Konten dari Pengguna

Bekerja Sampai Mati

Grup GRL
We are Family Business company who has mandatory agenda for our family wealth sustainability. We serve for Think Tank, Training and Fedback for Financial Wealth Growth and preservation. #danapensiun #penasehatkekayaan
2 Oktober 2024 9:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Grup GRL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-grayscale-pria-duduk-di-bangku-kayu-coklat-membaca-kertas-berita-pada-siang-hari-128428/
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-grayscale-pria-duduk-di-bangku-kayu-coklat-membaca-kertas-berita-pada-siang-hari-128428/
ADVERTISEMENT
Fenomena "bekerja sampai mati" di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari konteks ekonomi makro, termasuk keberadaan sistem fiat sebagai fondasi moneter negara. Sistem fiat, di mana uang tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas, melainkan berdasarkan kepercayaan masyarakat dan pemerintah, memainkan peran penting dalam mengatur nilai mata uang, inflasi, dan stabilitas ekonomi. Namun, sistem ini juga menimbulkan tantangan yang dapat berkontribusi pada fenomena bekerja seumur hidup. Artikel ini akan menganalisis bagaimana sistem fiat berhubungan dengan masalah ini dan mengapa banyak pekerja di Indonesia terus bekerja tanpa henti hingga usia tua.
ADVERTISEMENT
Sistem Fiat dan Inflasi
Sistem fiat memungkinkan pemerintah dan bank sentral, seperti Bank Indonesia, untuk mencetak uang sesuai kebutuhan. Meskipun hal ini memungkinkan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan ekonomi, salah satu dampaknya adalah inflasi. Inflasi mengikis daya beli masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Seiring waktu, harga barang-barang kebutuhan pokok terus naik, tetapi pendapatan sebagian besar pekerja, terutama di sektor informal, tidak meningkat seiring inflasi. Akibatnya, mereka kesulitan menabung atau menginvestasikan uang untuk masa depan.
Dalam konteks dana pensiun, inflasi menjadi tantangan besar. Jaminan pensiun yang ada tidak selalu mampu mengimbangi kenaikan harga barang dan jasa, terutama ketika suku bunga rendah yang mengurangi pengembalian investasi pensiun. Pekerja yang mungkin telah menabung atau berinvestasi melalui dana pensiun, mendapati nilai tabungan mereka menyusut karena inflasi yang terus naik. Akibatnya, banyak orang tua harus terus bekerja karena uang pensiun mereka tidak cukup untuk hidup di masa tua.
ADVERTISEMENT
Ketergantungan pada Sistem Fiat dan Krisis Ekonomi
Sistem fiat sering kali menciptakan ketidakstabilan ekonomi, terutama ketika terjadi krisis. Indonesia telah melalui beberapa krisis ekonomi besar, seperti pada tahun 1998 dan 2008, yang menyebabkan nilai mata uang rupiah jatuh secara signifikan. Setiap kali krisis terjadi, pemerintah terpaksa mengambil langkah-langkah darurat seperti mencetak lebih banyak uang, yang pada gilirannya memicu inflasi yang lebih tinggi. Ketika ekonomi dalam krisis, mereka yang paling terdampak adalah pekerja dengan tabungan kecil dan jaminan sosial yang minim.
Dalam konteks dana pensiun, stabilitas moneter sangat penting. Jika terjadi penurunan nilai mata uang atau inflasi yang berlebihan, dana pensiun akan kehilangan daya beli. Seperti yang disebutkan dalam Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Dana Pensiun Indonesia 2024-2028, perlu ada langkah-langkah untuk memperkuat daya beli peserta dana pensiun​(Peta Jalan pengembangan…). Tanpa reformasi yang mendasar dalam menjaga kestabilan sistem fiat, dana pensiun mungkin tidak cukup untuk menopang kehidupan pasca kerja.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan Sosial Akibat Sistem Fiat
Sistem fiat sering kali memperbesar kesenjangan ekonomi. Mereka yang memiliki akses lebih baik terhadap aset seperti properti, saham, atau bisnis cenderung lebih mampu melindungi diri dari inflasi karena nilai aset-aset tersebut sering kali naik seiring dengan inflasi. Sebaliknya, pekerja dengan pendapatan rendah, terutama di sektor informal, tidak memiliki akses ke instrumen keuangan yang dapat melindungi mereka dari inflasi. Akibatnya, kelas menengah dan bawah terjebak dalam siklus utang, bekerja terus menerus untuk memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat.
Di Indonesia, sektor informal mendominasi angkatan kerja, dengan sekitar 59,17% pekerja tidak memiliki akses ke program pensiun formal​(Peta Jalan pengembangan…). Kesenjangan ini diperburuk oleh ketergantungan pada sistem fiat yang tidak memberikan stabilitas nilai uang jangka panjang. Banyak pekerja informal tidak memiliki simpanan yang memadai karena inflasi dan ketidakpastian nilai mata uang menggerus tabungan mereka.
ADVERTISEMENT
Minimnya Akses ke Aset Produktif
Dalam sistem fiat, akses ke aset produktif seperti tanah, properti, atau investasi yang dapat menghasilkan pendapatan pasif sangat penting untuk keberlanjutan ekonomi individu. Namun, sebagian besar pekerja di Indonesia, terutama yang berada di sektor informal, tidak memiliki akses ke aset-aset ini. Mereka terpaksa mengandalkan upah harian atau pendapatan dari pekerjaan fisik, yang semakin sulit dilakukan seiring bertambahnya usia. Akibatnya, mereka tidak dapat berhenti bekerja bahkan setelah melewati usia pensiun karena tidak memiliki aset yang menghasilkan pendapatan pasif.
Sementara itu, sektor formal yang memiliki akses ke program pensiun dan dana pensiun juga dihadapkan pada tantangan dalam mempertahankan nilai manfaat pensiun mereka. Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Dana Pensiun Indonesia menekankan pentingnya memperluas akses dan inklusi keuangan, namun hal ini sulit dicapai tanpa memperbaiki fondasi ekonomi berbasis fiat​(Peta Jalan pengembangan…).
ADVERTISEMENT
Solusi dalam Kerangka Sistem Fiat
Untuk mengatasi fenomena bekerja sampai mati, perlu ada reformasi menyeluruh yang tidak hanya berfokus pada perluasan akses dana pensiun, tetapi juga pada stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan dalam kerangka sistem fiat meliputi:
Stabilisasi Inflasi: Bank Indonesia perlu terus menjaga inflasi agar tetap terkendali, sehingga daya beli masyarakat, terutama pensiunan, tidak terus tergerus. Stabilisasi ini bisa dilakukan melalui kebijakan moneter yang lebih ketat dan pengelolaan nilai tukar yang lebih stabil.
Inklusi Keuangan untuk Sektor Informal: Perluasan akses ke program pensiun bagi pekerja informal sangat penting. Pemerintah dapat memanfaatkan teknologi digital dan skema kontribusi yang fleksibel untuk menarik lebih banyak pekerja informal menjadi peserta dana pensiun​(Peta Jalan pengembangan…).
ADVERTISEMENT
Diversifikasi Aset Pensiun: Agar dana pensiun tetap kuat di tengah fluktuasi sistem fiat, penting untuk mendorong investasi dana pensiun ke aset-aset yang lebih stabil dan tahan inflasi. Ini bisa termasuk properti, logam mulia, dan instrumen keuangan lainnya yang lebih aman dari fluktuasi nilai mata uang fiat.
Pendidikan Keuangan: Peningkatan literasi keuangan juga menjadi kunci agar masyarakat lebih memahami risiko inflasi dan pentingnya menabung untuk masa depan. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat bisa lebih proaktif dalam mempersiapkan pensiun mereka.
Kesimpulan
Sistem fiat, dengan semua kelebihan dan kekurangannya, telah menciptakan tantangan tersendiri bagi banyak pekerja di Indonesia, terutama dalam konteks jaminan pensiun dan inflasi. Ketidakstabilan nilai mata uang dan inflasi yang tidak terkendali membuat banyak orang harus bekerja seumur hidup karena tidak ada jaminan yang cukup untuk menopang kehidupan di masa tua. Tanpa reformasi mendalam dalam sistem pensiun dan stabilisasi ekonomi, fenomena ini akan terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
GRL Capital adalah lembaga riset, Thing tank dan pelatihan yang fokus pada pengembangan kekayaan Insitusi. Dan pendidikan Moneter dalam praktik praktik baik.