Apakah Budaya Patriarki Baik?

FREDRICK FORTINO FELIM
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan(UNPAR)
Konten dari Pengguna
18 Januari 2022 21:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FREDRICK FORTINO FELIM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi kesetaraan gender source: https://www.istockphoto.com/photo/small-ball-and-pencil-with-paper-cut-of-couple-isolated-on-blue-sexual-equality-gm1204596669-346669160
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi kesetaraan gender source: https://www.istockphoto.com/photo/small-ball-and-pencil-with-paper-cut-of-couple-isolated-on-blue-sexual-equality-gm1204596669-346669160
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menganut budaya patriarki, pengertian budaya patriarki adalah budaya yang menempatkan laki-laki dewasa sebagai kepala atau sentral sedangkan wanita hanya pendamping. Dalam lingkungan keluarga, sosok ayah yang memiliki otoritas terhadap istri, anak-anak dan harta benda. Budaya patriarki di Indonesia masih sangat kental, oleh karena itu muncul gerakan feminisme untuk menentang patriarki. Budaya patriarki memiliki dampak langsung terhadap wanita seperti kekerasan fisik, seksual, emosional, verbal, dan ancaman. Sebagai contoh masih banyaknya KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), pelecehan seksual, angka pernikahan dini dan stigma mengenai perceraian.
ADVERTISEMENT
Mengapa budaya patriarki masih ada di Indonesia? karena budaya patriarki merupakan warisan turun-temurun dari zaman dahulu dan adanya beberapa keluarga yang ingin melestarikan budaya patriarki. Wanita pada zaman penjajahan Belanda tidak diperbolehkan berpendidikan tinggi dan harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, memasak, membersihkan rumah sedangkan laki-laki diberikan pendidikan tinggi. Pada zaman penjajahan, anak perempuan tidak terlalu dihargai sedangkan anak laki-laki sangat diagung-agungkan.
Sebagai contoh, saya sendiri jika disuruh menjemur baju maka tetangga akan mempertanyakan di mana ibu saya, padahal menurut saya itu adalah hal yang wajar untuk membantu orang tua. Pentingnya mengubah pola pikir masyarakat Indonesia demi terjadinya kesetaraan gender. Maka muncul gerakan sosial wanita yang bernama “Feminisme” yang bertujuan untuk menghapus diskriminasi terhadap wanita. Gerakan feminisme di Indonesia dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pertama pada tahun 1975-1985, di tahap ini LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) masih menganggap gender bukanlah hal yang penting sehingga tingginya kasus pelecehan seksual. Tahap selanjutnya adalah tahun 1985-1995, dimulai dengan tahapan pengenalan dan pemahaman dasar tentang apa yang dimaksud dengan analisis gender dan mengapa gender menjadi masalah pembangunan. Tahapan terakhir adalah 1995 sampai sekarang yaitu untuk mempertahankan apa yang telah dibuat di tahapan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Apakah mungkin kesetaraan gender terwujud di Indonesia? Mungkin, namun diperlukan banyak waktu dalam mengubah budaya yang sudah turun-temurun. Dapat dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga dapat menerapkan sistem yang adil seperti pembagian tugas rumah tangga sehingga tidak hanya wanita saja yang membersihkan rumah. Ini berdampak kepada pola pikir anak sehingga rantai budaya patriarki dapat terputus. Diperlukan bantuan dari tenaga pendidik demi terwujudnya kesetaraan gender. Lembaga Pendidikan adalah sarana formal yang dapat mentransfer nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma gender. Maka sejak awal perlu diupayakan terwujudnya keadilan gender dalam lembaga pendidikan.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah pentingnya kesetaraan gender bagi suatu negara, terutama negara Indonesia yang memiliki budaya patriarki yang turun-temurun. Opini saya tentang keluarga yang masih meneruskan budaya patriarki adalah berhentilah melanjutkan budaya patriarki karena kelak anak laki-laki mu menjadi manja. Pengaruh kesetaraan gender terhadap suatu negara menjadi tolak ukur negara tersebut. Oleh karena itu diperlukan kesadaran masing-masing individu demi tercapainya kesetaraan gender. Dapat dimulai dari hal kecil seperti jangan melabelkan suatu pekerjaan yang identik dengan suatu gender seperti memasak. Maka saya mengajak untuk memutuskan rantai budaya patriarki agar kesetaraan gender dapat terwujud demi Indonesia yang lebih maju.
ADVERTISEMENT