Menumbuhkan Disiplin Prokes untuk Masa Depan Anak

I Gede Alfian Septamiarsa
Pranata Humas Ahli Muda - Sub Koordinator Komunikasi Pimpinan Biro Administrasi Pimpinan Setdaprov Jatim
Konten dari Pengguna
22 Juli 2021 20:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Gede Alfian Septamiarsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Membiasakan Protokol Kesehatan (foto : pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Membiasakan Protokol Kesehatan (foto : pixabay.com)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Terjadinya penambahan kasus COVID-19 di Indonesia saat ini, kebanyakan didominasi oleh klister keluarga. Sekarang ini banyak pasien COVID-19 di rumah sakit itu dari klaster keluarga. Mulai dari bapak, ibu, hingga anak-anaknya. 
Satgas Penanganan COVID-19 mencatat sekitar 30 hingga 50 persen balita meninggal dari total kematian anak akibat COVID-19. Indonesia merupakan kasus dengan COVID-19 pada anak yang tertinggi di dunia. Hal itu terlihat dari jumlah kematian anak balita selama pandemi yang meningkat hampir 50 persen. Setidaknya ada 1.000 kematian anak di Indonesia setiap minggunya. 
Secara kumulatif, kasus COVID-19 pada usia anak tertinggi berasal dari kelompok usia 7 sampai 12 tahun (28,02%). Diikuti kelompok usia 16 hingga 18 tahun (25,23%), dan 13 sampai 15 tahun (19,92%). Data tersebut dikutip dari katadata.co.id. 
ADVERTISEMENT
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga merilis, bahwa 1 dari 8 pasien COVID-19 adalah anak-anak. Selain itu, case fatality rate (kematian) terhadap pasien COVID-19 anak berada direntang 3-5 persen. Data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) per Juni 2021, sebanyak 12,5 persen dari jumlah kasus kumulatif positif adalah anak usia 0-18 tahun. 
Tak hanya di Indonesia, kasus COVID-19 pada anak ini pun terjadi di hampir berbagai negara mengalaminya. Misalnya, data Februari 2021, di Inggris sekitar 74.000 anak sudah terjangkit COVID-19. Hal ini membuat para ahli khawatir anak-anak yang tertular COVID-19 bisa mengalami masalah kesehatan jangka panjang yang melumpuhkan. Ini realita, bukan permainan kata atau konspirasi.
Menurut informasi dari berbagai sumber medis, seseorang yang pernah terpapar COVID-19, organ paru-paru bisa rusak. Tentu, kondisi demikian bisa membawa dampak pada aktivitas sehari-hari. Nah, tidak bisa dibayangkan jika seorang anak terpapar virus yang memiliki nama lain SARS Co-2 itu.
ADVERTISEMENT
Jika anak terpapar COVID-19 maka gejala yang dirasakan hampir sama dengan yang dirasakan orang tua, namun mereka tidak mampu untuk memaparkan dengan jelas tentang apa yang dirasakannya. 
Meski gejala yang muncul pada anak-anak terbilang ringan. Bahkan, terkadang tanpa gejala. Bahkan seorang anak memiliki peluang untuk sembuh yang cukup besar hingga sangat besar. Tapi, kondisi biologisnya tidak bisa pulih secara utuh. Sehingga patut kita renungkan bersama bagaimana nasib mereka ke depan? 
Karenanya, sebagai orang tua dan keluarga perlu memberikan perhatian lebih pada anak-anak agar bisa mencegah penyebaran COVID-19, terutama infeksi coronavirus pada anak. Orang tua memiliki peran dan tanggung jawab untuk merawat dan mendidiknya. Memang, saat ini orang tua berada pada posisi dilematis. Mereka harus melindungi dirinya juga anaknya dari virus tersebut.
ADVERTISEMENT
Mereka harus menjunjung tinggi prinsip sebagai strategi pencegahan penularan COVID-19 terhadap anak-anaknya. Dan itu menjadi peran serta tanggung jawab setiap orang tua. Bukan orang lain atau pun pemerintah. Orang tua memerlukan langkah kongkrit untuk mewujudkan itu. Orang tua merupakan circle terdekat dari anak-anak yang sangat berpengaruh bagi mereka. Karena itu peran mereka sangat diperlukan.
Sebagai contoh, orang tua dapat menumbuhkan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan (prokes) pada anak. Penumbuhan kedisiplinan itu harus dimulai dari dirinya sendiri atau diri orang tua itu dahulu. Sebuah karakter dan kebiasaan itu pertama kali terbentuk di rumah, karena adanya kewajiban orang tua lah yang membentuk anak berkarakter dan memiliki kebiasaan baik sejak anak usia dini.
Pengajaran kedisiplinan terhadap prokes itu diajarkan berawal dari rumah, dan anak-anak diajarkan dengan cara-cara yang mudah dipahami terlebih dahulu. Orang tua harus mengawalinya dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan. Ibarat pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Anak pun akan mengikuti kebiasaan yang ditularkan orang tuanya. Karena itu, mengaplikasikan protokol kesehatan bagi orang tua adalah sesuatu yang sangat krusial. 
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, mengajarkan pakai masker pada anak harus dimulai dari orang tua. Orang tua harus disiplin menggunakan masker mulai di dalam rumah dan terutama pada saat berkegiatan di luar rumah. 
Jika kita sebagai orang tua lupa menggunakan masker, sebaiknya sampaikan ke anak-anak dengan kata-kata “Maaf Ayah lupa mengambil masker, minta tolong diambilkan maskernya ya nak di dalam rumah”. Begitu diambilkan masker, segera dipakai masker di depan anak-anak. Sambil berkata, “Nak, kalau mau keluar rumah seperti ayah ini pakai masker. Pakai masker menghindarkan kita dari virus yang bisa bikin sakit nak”. 
Kemudian membiasakan cuci tangan setelah dari luar atau setelah mengambil barang-barang juga bisa diberikan contoh oleh orang tua kepada anak-anak. Begitu dari luar, langsung ajak anak ke wastafel untuk mencuci tangan dengan sabun. 
ADVERTISEMENT
Selain itu, para orang tua juga dapat mengawasi putra-putrinya agar tidak ke luar rumah jika tidak diperlukan. Anak-anak harus diberi penjelasan, bahwa saat ini kondisi tidak memungkinkan untuk berinteraksi langsung dengan banyak orang. Dari sini, sepatutnya orang tua memahami peran mereka dalam mencegah anak dari penularan Covid-19. Dalam upaya pencegahan COVID-19 pada anak, perlu peran penting orang tua untuk mengajak anak dan seluruh keluarga agar tetap di rumah saja.
Kalau pun harus keluar rumah, protokol kesehatan merupakan harga mati yang tak bisa ditawar.Jika terpaksa keluar rumah, dia mengimbau orang tua memastikan anak dibekali dengan alat perlindungan diri (APD) seperti masker, face shield, dan rajin mencuci tangan setiap habis menyentuh benda apapun, terutama saat berada di kondisi keramaian.
ADVERTISEMENT
Memang, menerapkan prinsip disiplin protokol kesehatan pada anak, tidak mudah. Tapi, inilah bagian dari tanggung jawab yang harus dilakukan. Dengan cara pembiasaan-pembiasaan sederhana ini, lama-lama anak akan tertanam sebuah pembiasaan disiplin terhadap protokol kesehatan. 
Orang tua wajib menanamkan kesadaran pada anak tentang protokol kesehatan. Bahwa protokol kesehatan wajib dipatuhi. Protokol kesehatan bukan bagian dari gaya hidup, tapi sudah menjadi kebutuhan hidup. Salah satu yang bisa dilakukan untuk mengawalinya adalah menjadi contoh bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Berbagai ikhtiar atau usaha terus dilakukan untuk melindungi anak dan keluarga dari keganasan virus itu harus dilakukan. Diawali dari orang tua, lalu membentuk suasana dan lingkungan yang sehat, serta menjunjung tinggi prinsip disiplin menerapkan protokol kesehatan. Selamat Hari Anak Nasional. Anak-anak sehat, Bangsa Indonesia sehat. Masa depan bangsa ini ada di tangan anak-anak kita.
Penulis : I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom
Jabatan : Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov. Jatim