Traktor, Ferrari, dan Tommy Soeharto dalam Sejarah Lamborghini

28 November 2017 14:21 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika harus memilih mobil super kencang? Kemungkinan Anda menjawab Lamborghini.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka ketenarannya saat ini tidak terlepas dari kekecewaan seorang Ferruccio Lamborgini, pria berkebangsaan Italia yang lahir di tahun 1916 terhadap merek mobil yang sebenarnya sangat ia idolakan, Ferrari. Bagaimana bisa?
Lamborghini. (Foto: Dok. Telegraph)
Jadi begini, Ferruccio dikenal sebagai montir andal pada masa Perang Dunia 2. Setelah perang usai ia memutuskan untuk membuat traktor.
Bisnis dia mulai dari nol. Lambat laun jualan traktornya makin banyak seiring pertumbuhan ekonomi Italia. Tahun 1960, tak kurang dari 400 traktor berhasil ia jual. Bisnisnya maju pesat dan koceknya pun menjadi tebal.
Ketika itulah Ferruccio yang doyan mobil berperforma mulai bisa mengakses hobi mahal dan membeli sebuah Oscas, Maserati dan Ferrari.
Ferruccio Lamborghini (Foto: Wikimedia Commons)
Namun ketika menebus seunit Ferrari 250 GT, Ferruccio merasa tak puas. Dia selalu mengeluh soal kopling mobil itu.
ADVERTISEMENT
Suatu hari dia datang menemui Enzo Ferrari --- pendiri Ferrari -- untuk mengutarakan keluhan. Namun bukan jawaban yang ia dapat, Ferruccio justru ditolak mentah-mentah dan mendapat cemoohan. Dia ingat betul ucapan Enzo yang tak perlu mengurusi Ferrari.
Kekecewaan itulah yang akhirnya membuat Ferruccio membulatkan tekad untuk melebarkan bisnis dan memproduksi sportscar bermesin V12. Di masa awal dia dibantu Giampaolo Dallara yang sebelumnya pernah bekerja di Ferrari.
Pembuktian
Ferruccio sukses melahirkan mesin V12 pertama dengan kemampuan 350 daya kuda (dk). Mesin inilah kemudian dibenamkan pada Lamborghini 350 GTV yang diperkenakan di Turin Auto Show 1963.
1963 Lamborghini 350 GTV (Foto: Top Speed)
Tak disangka respons terhadap 350 GT -- versi produksi 350 GTV -- menuai respons positif. Lebih dari 130 unit terjual sepanjang tahun 1963.
ADVERTISEMENT
Melihat kesuksesan ini, Lambo tidak tinggal diam, ia mulai menciptakan 400 GT dan 400 GT 2 + 2 di fasilitas produksi yang berlokasi di kota kecil bernama San’Agta.
Lamborghini tak berhenti membuat kejutan. Di Geneva International Motor Show edisi 1966, mereka memperkenalkan kepada dunia model Miura. Sejak itulah Ferrari dan Maserati menyadari bahwa si `banteng benar-benar mengamuk`. Miura jadi model flagship dan jadi tulang punggung penjualan.
Lamborghini Miura (Foto: Istimewa)
Kejuta berlanjut di tahun 1973 dengan membawa LP400 Countach. Interiornya memakai bahan suede berwarna hitam dan model pintu yang dibuka ke atas.
Masa sulit
Seperti halnya bisnis, pasti ada yang namanya pasang-surut. Inilah yang dialami Lamborghini pada 1974.
Bisnis traktor mereka turun. Banyak pesanan gagal dan perusahaan merugi dan akhirnya Fiat memegang kendali Lamborghini.
ADVERTISEMENT
Keberuntungan belum berpihak pada Lamborghini. Sebab, tahun 70-an terjadi krisis minyak dan otomatis menghambat penjualan mobil berperfoma. Selain itu, masalah pada proses produksi juga membuat konsumen lari.
Puncaknya pada tahun 1978 perusahaan ini menyatakan bangkrut. Melihat hal ini, Mimran Brother mulai mengambil alih perusahaan dan pada tahun 1980. Saat itu ia mengembangkan LP400 Countach menjadi LP500 S.
Namun nampaknya Mimran Brother tidak begitu menunjukkan perkembangan dalam penjualan dan akhirnya menjual perusahaan kepada Chrysler Corporation, sebuah perusahaan mobil asal Amerika Serikat.
Di bawah kendali Chrysler Corporation, penjualan Lamborghini Diablo mulai menunjukkan tren positif.
Tidak seperti Ferrari yang mengikuti ajang Formula 1, perusahaan ini hanya mengambil jalur lain dengan menjadi suplier mesin lewat tim Minardi, Lotus, Ligier, Modena, dan Larrousse pada tahun 1989 hingga 1993.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1993, sang maestro pencipta Lamborghini tutup usia. Kemudian di tahun yang sama Chrysler mulai mengalami masa kesulitan.
Dan di tahun 1994, Tommy Soeharto diketahui membeli sejumlah saham milik Lamborghini. Hal ini terungkap dalam dokumen Paradise Papers yang diumumkan ke publik. Hingga saat ini belum diketahui berapa besar kepemilikan saham keluarga Cendana saat itu.
Sementara Lamborghini kembali berpindah dan memutuskan bergabung dalam payung Volkswagen Group pada tahun 2012. Saat itulah mereka mulai melakukan pengembangan Murcielago dan diteruskan oleh model Aventador.
Lamborghini Aventador S Coupe (Foto: Lamborghini)
Di bawah kendali Audi, lahirlah beragam Lambhorgini untuk menambah line-up, seperti Gallardo, dan terakhir Veneno.
Sebagian besar nama mobil Lamborgini berasal dari nama-nama banteng dan hal itu terus dipertahankan walau sang maestro tiada. Hal itu juga berkaitan karena Lambo lahir dengan zodiak Taurus yang digambarkan dengan wujud banteng.
ADVERTISEMENT
Seperti Miura, banteng milik Eduardo Miura, rekan Ferruccio atau Murcielago seekor banteng perkasa yang masih hidup ditusuk 28 kali di sebuah ajang matador.
Kini sang banteng tak cuma bicara soal sportscar saja. Mereka pun memperluas bisnis ke ranah SUV (Sport Utility Vehicle). Tak lama lagi mereka akan membawa Urus, sebuah mobil yang bisa diandalkan di berbagai medan tapi punya performa khas Lamborghini.
Konsep Lamborghini Urus di Beijing (Foto: Motor1.com)