Kendaraan Listrik dan Pukulan ke Industri Mobil Jepang

7 Juni 2017 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bambang Soesatyo saat ditemui di Gedung DPR RI. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Hingga saat ini, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian masih menggodok sebuah `aturan main` baru soal mobil hemat bahan bakar dan rendah emisi yang di dalamnya akan mengatur soal mobil hybrid dan listrik.
ADVERTISEMENT
Menurut Wakil Ketua Umum Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bidang Hubungan Antar Lembaga Bambang Soesatyo, penerapan mobil listrik memang perlu segera diterapkan. “Kendaraan non-BBM ini penting dan mendesak untuk disosialisasikan, hanya memang harganya masih tinggi karena bea masuk dan PPnBM,” katanya menjawab pertanyaan kumparan (kumparan.com), Selasa (6/6) malam saat dihubungi seusai peluncuran Tesla Model X di Prestige Image Motorcars, Pluit, Jakarta.
Dia mengamini, teknologi kendaraan listrik memang masih belum diketahui banyak masyarakat Indonesia. Meskipun untuk di Amerika Serikat (AS),seperti mobil listrik Tesla -- dulu Tesla Motors -- sudah dikenal sejak lama.
Tesla Model X (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
"Di Amerika itu (mobil listrik Tesla) harganya 80.000 dolar Amerika ya, (atau sekitar) 1 miliar rupiah lebih. (Sehingga) masih terjangkaulah sama kelas menengah," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Tekan konsumsi BBM
Memang, untuk mobil listrik saat ini sasarannya masih kelas menengah ke atas. Namun, dia menggarisbawahi bahwa konsumsi BBM saat ini paling banyak di kelas menengah dan produksi BBM kita terbatas.
Kebutuhan konsumsi BBM pada tahun 2015 mencapai 1,5 juta barel per hari, sedangkan produksi minyak nasional di bawah 800 ribu barel per hari, yang artinya masih ada defisit dan harus ditutup dengan mengimpor minyak.
"Sebenarnya sudah dimulai oleh Pak Dahlan Iskan, cuma karena tidak didukung pemerintah program itu antara ada dan tiada. Kalau semua kendaraan bermotor pakai listrik maka konsumsi BBM akan berkurang, polusi juga akan berkurang," paparnya.
SPBU Pertamina di salah satu kawasan di Jakarta. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Selain berdampak baik pada ketahanan energi nasional, penerapan kendaraan listrik juga lebih ekonomis. Dibandingkan dengan kendaraan dengan mesin pembakaran internal (combustion engine) tak ada perawatan berkala yang perlu mengeluarkan biaya tambahan.
ADVERTISEMENT
"Enggak perlu perawatan busi, ganti oli dan lain sebagainya. Artinya, keluarga tak perlu lagi memikirkan servis segala macam. Saya sendiri tertarik untuk punya juga supaya jadi contoh penghematan ekonomi," kata dia.
Didorong jadi isu nasional dan `pukul` industri Jepang
Polisi Partai Golkar itupun menyadarai kendaraan listrik harus menjadi isu nasional. Idealnya, pemerintah harus melibatkan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) untuk membuat mobil dan motor listrik. Di mana mobil untuk menyasar masyarakat dengan ekonomi menengah atas dan sepeda motor untuk masyarakat menengah bawah.
Pabrik PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (Foto: Dok. MMKI)
"Ya kalau harganya masih tinggi ya susah (populer). (Tapi) kalau dibuatkan tipe yang lebih murah (sekelas) mobil Kijang (mobil listrik bisa populer), tapi memang akan memukul industri mobil Jepang," tukasnya.
ADVERTISEMENT
Tesla Model S P100D (Foto: Gesit Prayogi/kumparan.com)