Boy in The Box, Kasus Pembunuhan Anak Paling Sadis yang Belum Terungkap

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
23 September 2021 11:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pembunuhan. Gambar oleh PublicDomainPictures dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembunuhan. Gambar oleh PublicDomainPictures dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Kisah pembunuhan memang selalu berhasil membuat siapa pun bergidik ngeri. Salah satu kasus pembunuhan sadis yang terkenal sampai saat ini adalah "Boy in The Box". Disebut demikian karena mayat korban pembunuhan ditemukan dalam sebuah kardus. Kasus tersebut terjadi di Philadelphia pada tahun 1957.
ADVERTISEMENT

Ditemukan di dalam Hutan

Suatu hari, seorang pria mendatangi hutan di Susquehanna Road, Fox Chase, Philadelphia. Pria tersebut bermaksud untuk mengecek jebakan tikus yang ia pasang di sana. Namun, ia malah menemukan kardus berisi mayat anak kecil berjenis kelamin laki-laki. Karena tidak ingin ikut campur, ia langsung pergi meninggalkan mayat tersebut.
Beberapa hari kemudian, seseorang datang lagi ke hutan itu. Maksud hati ingin menepi dan melihat kelinci, ia malah melihat kardus berisi mayat. Ia pun langsung pergi dari hutan tersebut. Namun, beberapa hari kemudian, ia melaporkan temuannya pada polisi.

Tidak Ada yang Mengenali Korban

Setelah dilakukan identifikasi, diketahui mayat tersebut adalah anak laki-laki berusia sekitar 4-6 tahun dengan tinggi 1 meter dan berat sekitar 15 kg. Mayat tersebut dalam kondisi tidak berpakaian dan terbungkus selimut.
ADVERTISEMENT
Polisi memperkirakan penyebab kematiannya adalah luka di kepala yang cukup parah. Rambutnya seperti baru dicukur dan terdapat beberapa luka di dagu, kaki kiri, dan pangkal paha.
Pada 16 Februari 1957 polisi mengambil sidik jari dan mengumumkan penemuan mayat tersebut secara luas. Orang-orang dari 10 negara bagian didatangkan untuk mengidentifikasi mayat bocah tersebut. Sebuah surat kabar bernama Philadelphia Inquirer juga turut menyebarkan 400 ribu selembaran tentang mayat malang itu.
Sayangnya, tidak ada satu pun orang yang mengaku mengenalinya. Kasus tersebut pun tak kunjung menemukan titik terang.

Sebuah Keterangan Kuat yang Tidak Meyakinkan

Pada Februari 2002, polisi mendapatkan keterangan tentang kasus tersebut dari seorang wanita berinisial M. Ia bercerita bahwa pada tahun 1954 ibunya "membeli" anak laki-laki dari sebuah keluarga. Karena memiliki sifat yang temperamen, sang ibu kerap kali melakukan penyiksaan fisik dan seksual pada anak tersebut.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya, suatu malam anak tersebut dibunuh hanya karena memuntahkan kacang polong panggang. Kepalanya dibenturkan ke lantai hingga tewas. Sang ibu pun memandikan dan mencukur rambut anak itu untuk menyembunyikan identitas si anak. Mayatnya kemudian dibuang di hutan Fox Chase.
Keterangan M sebenarnya sesuai dengan temuan polisi di lapangan. Saat dilakukan visum, ditemukan kacang polong di dalam perut mayat tersebut. Selain itu, jari-jarinya juga mengeriput seperti orang baru mandi. Sayangnya, polisi tidak dapat memastikan kebenaran dari keterangan M karena ia mengalami gangguan mental.
Selain itu, polisi juga sudah mengecek ke tetangga M yang tinggal di dekat rumah M pada tahun 1950-an. Namun, mereka tidak mengetahui ada anak laki-laki yang tinggal di rumah M pada masa itu.
ADVERTISEMENT

Akhir Kisah "Boy in The Box"

Ia dimakamkan di Potter's Field. Namun, pada 1998 makamnya sempat dibongkar untuk diambil sampel DNA-nya. Akhirnya, dimakamkan lagi di Ivy Hill Cemetery.
Kisah Boy in The Box berakhir tanpa kejelasan apapun. Misteri kematiannya belum terkuak hingga saat ini. (mit)