news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mengapa Kita Sering Melakukan Manipulasi?

Gideon Budiyanto
Sarjana Teologia (S.Th.) di bidang pastoral/konseling. Profesi : Karyawan Swasta dan Penulis. Anggota Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Tangerang Selatan dan ISP NULIS
Konten dari Pengguna
25 Maret 2022 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gideon Budiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Image from Pixabay
ADVERTISEMENT
Masih segar di ingatan kita berita tentang penipuan berkedok platform trading online yang mengakibatkan banyak orang mengalami kerugian.
ADVERTISEMENT
Ada juga film-film yang sedang beredar di Netflix seperti Inventing Anna dan The Tinder Swindler yang mengangkat tema mengenai penipuan berkedok harta kekayaan dan peluang bisnis juga percintaan.
Nyaris semua orang yang menjadi korban tidak merasa bahwa mereka sedang ditipu, bahkan ada yang terang-terangan menyangka bahwa itu semua merupakan sebuah jalan yang akan membawa mereka kepada kesuksesan dan meraih segala impian.
Apalagi memang saat ini kita begitu menikmati deretan pameran kekayaan di media sosial yang sepertinya begitu gampang diraih. Tidak perlu proses panjang dan melelahkan, hanya tinggal duduk di rumah dan uang akan datang dengan segera.
Tapi akhirnya saat terkuak bahwa semua itu kebohongan belaka kita baru sadar bahwa ternyata begitu mudahnya kita dimanipulasi, baik oleh orang lain maupun keadaan di sekeliling kita.
ADVERTISEMENT
Kita marah karena telah menjadi korban manipulasi.
Namun kalau mau jujur, kita juga pasti pernah memanipulasi orang lain.
Mungkin bukan soal uang atau kekayaan tapi perasaan serta emosi orang lain sehingga orang itu mau mengikuti dan melakukan apapun yang kita kehendaki.
Kita selalu meminta balasan ketika melakukan kebaikan untuk orang lain. Tidak pernah ikhlas dan rela.
Kita selalu melihat orang lain sebagai ‘asset’ dan ‘investasi’ sehingga kita berhak menuntut apa yang kita telah tabur buat mereka untuk dituai.
Mungkin tindakan manipulatif yang kita lakukan itu tidak kita sadari dan menganggap bahwa semua itu hal yang wajar dan biasa.
Karena hidup kita penuh persaingan dan kita harus melakukan segala cara agar bisa dipandang dan diperhitungkan oleh orang lain. Kita tidak mau dilihat sebagai orang yang kalah apalagi gagal.
ADVERTISEMENT
Bisa juga karena dulu kita sering diremehkan oleh orang lain dan itu sangat membekas. Kita seperti ingin membalas dendam dan cara yang paling gampang adalah dengan manipulasi. Melihat orang tunduk dan melakukan kehendak kita tentu membawa kepuasan tersendiri.
Apapun itu alasannya, usahakan jangan memanipulasi. Kita tidak mau orang lain menjadi korban sama seperti kita telah menjadi korban, bukan?