news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menyemai Benih Kewirausahaan

Gunawan Wibisono
PNS di BPS Kabupaten Blitar
Konten dari Pengguna
3 Maret 2021 10:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gunawan Wibisono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan belajar dari rumah
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan belajar dari rumah
ADVERTISEMENT
Sejak Dini
Pagi itu saat membuka aplikasi WhatsApp di android, terdapat pesan baru di grup keluarga. “Pakde, bude, mas, mbak, minta dukungannya ya, channel Anya baru,” bunyi pesan singkat yang disertai link youtube. Kemudian muncul komentar-komentar anggota grup, “Iya, semoga sukses ya, terus berkarya, lanjutkan” begitu sahutan-sahutan yang bernada mendukung.
ADVERTISEMENT
Saat sekarang, fenomena tersebut memang sudah lazim untuk semua kalangan usia, tua, muda maupun anak-anak. Dalam era 4.0, kecanggihan internet memang banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Selain untuk eksistensi diri, platform digital dimanfaatkan juga menjadi ladang pekerjaan baru yang memberikan keuntungan ekonomi. Faktanya sekarang, kemudahan online mendongkrak digital economy dan mendorong tumbuhnya wirausaha baru.
Meskipun begitu, banyaknya wirausaha masih menjadi tantangan negeri ini. Jumlah wirausaha Indonesia masih berkisar 3 persen dari populasi penduduk. Persentase tersebut masih tergolong rendah, bahkan untuk wilayah asia tenggara sekalipun. Global Entrepreneurship 2018 mencatat dari 137 negara, Indonesia menduduki peringkat 94 dalam hal kewirausahaan. Setidaknya kita membutuhkan 4 juta wirausaha baru untuk menuju target 4 persen dari jumlah penduduk.
ADVERTISEMENT
Ada sebuah cerita awal tahun ini ketika saya bertemu seorang teman lama yang mempunyai toko perlengkapan outdoor. Selama pandemi, cobaan usaha mulai berdatangan. Selain penurunan usaha, momen akhir tahun 2020 serasa tidak “semanis” tahun yang lalu. Stok barang masih menumpuk, masalah karyawan yang terpapar Covid-19 sehingga harus isolasi mandiri. Ditambah lagi pelunasan salah satu distributor dipercepat, membuat situasi semakin sulit. Sebelumnya tenggat waktu 3 bulan, sekarang 2 bulan harus melunasi sebelum melakukan order lagi.
Lain pula cerita teman sekantor yang mempunyai usaha budidaya ikan gurame. Setelah puluhan tahun menggeluti, kemudian beralih pada budidaya ikan koi. Alasannya cukup logis, karena prospek usaha yang lebih menjanjikan. Meskipun berisiko gagal, tetapi tetap dilakukan dengan penuh perhitungan dan berani berspekulasi. Dengan ketekunan dan pantang menyerah, peralihan usaha tersebut mulai membawa keuntungan.
com-Ilustrasi ibu dan anak sedang belajar dari rumah. Foto: Shutterstock
Memang dalam wirausaha, seseorang dituntut memiliki jiwa kreasi dan inovasi. Terlebih dalam situasi pandemi, kemauan dan kemampuan mencari peluang dan mengembangkan ide serta meramu sumberdaya diperlukan agar bisa terus bertahan dan berkembang. Karakter positif yang terbentuk tersebut tidaklah diperoleh secara instan. Perlu pendidikan sejak dini untuk menanamkan jiwa kewirausahaan.
ADVERTISEMENT
Sebuah pepatah lama mengatakan “Siapa yang menanam, dia akan menuai hasilnya”. Kalau ditanamkan sedari kecil, maka saat dewasa akan muncul karakter-karakter yang kuat sebagai wirausaha yang handal.
Sebenarnya, dunia pendidikan sudah menerapkan pembelajaran ini. Terdapat titik temu antara pendidikan karakter dan entrepreneurship. Sehingga akan muncul nilai inti di antaranya: mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja keras, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja sama, pantang menyerah, komitmen, realistis, rasa ingin tahu, komunikatif, dan motivasi kuat untuk sukses (Kemendiknas, 2010: 10-11).
Kutipan inspiratif dari Ki Hajar Dewantara,“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, seakan menggambarkan situasi pendidikan daring saat ini. Tanpa adanya tatap muka, internalisasi nilai-nilai kebaikan sulit terukur dengan baik. Orang tua sebagai “guru kedua” perlu untuk mendukung dan memantau keberhasilan pendidikan karakter, dengan melihat perubahan sikap dan perilaku anak.
ADVERTISEMENT
Meskipun lebih fleksibel waktu dalam belajar daring, nilai disiplin, mandiri dan tekun dapat dibiasakan. Jangan membiarkan anak bangun siang ataupun tidur malam yang terlalu larut. Tanamkan pengertian bahwa BDR (Belajar Dari Rumah) adalah sama dengan sekolah sebelumnya, tidak boleh terlambat dan harus bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas. Memakai seragam/atribut sekolah walau sebentar saat zoom meeting juga tetap menghidupkan suasana “bersekolah”.
Nilai jujur, tanggungjawab, pantang menyerah dapat pula diaplikasikan dalam belajar daring. Kalau dulu ada model “Kantin Kejujuran”, maka sekarang dapat diterapkan “Tugas Kejujuran”. Suasana BDR yang penuh tugas secara online, mengirim lewat email dan mengerjakan ulangan lewat google formulir membuat orang tua ikut pusing. Sementara si anak ogah-ogahan, tak jarang orangtua terpaksa melakukan morale hazard dengan menghandel semua tugas. Sehingga hasil tersebut tidak mencerminkan prestasi anak.
ADVERTISEMENT
Pada kasus tersebut, guru perlu melakukan edukasi terhadap anak dan orang tua. Betapa pentingnya mendidik anak agar berkarakter jujur. Bila perlu, komunikasi dua arah juga dilakukan. Mengingat kondisi yang serba sulit sekarang, guru harus memperhatikan keluhan orang tua mengenai tugas yang diberikan. Dengan kesepakatan dua belah pihak, tentu pembelajaran akan semakin mudah. Sehingga tujuan pendidikan karakter akan berhasil baik.
Tak kalah pentingnya, nilai-nilai kreatif dan inovatif perlu di internalisasi sejak dini. Inisiasi tersebut dilakukan untuk merangsang anak agar menghasilkan hasil karya. Secara tak langsung, dalam prosesnya anak akan melewati kerja keras, pantang menyerah dan berani mengambil keputusan. Dituntut agar berhasil, memaksa anak berpikir kritis dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas. Guru dan orang tua berperan mendampingi dan mengarahkan anak.
ADVERTISEMENT
Pengembangan tugas anak dapat juga memanfaatkan teknologi informasi. Membuat konten video sesuai minat anak dan mengunggah melalui internet. Kemudian memberikan saran/masukan terhadap hasil karya teman akan menginternalisasi nilai rasa ingin tahu dan komunikatif. Serta sikap yang terbuka menerima kritik dan saran akan memperkuat karakter tersebut.
Merujuk pada hasil Sensus Penduduk 2020, terdapat potensi pada Generasi Z. Struktur umur antara 8-23 tahun ini mempunyai persentase tertinggi penduduk sebesar 27,94 persen. Kelompok ini apabila dibekali pendidikan karakter dan entrepreneurship, di kemudian hari akan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi yang besar.
Tantangan kewirausahaan akan terjawab nantinya. Meskipun pada praktiknya menemui banyak kendala. Biarlah pemerintah tetap fokus membuat terobosan-terobosan dan program, dunia pendidikan akan terus berkontribusi “menyemai” jiwa wirausaha sejak dini agar tumbuh subur kelak.
ADVERTISEMENT
Gunawan Wibisono, Statistisi BPS Kabupaten Blitar