taman bacaan gratis untuk anak-anak. Taman bacaan yang didirikan ini belum memiliki gedung sendiri.
Yohanista Buran, pendiri dan pengelola taman baca Tutu Koda, Desa Lewotobi, Kecamatam Ile Bura, Kabupaten Flores Timur. Foto : Athy Meaq
Sehingga harus menggunakan rumah pribadi sebagai pusat pendidikan dan taman bacaan. Anak-anak, baik dari tingkat SD hingga SMP datang untuk menyalurkan hobi membaca mereka.
"Selama ini, mereka terkendala peralatan dan kesulitan mengikuti pelajaran secara daring. Adanya taman baca, membuat anak-anak senang bisa belajar kembali bersama teman-temannya. Mereka bisa membaca buku yang tersedia di taman baca Tutu Koda dengan santai," ungkap Yohanista Bura, pendiri taman baca Tutu Koda kepada florespedia, Minggu (5/9).
ADVERTISEMENT
Guru pada SMP Satap Nobo ini mengaku miris melihat pengaruh teknologi telepon genggam yang membuat anak-anak lebih senang memegang telepon genggam ketimbang membaca buku.
Ia melihat minat baca anak tinggi, tetapi pendampingan yang masih kurang .
"Kebetulan sebelumnya saya kerja di SD bagian perpustakaan saya melihat minat anak baca sangat tinggi dan mungkin pendampingannya masih kurang. Jadi itu yang membuat saya kumpulkan anak-anak buat taman baca," kata Yeni Witin.
Yeni Witin menjelaskan, taman baca yang diberi nama Tutu Koda berasal dari bahasa Lamaholot . "Tutu" berarti bercerita dan "Koda" artinya berbicara.
"Taman baca ini sebenarnya belum lama baru tiga bulan dan memang saya punya ide sejak selesai kuliah, namun baru bisa terwujud beberapa bulan ini," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakannya taman baca dibuka setiap hari khusus pada sore hari dan kegiatan dimulai pada pukul 15.00 WITA sampai pukul 17.00 WITA. Anak-anak juga diwajibkan menggunakan masker setiap datang di taman baca.
Di akuinya taman baca Tutu Koda masih membutuhkan donasi buku untuk anak-anak TK, PAUD dan banyak kekurangan dalam hal ini buku bacaan untuk anak TK, PAUD dan untuk anak kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar (SD).
"Buku masih kurang khusus TK dan kelas 1 sampai 3 sekolah dasar (SD)," kata Yeni Witin.
Yeni Witin menyebutkan, buku-buku bacaan biasanya ia pinjam dari SD maupun SMP yang ada diwilayahnya.
Untuk mengatasi kekurangan buku Yeni mengaku membuka donasi buku lewat akun media sosial dan beruntung ada teman serta kenalannya yang mau menyumbangkan buku.
ADVERTISEMENT
"Saat ini aktif 17 orang dan seminggu sekali kami melakukan belajar bersama di pesisir pantai. Kalau belajar bersama dipantai banyak yang hadir, apalagi sebelumnya diumumkan lewat pengeras suara didesa," ucapnya.
Yeni menambahkan biasanya anak kelas 4 sampai 6 datang ke taman baca sekaligus meminta bantuan mengerjakan tugas dari sekolah.
Ia mengaku selain anak SD ada juga anak-anak SMP juga ikut belajar bersama di taman baca, banyak anak sekolah yang mengalami kendala membaca dan menulis, mereka menulis sesuka hati tanpa memperhatikan ejaan dan huruf kapital.
"Sambil membaca, saya membimbing anak-anak mengerjakan tugas serta mengajar membaca dan menulis," ungkap Yeni
Lanjutnya, waktu pertemuan disesuaikan dengan semangat anak-anak, jangan sampai memaksa mereka untuk membaca tetapi mereka sudah malas.
ADVERTISEMENT
Ia mengaku tujuan mendirikan taman baca guna meningkatkan minat baca anak-anak dan menurunkan minat anak-anak memegang telepon genggam.
"Saya ingin menurunkan minat anak-anak dalam memegang telepon genggam untuk bermain game dan mengakses internet yang bisa berdampak jelek terhadap anak-anak," tuturnya.
Sementara itu Maria Rosario Hekong, murid kelas 6 SD Lewotobi, mengaku baru bergabung satu bulan ditanam baca Tutu Koda. Dan ini yang membuat dirinya semangat dan hadir setiap sore untuk membaca bersama teman-teman.
Murid kelas 6 SD ini mengaku senang membaca apalagi bisa berkumpul bersama teman-teman sebaya dan belajar bersama selain disekolah.
"Saya senang selain membaca buku, kami juga dibantu mengerjakan tugas sekolah," ucapnya.
Murid kelas 6 SD Lewotobi ini juga mengaku belajar di taman baca ini tidak dikenakan biaya sama sekali. Sebab taman bacaan sengaja didirikan untuk keperluan menimba ilmu bagi anak-anak sekolah.
ADVERTISEMENT
Kontributor : Athy Meaq