Menghakimi Bogem Mentah Abduh Lestaluhu

30 April 2017 8:00 WIB
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Abduh Lestaluhu. (Foto: Instagram @abduhlestaluhu03)
Ada satu hal yang sekan tak pernah lekang dari Liga Indonesia dari musim ke musim: kekerasan. Entah kekerasan antarsuporter, pemain dengan wasit atau antara sesama pemain.
ADVERTISEMENT
Kekerasan itu seolah-olah menjadi tradisi yang pantang dihilangkan dari persepakbolaan nasional. Tak terkecuali pada Gojek Traveloka Liga 1.
Baru memasuki pekan ketiga, sudah dua kasus pemukulan yang dilakukan oleh pemain ke pemain lainnya. Ironisnya, keduanya dilakukan oleh pemain berlabel tim nasional.
Pada pekan pertama, Ferdinand Sinaga--untuk kesekian kalinya--menunjukkan sifat tempramentalnya. Perebutan bola dengan Ivan Carlos berujung kepada melayangnya tangan Ferdinand ke kepala pemain asing asal Persela Lamongan.
Ketika itu, Ferdinand langsung menerima kartu merah. Kemarin, pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia di Piala AFF 2016 itu dijatuhi hukuman larangan tampil dalam empat laga serta denda sejumlah uang. Belakangan, PSM Makassar bakal mengajukan banding atas hukuman tersebut.
Nah, bukannya berkaca atas apa yang dilakukan mantan rekan setimnya di skuat "Garuda", kini giliran Abduh Lestaluhu yang melakukan hal serupa. Pada laga antara Bhayangkara FC vs PS TNI, Sabtu (29/4/2017), Abduh kedapatan melancarkan bogem mentahnya ke bagian wajah pemain asing lawan, Thiago Furtuoso.
ADVERTISEMENT
Alur ceritanya pun serupa. Berawal dari perebutan bola--yang merupakan hal biasa dalam permainan--berujung kepada pemukulan. Abduh lantas dihadiahi kartu merah oleh wasit. Menjadi lebih tragis adalah karena Abduh merupakan kapten tim yang sepatutnya menjadi panutan bagi pemain lainnya.
Memalukan. Satu kata yang pantas disematkan atas tindakan Ferdinand dan Abduh. Ketika segala upaya dilakukan untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan mutu kompetisi, mereka justru menjadi aktor perusaknya. Padahal, tugas seorang pemain adalah hanya fokus bermain bola. Bukan bermain tinju.
Seusai laga, Abduh cepat-cepat meminta maaf atas perilakunya tersebut. Dia beralasan tengah dalam kondisi lelah sehingga menyebabkan emosinya tak stabil.
"Saya meminta maaf atas apa yang telah saya lakukan. Saya memang emosional tadi dan saya sadar telah melakukan kesalahan," kata Abduh seperti dilansir Bola.com.
ADVERTISEMENT
"Kejadian itu juga terjadi pada menit-menit terakhir pertandingan. Saya akui kondisi sudah lelah dan ada ketidakadilan juga soal kepemimpinan wasit," tambahnya.
Sebagai konsekuensinya, Abduh mengaku siap menerima sanksi berat atas tindakannya yang sangat tidak terpuji itu.
"Saya akui telah melakukan kesalahan. Saya siap menerima hukuman apapun yang diberikan Komisi Disiplin PSSI," katanya dengan nada pasrah.
Pesepak bola Indonesia, Muhammad Abduh Lestaluhu (3), mendapatkan kartu merah pada final putaran kedua AFF Suzuki Cup 2016 di Rajamangala National Stadium, Bangkok, Thailand, Sabtu (17/12). (Foto: Aditia Noviansyah)
Jika menoleh ke belakang, perangai emosional Abduh juga sempat terlihat kala Indonesia melakoni final leg II Piala AFF 2016. Saat itu, Abduh diketahui menendang bola ke arah bench Thailand karena merasa mereka mengulur-ulur waktu dengan menahan bola.
Akibat hal itu, keributan sempat menyeruak meski mampu didinginkan wasit. Abduh pun ketika itu menerima kartu merah. Belum selesai sampai di situ, dalam perjalanannya menuju ruang ganti, dari potongan video yang tersebar, Abduh kedapatan mengacungkan jari tengahnya ke penonton Thailand.
ADVERTISEMENT
Pelatih PS TNI Laurent Hatton mengecam keras tindakan yang dilakukan Abduh. Sebagai kapten, pemain 23 tahun itu tak sepantasnya melakukan tindakan tak terpuji tersebut.
"Saya tidak tahu soal tindakan Abduh apalagi dia adalah seorang kapten, seharusnya dia tidak harus melakukan tindakan seperti itu," kata Hatton seusai laga.
"Saya kira awalnya dia menanyakan wasit soal pelanggaran tadi tapi kaget dia melakukan tindakan seperti itu. Bila dia pemain muda saya maklumi, tapi dia merupakan pemain timnas, seharusnya dia lebih tenang menghadapi situasi ini," pungkasnya.
Menyesal, Abduh? Selalu datangnya belakangan, bukan?