Orang Tua Perlu Waspada, Kenali Penyebab dan Gejala Penyakit Lupus pada Anak

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
2 Desember 2020 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak yang mengidap lupus. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak yang mengidap lupus. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Lupus adalah penyakit autoimun yang terjadi karena sistem imun menyerang jaringan dan organ di dalam tubuh. Jika pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi atau cedera.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, pada seseorang yang mengalami penyakit autoimun, seperti lupus, sistem imun justru menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.
Penyakit lupus dapat menyerang siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh wanita. Children's Hospital of Philadelphia menyebut sekitar 25.000 anak-anak dan remaja diketahui memiliki penyakit lupus. Penyakit ini paling umum menyerang mereka yang berusia 15 tahun.

1. Penyebab Penyakit Lupus pada Anak

Ilustrasi ibu dan anak. Foto: Pexels
Penyakit lupus dapat menyerang anak dan orang dewasa. Meski demikian, masih belum ditemukan apa yang menjadi penyebab pasti lupus pada anak. Namun terdapat faktor-faktor yang memengaruhi.
Berikut faktor yang memengaruhi lupus pada anak.
Penyakit lupus ini tidak bisa menular, baik lewat kontak langsung, udara, ataupun cairan tubuh pangidapnya. Meski begitu, lupus dapat diturunkan secara genetik.
ADVERTISEMENT
Risiko terkena lupus dapat lebih besar 8-20 kali lipat jika memiliki saudara atau anggota keluarga yang juga mengidap penyakit ini. Sehingga, seorang anak yang lahir dan mewarisi gen dari kedua orang tua, bisa membuatnya berisiko mengidap penyakit lupus.
Tak hanya karena faktor genetik, lupus dapat dipicu juga oleh faktor lingkungan. Salah satunya yaitu akibat paparan sinar ultraviolet (terutama ultraviolet B), infeksi, dan toksin.
Paparan sinar UV yang berlebihan dapat meningkatkan jumlah paparan antigen pada sistem imun, sehingga memicu kematian sel abnormal. Sementara kalau dari infeksi, virus Epstein Barr diduga berperan dalam merangsang terjadinya lupus.

2. Gejala Penyakit Lupus pada Anak

Ilustrasi anak yang mengalami demam. Foto: Pexels
Pada anak, lupus sering terlambat diidentifikasi sehingga menimbulkan kerusakan organ yang signifikan. Oleh karena itu penting untuk memahami dan mewaspadai ciri-cirinya. Berikut gejala lupus pada anak.
ADVERTISEMENT
Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak dengan lupus sering datang ke rumah sakit dengan keluhan demam ringan yang hilang dan timbul, namun dalam tempo yang lama.
Dilansir lama Kid's Health, sebagian besar anak pengidap lupus biasanya sensitif terhadap cahaya, sehingga cahaya matahari dapat memperparah penyakit mereka.
Lupus membuat anak selalu merasa letih, tidak aktif, dan malas beraktifitas, meskipun sudah beristirahat lama.
Waspadai jika muncul ruam berbentuk seperti sayap kupu-kupu pada wajah anak. Ruam itu kerap disebut dengan butterfly rash. Selain di wajah, IDAI juga menjelaskan, ruam sebagai gejala lupus berbentuk bulat dan dapat muncul pada leher, lengan dan tungkai. Jika ciri ini muncul pada si kecil, maka segeralah bawa ia ke dokter, karena kemungkinan ia mengalami lupus.
ADVERTISEMENT
Radang sendi atau artritis menyebabkan sendi terasa nyeri terutama pada tangan dan kaki. Artritis yang dialami anak tidak menyebabkan kerusakan tulang
Anak dengan lupus juga kerap mengalami kerontokan rambut. Jika rambut si kecil rontok lebih dari 100 helai per hari, bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Ginjal adalah salah satu organ yang diserang jika antibodi diproduksi berlebihan. Masalah ginjal yang umum bisa ringan atau parah, namun hanya setengah dari penderita mengalami kerusakan ginjal permanen. Masalah ginjal ini ditandai dengan bengkak pada kelopak mata dan tungkai bawah, serta lebih jarang buang air kecil. (mon)