Saya ingat dari buku sejarah bahwa Kota Solo merupakan kota pergerakan. Di mana gerakan Sarekat Islam pertama kali berdiri, ataupun Kongres Pemuda pertama tahun 1928. Kota ini melahirkan tokoh-tokoh penting bangsa ini namun juga memiliki luka dari sejarah, kerusuhan etnis salah satunya. Kota kecil yang menyimpan banyak kisah.
Di kota ini, sebagai pendatang yang pada waktu itu sedang berusaha memulai hidup baru, saya mencari kisah lain dari pertemuan dengan teman-teman baru: tiga pasangan suami istri dari tiga generasi yang berbeda. Bu Ning dan Pak Tris, generasi ter”sepuh” merupakan pasangan hidup yang mengabdikan diri mereka untuk seni lukis dan Wayang Beber. Vera dan Imron memulai kisah cinta mereka menjelang Reformasi 1998. Devita dan Yogi, generasi kontemporer, bertemu di Twitter hingga akhirnya menikah.
Solo Love Story merupakan narasi sederhana yang mencoba mencari-cari hubungan antara kota dan romansa warganya dari kisah tiga pasangan kekasih beda generasi.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814