news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tuan Guru Bajang; Merawat Indonesia dengan Islam Wasathiyah

Fuad Sauqii
Sedang Belajar Mengabdi di Universitas Mataram, NTB
Konten dari Pengguna
16 April 2021 7:30 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fuad Sauqii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang ulama kharismatik, pernah menjadi gubernur termuda, dan menjabat sebagai gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) selama 2008-2018, Tuan Guru Bajang (TGB) M. Zainul Majdi mendapati banyak sorotan ketika namanya pernah masuk dalam jajaran calon wakil presiden di tahun 2019 oleh sebuah lembaga survey. Hal ini menambah rasa percaya diri yang kuat; bahwa tokoh muslim muda dari daerah punya kesempatan untuk ikut meramaikan pesta demokrasi di Indonesia.
(Sumber: NWDI Media Center)
TGB tidak datang dan muncul dengan tangan kosong. Modal utama beliau adalah kemampuannya mentransformasikan penerapan nilai-nilai keislaman yang moderat dalam konteks kebangsaan pada kehidupan modern. Keberhasilan pada dua periode menjadi gubernur adalah sedikit dari gambaran akan hal itu.
ADVERTISEMENT
Kesan ulama yang dinilai cenderung lemah dalam dunia birokrasi, administrasi ataupun teknokrasi, serta hanya identik dengan ceramah dalam pengajian ternyata tidak terbukti pada TGB. Sebagai ulama, ahli tafsir, beliau mampu menerjemahkan nilai-nilai keislaman pada kehidupan modern. Sebagai umara, beliau sangat berhasil membangun dan menata birokrasi dengan baik selama menjadi gubernur. TGB dinilai cakap mengkombinasikan posisi beliau sebagai tokoh agama dan juga pemimpin birokrasi dalam mensinergikan keberhasilan pembangunan di NTB.
Akibat adanya polarisasi umat yang semakin kuat pasca pesta demokrasi pada tahun 2014 dan menjelang 2019. TGB kemudian datang dengan konsep moderasi islam melalui Dakwah Nusantara Islam Wasathiyahnya. Beliau tidak sedang mencari panggung. Adalah kecintaan terhadap Indonesia yang mengetuk dan memanggil beliau untuk berdakwah keliling tanah air. Alasan lainnya, adalah untuk melawan narasi-narasi hoax yang menyasar anak bangsa. Latar belakangnya sebagai cucu TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (pahlawan nasional), pengurus besar organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI), juga ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia sepertinya cukup memberikan pengaruh yang besar terhadap cara pandang beliau.
ADVERTISEMENT
TGB ibarat angin segar. Pemahamannya akan konsep Islam yang ramah dan Indonesia sangatlah matang. Dalam beberapa kesempatan TGB sering mengatakan bahwa antara keindonesiaan dan keislaman itu berada dalam satu tarikan nafas. Jangan dibenturkan. TGB sangat menentang narasi-narasi radikal dalam beragama. Oleh karena itu, islam wasathiyah yang beliau sampaikan dalam dakwahnya adalah bentuk nyata dari cara beliau berkontribusi melawan radikalisme dan polarisasi umat di Indonesia.
Sebagai doktor tafsir Qur’an lulusan Al-azhar, TGB menyadari bahwa kondisi kemajemukan bangsa Indonesia itu adalah sesuatu yang harus dijaga. Perbedaan suku, agama dan ras tidak boleh dipahami sebagai penghalang. TGB melihat keberagaman itu sebagai modal besar untuk membangun bangsa dan negara.
Pendidikan Islam Moderat Pada Generasi Muda dan Perbedaan Pendapat
ADVERTISEMENT
Selaras dengan visi Al-azhar dalam mencitrakan islam yang rahmatan lil’alamin, selaku ketua OIAA, TGB melihat bahwa menanamkan nilai islam yang moderat hendaknya dimulai dari Pendidikan. Maka sasaran beliau dalam dakwahnya adalah menanamkan kembali nilai-nilai islam yang ramah pada generasi muda. Menurut beliau, hal itu sebagai bentuk paling nyata dari melawan narasi yang ekstrim, yang mengkafirkan atau memfasikan. Karena bagaimanapun juga, anak muda adalah penerus dan penjaga bangsa, mereka hendaknya diarahkan kepada guru-guru yang mengajarkan islam yang ramah.
Prinsip beliau, niat baik hendaknya disampaikan dengan cara yang baik pula. Maka tidak heran, bagi yang sering menonton beliau di stasiun TV ataupun kanal youtube tentu tau betapa sejuk dan ramahnya konten dakwah yang beliau sampaikan.
ADVERTISEMENT
Pada 13 November 2020, ketika beliau diminta untuk memberikan tanggapan tentang Habib Muhammad Rizieq Shihab. TGB mengakui ada perbedaan pandangan antara beliau dengan habib, khususnya dalam perincian terkait dengan fiqih as-siyasah (politik) dan al-hisbah yang berkaitan dengan amar ma'ruf nahi mungkar. Meskipun demikian, perbedaan pendapat tidak lantas mengurangi rasa hormat beliau kepada sosok Habib Riziq. Dalam jawabannya TGB dengan lugas mengatakan beliau menghormati dan memuliakan Habib dengan alasan khusus; habib adalah keturuan Nabi Muhammad SAW, dan seorang ulama. Juga alasan umum; yaitu karena jalinan persaudaraan sesama Islam (ukhuwah Islamiyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah), serta persaudaraan sebagai sesama umat manusia (ukhuwah insaniyah). Namun beliau juga menegaskan bahwa, antara menghormati (memuliakan) dan megikuti adalah hal yang berbeda. Dan yang terpenting adalah mengikuti ulama harus dengan kefahaman. “Yang mau mengikuti silahkan, yang tidak juga silahkan, tapi harus dengan kefahaman”.
ADVERTISEMENT
Demikianlah Tuan Guru Bajang, ulama yang juga umara dengan segala kefahamannya akan islam dan Indonesia yang sangat utuh serta cita-citanya merawat kebangsaan. Lalu kemana Dakwah Nusantara Islam Wasathiyah itu akan membawanya (?)