Ketergantungan Impor Mengancam Sektor Farmasi: Identifikasi Risiko Jadi Strategi

Gidion Krisnadi Yoseph
Berpengalaman dalam Pengembangan Bisnis & Strategi Inovasi Produk lebih dari 8 tahun di Industri Farmasi & FMCG. Saat ini sedang melanjutkan studi Magister di Sekolah Bisnis & Manajemen - Institut Teknologi Bandung (ITB) peminatan Sains Manajemen.
Konten dari Pengguna
12 April 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gidion Krisnadi Yoseph tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bahan baku obat dan bentuk sediaan farmasi (sumber: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bahan baku obat dan bentuk sediaan farmasi (sumber: Freepik)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri farmasi Indonesia telah mengalami pertumbuhan signifikan, hal ini karena andil dari implementasi Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1960-an.
ADVERTISEMENT
Namun seiring berjalannya waktu, industri ini menghadapi tantangan seperti pasokan yang tidak memadai serta implementasi regulasi farmasi yang cukup ketat sehingga memengaruhi perkembangan industri farmasi di Indonesia. Selain itu terjadinya pandemi COVID-19 juga menyebabkan lonjakan permintaan tak terduga yang signifikan untuk produk obat, vitamin, suplemen, dan herbal.
Maka dari itu, penanganan efektif terhadap proses operasional dalam sistem kesehatan dan jaminan pasokan obat menjadi krusial karena peran vital sektor farmasi bagi sistem jaminan kesehatan Indonesia.
Risiko dalam rantai pasok farmasi memiliki dampak luas seperti mempengaruhi ketersediaan obat hingga yang berkaitan dengan efektivitas sistem kesehatan nasional, sehingga faktor risiko ini perlu dikaji mendalam dan dikelola dengan baik untuk menciptakan praktik bisnis yang berkelanjutan dalam sektor farmasi.
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Perindustrian, tercatat bahwa PDB Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional tahun 2020 menunjukkan pertumbuhan 9,39%, melampaui pertumbuhan sebelumnya 8,48%. Industri farmasi Indonesia mengalami kenaikan nilai ekspor 2,68% antara 2018-2020, valuasi industri farmasi Indonesia mencapai USD 635,3 juta.
Sekalipun terjadi penurunan volume, namun tetap diekspor ke negara-negara Asia seperti Singapura, Jepang, Filipina, India, dan Thailand. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pemain dominan di Asia Tenggara.
Sebaliknya, nilai impor naik dari USD 1,52 miliar tahun 2018 menjadi USD 1,68 miliar tahun 2020, terjadi sedikit penurunan volume akibat kelangkaan barang imbas pandemi COVID-19. Dengan membandingkan ekspor-impor terdapat defisit perdagangan sektor farmasi Indonesia terutama disebabkan oleh ketidakseimbangan perdagangan bahan baku farmasi, yang meningkat menjadi USD 729,3 juta tahun 2020, meningkat 37,4% dari 2019. Ketergantungan industri farmasi pada bahan baku impor yang mencapai sekitar 90-95% dari total kebutuhan nasional, hal ini merupakan tantangan besar.
Ilustrasi identifikasi risiko dalam bisnis (sumber: Freepik)
Pentingnya identifikasi risiko tak bisa diabaikan. Identifikasi risiko dalam manajemen risiko berguna untuk pengenalan potensi ancaman dan masalah di masa depan. Dengan memahami risiko-risiko yang ada, organisasi dapat mempersiapkan diri secara lebih baik, mengurangi dampak negatif, meningkatkan pengambilan keputusan, dan menyelaraskan strategi dengan tujuan.
ADVERTISEMENT
Ini adalah dasar untuk mengembangkan rencana mitigasi risiko yang efektif dan memastikan keselarasan antara tujuan dan langkah-langkah yang diambil. Oleh karena itu, pentingnya identifikasi risiko tak boleh diabaikan dalam setiap aktivitas atau kegiatan.
Rantai pasok farmasi di Indonesia yang merupakan bagian krusial dalam sistem kesehatan nasional, dihadapkan beragam tantangan dan risiko yang berkaitan dengan ketergantungan importasi bahan baku, seperti:
ADVERTISEMENT
Sekalipun ada kemajuan dalam infrastruktur dan teknologi di sektor farmasi, identifikasi risiko terkait dengan rantai pasok farmasi menjadi esensial karena beberapa hal berikut:
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, pemetaan risiko tidak hanya penting untuk kelangsungan operasional perusahaan farmasi, tetapi juga untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan tanggung jawab sosial terhadap sistem jaminan kesehatan di Indonesia.