Orang yang Pernah Selingkuh Cenderung Mengulanginya Lagi, Benarkah?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
20 November 2020 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perselingkuhan di hubungan percintaan. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perselingkuhan di hubungan percintaan. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Mendengar kata selingkuh atau perselingkuhan memang membuat sebagian orang merasa trauma dan takut. Enggan membangun kembali kepercayaan dalam suatu hubungan yang baru. Enggak sedikit juga yang percaya bahwa teori yang menyebut sekali selingkuh, akan selalu selingkuh, itu nyata adanya.
ADVERTISEMENT
Apa benar begitu kenyataannya? Untuk menjawab pertanyaan itu, akhirnya seorang dokter Dr. Justin Lehmiller ingin membantu kita menemukan jawabannya. Dengan bantuan "Archives of Sexual Behavior", Lehmiller berhasil merilis studinya pada tahun 2017 lalu.
Lehmiller akhirnya melakukan survei dengan pesertanya sebanyak 484 orang dewasa yang mengaku pernah berselingkuh saat menjalin suatu hubungan. Hasilnya, orang yang pernah berselingkuh, memiliki kemungkinan 3,5 kali lebih besar untuk selingkuh lagi.
Bisa disimpulkan bahwa pernyataan yang diyakini banyak orang itu enggak selalu benar. Bahkan, orang-orang yang pernah berselingkuh tersebut mengakui penyesalannya dan merasa kapok.
Ilustrasi salah satu pasangan yang melakukan perselingkuhan. Foto: iStock
Menilik lebih jauh, memang alasan seseorang bisa berselingkuh itu berbeda-beda, bahkan belum bisa ditentukan alasan yang valid mengapa seseorang bisa berselingkuh.
ADVERTISEMENT
Uniknya, Lehmiller menemukan bahwa orang-orang yang berselingkuh, kemungkinan dipicu oleh gen perselingkuhan yang ada pada diri masing-masing orang.
“Faktanya, memang ada sebagian orang yang senang mencari sensasi. Mereka cenderung memiliki keinginan secara seksual untuk melakukan sesuatu yang menantang dan berisiko,” tutur Lehmiller.
Enggak berhenti di situ, para peneliti akhirnya menemukan bahwa, sebagian dari mereka merasa membutuhkan hasrat seperti itu dalam percintaan. Hal itu disebabkan oleh kurangnya reseptor dopamin atau bagian otak yang dapat merasakan kenikmatan.
Ilustrasi perselingkuhan dalam hubungan percintaan. Foto: Pixabay
Dengan kata lain, pencari sensasi membutuhkan sensasi yang lebih besar (dalam kasus ini adalah selingkuh) untuk merasakan kesenangan.
Namun, berbeda dengan Rachel Sussman, seorang relationship therapist dari New York. Ia mengatakan bahwa banyak orang yang pernah berselingkuh mengaku tidak akan melakukannya lagi. Sebab, mereka bisa merasakan betapa sedihnya menjadi orang yang diselingkuhi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Sussman juga menambahkan, kemungkinan orang yang mengulangi perselingkuhan adalah orang-orang yang belum mampu merasakan penyesalan dan perubahan.
Lehmiller kemudian ikut mengingatkan, selagi belum ada penelitian yang membenarkan tentang ungkapan soal selingkuh itu, berarti ada kemungkinan orang yang sudah berselingkuh tidak akan melakukannya lagi di kemudian hari. (bel)