Mimpi BJ Habibie Bangun Industri Dirgantara Nasional Tak Pernah Padam

Kabar Wirabhuana
Kabar dari Bumi Sulawesi
Konten dari Pengguna
21 Desember 2017 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kabar Wirabhuana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mimpi BJ Habibie Bangun Industri Dirgantara Nasional Tak Pernah Padam
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie masih berupaya keras mewujudkan pesawat terbang produk dalam negeri melalui R80. Pesawat terbang R80 yang dikerjakan oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) sudah ditetapkan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).
ADVERTISEMENT
Upaya BJ Habibie mewujudkan Indonesia mandiri industri dirgantara bukan tanpa sebab. Kondisi geografis Indonesia sebagai archipelagic state, menyebabkan transportasi udara sebagai penghubung antarpulau akan selalu menjadi kebutuhan utama sampai kapanpun.
Transportasi udara menggunakan pesawat terbang lebih mudah dan cepat menjangkau daerah terpencil termasuk pulau-pulau terdepan dan terluar Indonesia.
"Ada 17.000 pulau besar dan kecil di Indonesia, dan sampai kiamat perlu pesawat terbang jarak jauh, menengah, dekat-menengah untuk menjangkau seluruhnya," kata Chief Investment Officer RAI Destra Firza Ghazfan ketika memaparkan kembali gagasan BJ Habibie di Kantor RAI, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (20/12/2017).
Destra menambahkan, Indonesia menjadi pasar terbesar dalam penjualan pesawat jarak dekat-menengah di dunia. Namun saying sekali, potensi sedemikian besar belum bisa dimanfaatkan industri dirgantara dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Dalam penjualan pesawat terbang jarang dekat-menengah, Indonesia adalah pasar terbesar dunia. 50% dari penjualan pesawat dunia adanya di Indonesia. Sangat disayangkan jika potensi pasar sedemikian besar jika kita tidak mampu membangun apa-apa padahal kita mampu memanfaatkannya," kata Destra.
Destra meyakini, Indonesia sangat mampu memproduksi secara mandiri pesawat buatan dalam negeri. Dia meyakini kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal teknologi dirgantara mampu mewujudkan industri dirgantara dalam negeri. Akan tetapi jika SDM yang ada tidak dimanfaatkan, maka Indonesia terlambat 30 tahun untuk mampu merakit pesawat buatannya sendiri.
"Membangun industri pesawat bukan perlu uang, tapi manusia. Kita didik manusia berkemampuan teknologi dirgantara akan mampu berusaha 30 tahun. Kalau tidak ada pemanfaatan SDM yang ada, generasi dirgantara mati selesai dan kita terlambat 30 tahun," kata Destra.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama RAI ini menambahkan, keterlibatan BJ Habibie dalam proyek pesawat R80 dapat dikatakan sebagai roda penggerak produksi pesawat tersebut. Habibie juga terlibat langsung dalam perancangan pesawat R80 bersama anak bangsa lain dengan kemampuan teknologi dirgantara.
"Kita selalu menanyai hal strategis kepada Pak Habibie. Kita mau buat pesawat dengan 20, 80 atau 100 penumpang. Pak Habibie selalu mengarahkan secara strategis dan hal ini berjalan belasan tahun lalu sejak saya dulu bekerja di PT Dirgantara Indonesia dan kita biasa tiap minggu diskusi," ujarnya.
Sumber: Bakubae.com