PINJAM 14T DI BANK INFRASTRUKTUR ASIA, APA DAMPAK KEDEPANNYA BAGI INDONESIA?

Konten dari Pengguna
25 Juni 2020 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gina mufidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
By: CNBC Indonesia
Utang memiliki dua pandangan, ada pandangan baik dan ada pandangan buruk, pandangan baik dari utang ini sangat menguntungkan bagi kita jika kita menggunakan nya untuk hal yang bersifat produktif. Seperti membuka usaha dengan modal pinjaman dan membangun infrastuktur walau dana belum mencukupi.
ADVERTISEMENT
Namun, ada juga pandangan buruk nya, yaitu utang secara tidak langsung membuat si debitur menjadi terbiasa sehingga ketergantungan akan utang. Hal ini tidak terjadi secara perorangan saja, namun juga dapat terjadi pada suatu negara.
Dalam kehidupan ber negara, utang sangat tidak dapat ditolak bahkan sangat perlu untuk dilakukan, karena tidak semua negara dapat membangun infrastruktur atau pembangunan pembangunan yang akan memajukan negara tersebut dari dana APBN atau dana pemasukan dalam negeri lainnya. Oleh karena itu, negara tidak segan untuk meminjam kepada negara lain atau lembaga keuangan dunia.
Apalagi di keadaan seperti ini banyak negara yang meminjam uang kepada lembaga keuangan dunia untuk membantu mereka dalam penanganan pandemi Covid-19 ini, salah satunya Indonesia yang meminjam kepada Bank Investasi Infrastruktur Asia ( AIIB) ini.
ADVERTISEMENT
Bank Investasi Infrastruktur Asia atau Asian Infrastructure Investment Bank menyutujui pinjaman sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 14,2 triliun kepada Indonesia untuk membantu penanganan pandemi Covid-19. “Pandemi Covid-19 telah memaksa banyak negara berkembang memilih dalam memenuhi kebutuhan mendesak warganya. Dukungan AIIB untuk Indonesia diharapkan berkontribusi pada upaya pemerintah untuk mengatasi tantangan ini, "kata Wakil Presiden AIIB D.J. Pandian dalam keterangan resmi, Selasa (23/6).
Wakil presiden AIIB ini menyebutkan AIIB akan membantu para anggotanya untuk secepatnya memulihkan kembali ekonominya, bantuan ini berupa pinjaman yang diberikan oleh AIIB kepada negara yang bersangkutan. Karena AIIB tidak memiliki instrumen reguler maka dukungan dana diberikan melalui kerjasama Bank Dunia dan ADB.
Pinjaman ini ditujukan untuk memulihkan keadaan di Indonesia, khusus nya ekonomi yaitu dibidang usaha kecil dan menengah, serta memberikan bantuan kepada keluarga yang rentan perekonomiannya akibat pandemi ini, dan untuk membantu memperbaiki lagi sistem kesehatan di Indonesia dalam penanganan kasus pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Keuangan Indonesia Suahasil Nazara menjelaskan pinjaman ini penting bagi Indonesia untuk mendukung sistem kesehatan dan menyediakan jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin dan rentan. "Ini penting untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi yang merugikan dari COVID-19, ”kata Suahasil.
Utang pemerintah hingga April 2020 mencapai 5.172,48 triliun. Mayoritas utang pemerintah dalam bentuk surat berharga negara, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Satuan : Triliun, Sumber : Kementerian Keuangan
Nah, dengan meningkatnya utang pemerintah yang banyak ini pasti akan ada dampak yang terjadi, walaupun terkesan utang tapi sebenarnya tujuan utang ini untuk memperbaiki keadaan Indonesia pada saat pandemi seperti ini.
Jadi akan ada dampak positif yang sudah pasti terjadi yaitu:
1. Membaiknya keadaan di Indonesia, baik di bidang ekonomi maupun kesehatan yang
ADVERTISEMENT
sedang kita gencarkan saat ini.
2. Membantu menutupi kekurangan dalam segi anggaran negara.
3. Merekatkan hubungan bilateral
4. Sebagai bentuk pengakuan dari negara lain bahwa negara kita akan terus berkembang.
Namun, pasti dampak negatif juga yang akan timbul, dampak negatif dari banyaknya utang Indonesia ini adalah
1. Membebani APBN
Dalam APBN ini akan merumuskan jumlah pendapatan negara dan anggaran negara termasuk utang negara yang harus dibayarkan.
2. Mengalihkan subsidi untuk bayar utang
Jika suatu negara terus menerus berhutang maka anggaran belanja APBN akan meningkat dari waktu ke waktu, sehingga dapat mengurangi anggaran untuk yang lainnya seperti subsidi untuk rakyat.
3. Menyebabkan ketergantungan dengan negara lain
ADVERTISEMENT
Seperti yang saya bilang tadi utang bisa menyebabkan debitur tersebut menjadi ketergantungan. Bagi negara yang memberikan utang bisa jadi mendapat keuntungan, dimana negara yang menjadi kreditur dapat menekan negara yang berhutang, namun sebaliknya, bagi negara yang tidak bisa membayar atau lepas dari pinjaman luar negeri dapat di manfaatkan oleh negara lain.
4. Kenaikan pembayaran bunga utang yang ujungnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Penerbitan utang (SBN) oleh pemerintah juga akan memberikan risiko pada sektor perbankan, terutama likuiditas semakin ketat. Dengan kondisi tersebut beban bunga yang ditanggung oleh perbankan juga meningkat.
Utang yang dilakukan pemerintah kepada luar negeri, sesungguhnya dapat mendorong perekonomian negara, dan juga dapat menciptaan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi ketimpangan pendapatan.
ADVERTISEMENT
Fadillah (2019) mengungkapkan, dari hasil analisis nya tentang hubungan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan uji data unbalance panel. Penelitian ini menggunakan data panel tahunan periode 1991 hingga 2015 dan 112 negara. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah utang luar negeri beberapa negara, tingkat inflasi, tabungan bruto negara, dan tingkat populasi. Hasil penelitian menunjukan utang luar negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi namun juga memiliki titik turning point ketika jumlah utang yang berlebihan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Menurut saya, jumlah utang yang berlebihan yang dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi ini dapat ditangani dengan baik bahkan dihindari , jika para tokoh negara yang bersangkutan melakukan kebijakan yang sesuai dan berhati hati serta tidak gegabah dalam mengambil dan melaksanakan kebijakan untuk pertumbuhan ekonomi dan pengaturan anggaran keuangan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya studi Islam, Budiman dan Juanda (2014), hasil estimasi vector error correction model (VECM) menunjukkan bahwa secara umum utang pemerintah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDB Indonesia selama periode 1999-2014. Dengan koefisien estimasi sebesar 0,582 dapat dimaknai kenaikan utang pemerintah sebesar 1% angka mendorong pertumbuhan sebesar 0,582%, ceteris paribus. Komponen utang dalam bentuk SBN memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,454%. Angka tersebut berarti setiap kenaikan utang SBN sebesar 1 % akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 0,454%, ceteris paribus.
Artinya, jika kita menggunakan utang tersebut dengan bijaksana dan produktif, maka kita akan mendapatkan hasil yang baik dalam segi pertumbuhan ekonomi.
Jadi sebenarnya utang luar negeri tidak sepenuhnya berdampak negatif, namun ada juga dampak positifnya, jika para tokoh negara bisa mengambil kebijakan dan melaksanakan kebijakan tersebut dengan baik, maka dampak negatif akan kecil kemungkinannya, walaupun tidak dapat dipungkiri pasti akan tetap ada.
ADVERTISEMENT
Oleh : Gina Mufidah/ Mahasiswi Pendidikan Ekonomi Koperasi / Universitas Negeri Jakarta