Sentuhan Emas Evan Dimas

Gerry Maulana Putra
Mahasiswa Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Konten dari Pengguna
18 September 2021 12:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
321
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gerry Maulana Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Evan Dimas sedang merayakan gol. Sumber foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Evan Dimas sedang merayakan gol. Sumber foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eduard Ivakdalam, Firman Utina, Ponaryo Astaman, dan Ahmad Bustomi merupakan deretan playmaker terbaik milik Indonesia yang sempat saya tonton dan nikmati permainannya. Namun, bukan sederet nama beken di atas yang akan menjadi atlet idola saya di “Kuis kumparan:”ATLET INDONESIA YANG JADI IDOLAMU”.
ADVERTISEMENT
Evan Dimas Darmono, pesepakbola kelahiran Surabaya 26 tahun lalu inilah yang akan menjadi bahasan saya dalam “Kuis kumparan:”ATLET INDONESIA YANG JADI IDOLAMU””. Pertama kali namanya berseliweran di telinga saya KETIKA gelaran Piala AFF U-19 yang berlangsung di Gresik (Stadion Petrokimia) dan Sidoarjo (Stadion Gelora Delta), Jawa Timur pada 9-22 September 2013 silam.
Sebenarnya bukan nama Evan Dimas seorang yang menjadi buah bibir, melainkan seluruh penggawa Timnas U-19 besutan Indra Sjafri saat itu. Pamor mereka mencuat jelas bukan tanpa sebab. Performa apik nan menawan mereka yang berujung dengan gelar juara Piala AFF U-19 2013 adalah sebabnya. Pencapaian itu seakan menjadi oase di tengah gersangnya prestasi para senior mereka.
Posisinya sebagai playmaker mungkin membuatnya terlihat lebih mencolok dibanding rekan-rekannya. Namun bukan karena hal itu semata namanya kerap menjadi bahan pembicaraan di warung-warung kopi dan media sosial.
ADVERTISEMENT
Pemain jebolan Persebaya Junior tersebut adalah satu dari segelintir pemain Garuda Nusantara yang mampu survive di kancah tertinggi sepakbola nasional. Memang tak hanya Evan Dimas, masih ada Hansamu Yama Pranata, Muhammad Hargianto, Zulfiandi, Septian David Maulana, Putu Gede Juni Antara, dan Ilham Udin Armaiyn. Tapi hemat saya, Evanlah yang paling mentereng di antara mereka.
Evan Dimas juga merupakan pionir untuk rekan-rekan sebayanya dalam urusan debut bersama timnas senior. Performa ciamiknya bersama Garuda Nusantara membuat Alfred Riedl, pelatih timnas senior saat itu, kepincut dan memasukkan namanya ke dalam skuat untuk gelaran Piala AFF 2014.
Debut Evan bersama timnas senior terbilang manis. Ia berhasil mencatatkan namanya di papan skor pada laga persahabatan (bukan pertandingan resmi FIFA) kontra Timor Leste saat itu. Akhirnya Evan benar-benar menjalani debut pada pertandingan resmi FIFA bersama Timnas Senior di laga terakhir fase grup Piala AFF 2014 kontra Laos. Dan di laga debut itu pula ia mencetak gol perdana dalam balutan seragam timnas senior di ajang resmi.
ADVERTISEMENT
Selain pencapaian apik di timnas, Evan juga punya karier yang terbilang cemerlang di level klub. Ia sempat menjalani program khusus dan trial di Espanyol B dan UE Llagostera, kesebelasan di Divisi Dua Spanyol. Tak hanya itu, pemain yang identik dengan nomor punggung 6 ini juga sempat semusim (2017/2018) berseragam Selangor FC.
Sentuhan Emas yang Bermakna
Kalian mungkin pernah mendengar atau membaca kisah tentang sentuhan emas Raja Midas. Raja dalam mitologi Yunani itu bisa mengubah apa pun benda yang disentuhnya menjadi emas.
Seolah tak mau kalah dengan Raja Midas, Evan Dimas juga punya sentuhan emasnya sendiri. Jika Raja Midas dapat mengubah segala benda yang disentuhnya menjadi emas, maka Evan sanggup menyulap bola-bola yang melewati kakinya menjadi peluang emas untuk kesebelasan yang dibelanya. Nah, sentuhan emas yang dimilikinya membuat saya mengidolainya dan menuliskannya dalam "Kuis kumparan:"ATLET INDONESIA YANG JADI IDOLAMU"".
ADVERTISEMENT
Sebagai poros permainan, Evan seolah memiliki sentuhan emas pada kakinya. Tak sekadar sentuhan emas, tapi sentuhan emas yang bermakna. Hampir tiap sentuhan yang ia berikan pada bola selalu bermakna, entah untuk rekan setimnya atau dirinya sendiri. Ia seakan tak sudi bila ada sentuhan yang sia-sia dibidani oleh kakinya.
Keterampilannya dalam membangun serangan, pengambilan keputusan yang jitu (ia tahu kapan waktu yang tepat untuk dribling, passing, dan shooting), kemampuan meredam egonya demi kepentingan tim, dan itu semua ditopang dengan akurasi passing yang pilih tanding. Beruntunglah kesebelasan yang diperkuat oleh pemain yang mengidolai Andres Iniesta tersebut.
Kini, Evan mulai berada di usia emas sebagai pesepakbola. Semoga di usia emasnya dan dengan sentuhan emasnya yang penuh makna, Evan bisa menorehkan tinta emas bersama timnas Indonesia di kancah Internasional.
ADVERTISEMENT