Fenomena Korean Wave sebagai Bentuk Imperialisme Budaya Baru

Grace Inka Putri
Saya merupakan seorang mahasiswa aktif jurusan hubungan internasional dari Universitas Lampung. Saya memiliki ketertarikan akan isu internasional seperti HAM, kesetaraan gender, dan perdamaian.
Konten dari Pengguna
13 Februari 2022 21:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Grace Inka Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sanak sekalian, kita semua pasti tidak asing dengan sebutan Korean Wave atau Hallyu. Girls Generation, Blackpink, BTS merupakan beberapa contoh boy/girl group yang sangat terkenal di Indonesia melalui musiknya yang kita kenal dengan K-pop yang memiliki jenis musik jazz, electronic dance, hip-hop, dan lainnya. Popularitas artis Korea Selatan di kawasan Asia tidak perlu diragukan lagi.
Seorang anak bermain di dekat boneka raksasa dalam serial Squid Game yang dipamerkan di sebuah taman di Seoul, Korea Selatan. Foto: Kim Hong- Jihee/REUTERS
Selain musik, perkembangan Korean Wave juga dapat dilihat melalui TV drama dan film. Pada September 2021, serial “Squid Game” berhasil meraih prestasi dengan menjadi serial yang paling banyak ditonton pada platform Netflix. Netflix menyatakan bahwa serial Squid Game berada di tingkat pertama dalam kategori Today’s Top 10 di 94 negara selama tiga minggu sejak sejak penanyangan pertamanya. Squid Game berhasil meningkatkan citra Korea Selatan di mata dunia internasional.
ADVERTISEMENT
Di awal tahun 2022, terdapat serial yang berhasil menyusul kesuksesan dari serial Squid Game. All of Us Are Dead merupakan suatu serial yang bertengger di Today’s Top 10 Netflix Amerika Serikat mengisahkan tentang sekelompok pelajar yang berusaha untuk bertahan hidup dari serangan virus yang dapat mengubah mereka menjadi zombie.
Prestasi serial dari Korea Selatan yang berhasil menduduki tingkat pertama di Today’s Top 10 menjadikan Korea Selatan sebagai negara pertama yang mampu membuat beberapa serial non-bahasa Inggris di urutan atas Netflix Amerika Serikat.
Korean Wave memiliki tiga produk unggulan yang sangat dikenal yaitu televisi (K-drama), musik (K-pop), dan film yang sangat laris di masyarakat Asia. Seiring dengan perkembangannya, kebiasaan-kebiasaan artis Korea Selatan seperti korean make-up look, foods, dan fashion menjadi tren dan digemari oleh remaja di negara lain.
ADVERTISEMENT
Globalisasi yang didukung dengan perkembangan teknologi semakin meleburkan batas geografis antarnegara dan meningkatnya interaksi antarbangsa. Kebudayaan yang meluas kini tidak hanya dari barat, tetapi juga Asia bagian timur. Dengan demikian, kebudayaan Korea Selatan melalui Korean Wave sangat cepat berkembang karena adanya globalisasi.
Meluasnya Korean Wave juga memberikan dampak buruk bagi negara lain, terutama Indonesia. Identitas nasional Indonesia semakin terkikis karena maraknya Korean Wave di Indonesia yang dapat disebut dengan imperialisme budaya masa kini. Imperialisme budaya yakni usaha ‘penjajah’ untuk menguasai jiwa dan mentalitas negara lain. Kini, Korea Selatan berhasil menguasai masyarakat Indonesia dengan produk Korean Wave yang diunggulkan. Banyak remaja Indonesia yang justru lebih bangga akan kebudayaan Korea Selatan jika dibandingkan dengan kebudayaan aslinya sendiri serta menganggap kebudayaannya ‘kolot’.
ADVERTISEMENT
Guna menghambat tergerusnya kebudayaan asli, maka dibutuhkan kebijakan tegas oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah imperialisme budaya negara lain dalam jangka panjang. Kebudayaan yang dimiliki Indonesia merupakan kebudayaan yang unik, yang tidak ditemukan di negara lain. Dengan keunikan kebudayaannya, Indonesia seharusnya mampu membangun nation branding yang positif.
Ayo lebih sukai kebudayaan asli kita dan bangga menggunakan produk lokal untuk mendukung majunya kebudayaan kita di kancah internasional.