Survei Mandiri dan Data UMKM

Gunawan Wibisono
PNS di BPS Kabupaten Blitar
Konten dari Pengguna
25 Desember 2021 6:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gunawan Wibisono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Foto pribadi - Survei mandiri dengan Android
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Foto pribadi - Survei mandiri dengan Android
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seperti biasa, bincang-bincang santai mewarnai suasana jaga keamanan lingkungan malam itu. Membicarakan ekonomi yang sudah mulai berjalan, maklum wilayah kami berada dalam salah satu kawasan wisata di Kota Blitar. Kios cinderamata, pembuat aneka kerajinan, penjual makanan, tukang parkir memulai kembali aktivitasnya. Sektor ekonomi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) menunjukkan geliatnya untuk memutar roda perekonomian.
ADVERTISEMENT
Pemerintah memang memberikan perhatian pada sektor usaha ini, dengan memberikan berbagai subsidi dan program bantuan. Kemenkop UKM menyatakan sampai bulan September 2021, program BPUM (Banpres Produktif Usaha Mikro) sudah terealisasi sebesar Rp 15,24 Triliun dialokasikan kepada 12,7 juta pelaku usaha mikro. Sementara itu Kementerian Keuangan mencatatkan realisasi dana pemulihan ekonomi (PEN) UMKM sejumlah Rp.68,35 triliun per September 2021. Capaian tersebut setara 42 persen total anggaran PEN.
Melihat besarnya bantuan, apakah hasil yang dicapai sesuai harapan? Secara umum perekonomian menjadi membaik, Indonesia berhasil melepaskan diri dari jeratan resesi sejak kuartal II 2021. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi secara kuartal sebesar 3,31 persen. Sedangkan year on year pertumbuhan ekonomi 7,07 persen. Gerak UMKM seakan-akan menemukan ritme yang sesuai di tengah melambatnya roda perusahaan besar, karena menurunnya investasi selama pandemi. Sampai kuartal III-2021, pertumbuhan ekonomi masih terus menunjukkan peningkatan.
ADVERTISEMENT
Penerima bantuan dapat berperan serta meningkatkan kualitas data UMKM. Mereka dapat membantu pemerintah agar mendapatkan potret usaha UMKM dengan mengisi survei secara mandiri. Mengapa survei mandiri? Karena proses pengumpulan data membutuhkan biaya yang besar. Sebagaimana anggaran Sensus Penduduk 2020, ternyata 83 persen dari total anggaran terserap untuk pelatihan dan upah petugas/surveyor. Sehingga survei mandiri bisa menjadi alternatif untuk mendapatkan data yang cheaper, faster, better and easier.
Secara umum, UMKM identik dengan skala kecil dan rumah tangga. Klaster usaha ini selama pandemi bergerak lincah dan dinamis memasuki celah-celah ekonomi karena pembatasan/PPKM. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM) bulan Maret 2021, jumlah UMKM mencapai 64,2 juta dan berkontribusi terhadap PDRB sebesar 61,07 persen, senilai Rp.8.573,89 triliun.
ADVERTISEMENT
Dalam perekonomian, UMKM mempunyai peranan besar yang jumlahnya mencapai lebih dari 99 persen. Dari aspek ketenagakerjaan Agustus 2021 oleh BPS, ditengarai jumlah pelaku usaha UMKM kurang lebih 38,57 persen dari angkatan kerja 138,22 juta orang. Dengan rincian status berusaha sendiri sebanyak 28,72 juta, kemudian berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4,27 juta. Sedangkan berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar sejumlah 20,31 juta orang.
Bagaimanakah metode agar survei mandiri dapat dilakukan? Aplikasi tersebut dapat diterapkan dengan metode Computer Assisted Web Interviewing (CAWI), yakni mengisi survei pada link yang disediakan. Sedangkan pada Computer Assited Personal Interviewing atau CAPI, mengisi survei dilakukan dengan memasang instalasi terlebih dulu pada perangkat bantu . Kedua metode tersebut menggunakan alat bantu komputer seperti laptop atau android.
ADVERTISEMENT
Update data UMKM dapat dilakukan dengan pengumpulan data survei mandiri pada penerima bantuan tersebut akan lebih efektif dan efisien dari segi biaya. Stakeholder perlu memberikan edukasi agar mereka sukarela untuk menjadi responden. Sebagai pelaku usaha UMKM, mereka dapat berpartisipasi secara aktif untuk memberikan jawaban yang benar dan apa adanya. Harapannya, selain mendapat data berkualitas, sarana tersebut berpotensi meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya statistik.
Terhitung banyak lembaga survei yang sudah melakukan metode CAPI/CAWI tersebut. Di luar negeri pun sudah sejak lama menerapkan cara ini. Sejumlah negara maju termasuk Amerika, Inggris, Australia, teknologi pendukung CAPI berkembang sangat pesat. Merupakan tantangan bagi Indonesia agar mengembangkan metode ini supaya lebih maju dan bisa sejajar dengan negara lain di dunia.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Hootsuite yang bertajuk Digital 2021, pengguna internet Indonesia awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa dari populasi penduduk 274,9 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa dari Januari 2020. Penduduk usia 16-64 tahun tersebut memakai perangkat elektronik yang berbeda, termasuk laptop/PC, tablet dan telepon genggam, dan lain-lain. Dari sekian perangkat, sebanyak 98,3 persen pengguna data menggunakan smartphone android. Sehingga dominasi telepon genggam tersebut semakin mempermudah pengisian survei mandiri dengan CAWI maupun CAPI.
Namun begitu, penggunaan internet di wilayah Indonesia belum merata. Riset APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet) tahun 2020 menunjukkan penetrasi internet masih di dominasi pulau Jawa sebanyak 56,4 persen. Wilayah Sumatera dan Sulawesi, masing-masing penetrasinya 22,1 persen dan 7 persen. Terendah adalah daerah Maluku dan Papua sebesar 3 persen.
ADVERTISEMENT
Dalam memilih metode pengumpulan data memang memerlukan berbagai pertimbangan, yakni faktor biaya, cakupan populasi sasaran, fleksibilitas pertanyaan, kesediaan responden dan akurasi respons. Dari kelebihan dan kekurangan tersebut, ketepatan menentukan pilihan metode pengumpulan data, akan berguna memajukan dunia statistik untuk sekarang maupun di masa depan.
Gunawan Wibisono, Statistisi BPS Kabupaten Blitar