Bos Desainer Daihatsu Bicara Selera Mobil Orang Indonesia

12 April 2017 12:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
New Daihatsu Ayla 1.2L. (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Rasa tak boleh hilang dalam merancang sebuah mobil. Itulah yang menjadi pakem Chief Designer Astra Daihatsu Motor (ADM) Mark Widjaja ketika menggarap mobil yang pas untuk pasar Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Selera itu dibangun dari pengalaman," kata dia ketika ditanya soal rahasia dalam membuat produk yang pas dengan konsumen Indonesia.
Sebagaimana diketahui, merancang mobil bukanlah perkara membalikkan telapak tangan. Semua berawal dari riset dan survei terhadap konsumen itu sendiri.
Saat kumparan (kumparan.com) mengunjungi Research and Development Center ADM di Kawasan Industri Suryacipta, Karawang Timur, Jawa Barat, survei itulah yang kemudian divisualisasikan oleh tim desain. Prosesnya panjang, mulai dari membentuk fisik mobil berbasis clay hingga menciptakan dimensi dan wujud yang dirasa cocok dengan konsumen.
Produksi 5 Juta Unit Mobil Daihatsu di Indonesia. (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Tak selesai sampai di situ, mobil dibuat dalam bentuk purwarupa dan harus lolos dalam serangkaian tes yang mewakili kondisi pemakaian selama tiga tahun. Wajar bila akhirnya siklus pengembangan mobil memakan waktu tiga tahun. Di antara waktu pengembangan itu, pabrikan biasanya menyuguhkan versi penyegaran atau facelift sebagai jalan keluar untuk meningkatkan daya tarik produk mereka.
ADVERTISEMENT
Beda dulu dan sekarang
Dalam hal merancang sebuah mobil, Mark mengamini bahwa mereka juga mengikuti perkembangan zaman dan tren di masyarakat. Ini terbukti dari transformasi desain mobil itu sendiri. "Mobil cantik zaman dulu itu seperti Porsche lama, sementara hari ini kita harus melihat generasi Y dan X," kata dia.
"Keindahan desain itu nggak semua orang lihat, mereka lihat gadget di mobil," Mark menambahkan.
Namun, bila hanya menitikberatkan pada fitur, manufaktur tak perlu repot-repot menggunakan jasa desainer. Mereka cukup mengandalkan orang pemasaran dalam menciptakan mobil.
Desain mobil Daihatsu (Foto: Gesit Prayogi/kumparan.com)
"Tentu kita sebagai tim desainer enggak bisa melihat seperti itu. Kita coba gabungin dua hal itu, dan kita enggak mau abaikan generasi X dan Y," katanya.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang Indonesia, yang lahir dan besar di sini, tentu memudahkan Mark dalam menciptakan wajah mobil yang menarik. Bila ada dua produk, yang satu didesain orang luar dan satunya lagi memakai jasa desainer lokal, tentu hasilnya akan berbeda.
"(Bila ada yang bilang) kenapa lo ngerti? Karena saya orang Indonesia, melihat orang Indonesia, dan tahu modifikasi (mobil) yang mereka lakukan," ia menambahkan.
Pun ketika merancang Daihatsu Ayla 1.2L yang dikembangkan putra-putri lokal, mereka coba mencari input dari selera konsumen itu sendiri. "Saya sering lihat banyak yang menempelkan stiker di headlamp agar terlihat sipit dari jauh dan modifikasi itulah yang input," begitu katanya.
Chief Designer ADM Mark Widjaja (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Lebih jauh, Ayla 1.2L menganut konsep `pintar` dalam hal desain. Ini tertuang pada bentuk muka mobil yang meliputi grill, bemper, dan lampu. "Ada tarikan garis krom pada lampu yang menyatu dengan grill. Desain cerdas inilah yang membuat bentuknya terlihat sipit dan terkesan lampunya kecil. Tapi bila garis itu dihilangkan, maka dimensi lampunya akan terlihat lebih belo," Mark menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, aksen-aksen krom yang biasanya ramai tertempel di sejumlah bodi dikurangi. "Krom itu kalau penempatannya pas akan bagus, tapi kalau kebanyakan jelek. Mobil mau yang harga berapa pun pasti punya aksen krom," ujar jebolan Desain Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.