Rusak Diterjang Angin, SMPN 3 Waigete di Sikka Tak Kunjung Diperbaiki

Konten Media Partner
24 Maret 2019 18:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebanyak 3 unit ruangan, di antaranya ruang kelas dan ruang guru di SMP Negeri 3 Waigete di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, mengalami kerusakan berat akibat diterjang angin kencang. Foto: Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Sebanyak 3 unit ruangan, di antaranya ruang kelas dan ruang guru di SMP Negeri 3 Waigete di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, mengalami kerusakan berat akibat diterjang angin kencang. Foto: Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Sebanyak 2 unit ruang kelas dan 1 unit ruangan guru di SMP Negeri 3 Waigete di Kampung Klahit, Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengalami kerusakan berat, sehingga tidak bisa dimanfaatkan lagi.
ADVERTISEMENT
Kerusakan 3 unit ruangan ini adalah akibat terjangan angin kencang pada 14 Februari lalu. Pantauan Florespedia pada Sabtu pagi (23/3), 3 unit ruangan ini terlihat dibiarkan dalam kondisi rusak.
Bangunan yang berdinding pelupuh bambu, berlantaikan tanah, dan beratap alang-alang ini merupakan hasil swadaya para orang tua. Namun, kini malah mengalami kerusakan berat.
Para siswa kelas 7 A dan B yang sebelumnya memanfaatkan ruangan tersebut terpaksa harus dipindahkan dalam satu ruangan di ruang kelas lainnya yang masih dalam keadaan baik.
Sementara itu, para pengajar yang berjumlah 10 orang tidak memiliki ruangan sebagai ruangan guru karena 2 ruang kelas sudah terpakai penuh oleh para siswa kelas 7 dan kelas 8 yang digabungkan.
ADVERTISEMENT
Kondisi kerusakan yang berat juga terlihat pada bangunan toilet sekolah. Toilet roboh, sehingga sama sekali tidak bisa dimanfaatkan. Untuk aktivitas 'buang hajat', para siswa dan guru terpaksa harus meminta tolong, menumpang di rumah warga yang terdekat dengan sekolah.
“Dulu sebelum angin kencang, mereka dipisah kelas A dan kelas B tetapi karena tidak ada ruangan maka kami satukan mereka di 2 ruangan untuk kelas 7 dan kelas 8," ungkap Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Waigete, Hendrikus Seda.
Hendrikus mengatakan, terkait kerusakan 3 unit ruangan, pihaknya sudah melaporkan kepada Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olaharga (PKO) Sikka serta ke BPBD Sikka tapi sampai saat ini belum ada tanggapan untuk diperbaiki.
ADVERTISEMENT
Menurut Hendrikus, informasi terakhir akan ada pembangunan 3 unit ruangan di SMP Negri 3 oleh Dinas PKO Kabupaten Sikka. Terkait waktu pengerjaan, pihaknya belum mengetahui pasti.
Tampak bagian dalam salah satu ruang kelas yang mengalami kerusakan. Lantai masih beralaskan tanah dan berdinding pelupuh bambu serta beratap alang-alang. Foto: Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
Walaupun ruangan kelas mengalami kerusakan berat, pihaknya tetap berusaha keras agar pendidikan anak-anak tidak sampai terlantar.
Para siswa yang semula terpisah dalam kelas A dan Kelas B kini digabungkan dalam satu kelas. Jadwal mengajar guru dan jam pelajaran pun diubah untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Sebagai kepala sekolah, Hendrikus berharap ada perbaikan ruangan kelas baru sehingga para siswa belajar lebih nyaman dan guru-guru juga bisa memiliki ruangan administrasi.
Untuk proses belajar mengajar, para siswa SMP Negri 3 Waigete mesti duduk berhimpit - himpitan karena kelas digabungkan baik itu di kelas 7 maupun kelas 8. Foto oleh Mario WP Sina, florespedia/kumparan.com
Sementara itu, Ketua Komite Sekolah SMPN 3 Waigete, Barnabas Kornelis mengharapkan perhatian serius dari Pemkab Sikka terhadap kondisi kerusakan ruangan kelas dan keterbatasan fasilitas pembelajaran di sekolah negeri ini.
ADVERTISEMENT
Barnabas Kornelis mengungkapkan, pembangunan 4 unit ruangan kelas dari swadaya orang tua siswa. Saat ruangan mengalami kerusakan, mereka tidak bisa membantu banyak karena keterbatasan dana. Sehingga pihaknya sungguh mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah untuk memperbaiki kerusakan atau membangun unit ruang kelas yang baru.
Salah seorang siswa kelas 8, Martina Dua Bura (14), mengaku dengan kondisi ruangan kelas yang rusak dan sekarang harus digabungkan. Ia mengaku tidak mampu belajar dengan baik karena jumlah siswa dalam satu ruangan yang mencapai 40 orang dan mesti duduk berimpitan.
“Tolong perbaiki sekolah kami yang rusak ini, supaya kami bisa belajar dengan tenang, sekarang terlalu banyak orang, jadi ribut dan kami tidak bisa fokus," ungkap Martina Dua Bura. (FP - 01).
ADVERTISEMENT