Mengapa Pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq Bisa Disebut "Gatot" Atawa Gagal Total?

Mohamad Guntur Romli
Caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI), penulis, aktivis
Konten dari Pengguna
5 Juni 2018 2:16 WIB
Tulisan dari Mohamad Guntur Romli tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Komentar Sekjen PSI, Raja Juli Antoni yang menyebutkan pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq di Mekkah "gatot" alias gagal total memantik komentar yang beragam. Ada yang tidak setuju, ada yang setuju. Dalam negara demokrasi seperti Indonesia, keragaman pendapat dilidungi Konstitusi, siapa pun berhak mengutarakan pendapatnya.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi ingin memperkuat komentar Raja Juli Antoni itu, bahwa pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq memang gagal total, dengan argumen sebagai berikut:
Pertama, dari sisi ibadah, jelas-jelas ditegaskan umroh haruslah diniatkan lillahi ta'ala (hanya untuk Allah semata) bukan karena niat-niat lain, seperti kedok hanya untuk bertemu untuk koalisi Pilpres yang kini ramai sejak Prabowo dan Amien Rais umroh yang disebut-sebut "umroh politik", bahkan sudah viral foto yang menggambarkan salam komando antara Prabowo dan Amien Rais yang menjadikan Ka'bah sebagai backgroud belaka.
Baik Gerindra dan PAN mengakui apa yang dibahas antara Prabowo, Amien Rais dan Rizieq adalah koalisi politik yang kemudian muncul nama "Koalisi Umat". Maka sudah jelas inilah "umroh politik".
ADVERTISEMENT
Apalagi viral juga shalat jamaah Rizieq menjadi imam, Amien Rais menjadi makmum, dan juga Prabowo yang dalam shalat itu tidak memakai peci dan pandangannya lurus ke depan, bukan menunduk ke arah tempat sujud, yang biasa dilakukan oleh orang yang terbiasa shalat. Anehnya saat berbincang dengan Rizieq--dalam foto yang lain--Prabowo memakai peci hitam.
Dalam tatakrama pesantren yang dilakukan oleh Prabowo, tidak memakai peci saat shalat menghadap Allah, tapi memakai peci saat menghadap Rizieq merupakan masalah serius dalam tatakrama pesantren. Padahal Prabowo diklem oleh pendukungnya sebagai pemimpin Islam, tapi tidak sensitif soal ini, bahkan dianggap lebih Islam dari Jokowi yang memakai peci kemana-mana dan selalu hormat dan bertemu kyai.
Tapi masalah yang lebih serius adalah umroh pun jadi "umroh politik". Bila pendukungnya ngeles soal niat yang sebenarnya dari umroh ini, kita bisa mengutip pernyataan Imam Syafii nahnu nahkumu biddhawahir wallahu yatawalla as-sara'ir (kita hanya bisa menghukumi apa yang nampak, sedangkan Allah yang akan mengurusi apa yang tidak nampak). Apa yang nampak adalah 'umroh politik' sebuah koalisi yang mempersiapkan pertandingan capres 2019. Mengutip pernyataan Ketua Umum GP Ansor Gus Yaqut bila umroh itu untuk tujuan politik, jelas jauh dari sah (sumber)
ADVERTISEMENT
Kedua, pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq disebut gagal total karena tidak ada kesepakatan siapa capres yang diajukan koalisi ini. Hingga saat ini masing-masing anggota Koalisi tetap menginginkan capres dari kelompoknya. Alumni 212 ingin Rizieq jadi Capres, Gerindra tetap ngotot Prabowo sebagai Capres, PAN mencapreskan Zulkifli Hasan, PBB mengajukan Yusril, sementara PKS mengajukan nama lebih banyak lagi: sembilan Capres 😀 Alih-alih koalisi itu mencapai sepakat siapa capresnya justeru Yusril mengorek "dosa lama" Amien Rais padanya yang meminta Amien Rais tidak berbohong lagi "Yusril Minta Amien Rais Tak Bohong Lagi" dan "Koalisi keumatan, Yusril ungkit pernah dikerjai Amien Rais di Pilpres 1999"
Apalagi PKS yang terjadi kisruh internal karena persaingan antar capres mereka sendiri, sampai ada pemecatan segala "Ketua PKS Akui Ada Persaingan Kandidat Capres di Internal Partai" Tidak adanya tokoh PKS dalam pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq ibarat mobil yang tidak akan bisa jalan kalau kehilangan salah satu rodanya. Koalisi Gerindra dan PAN belum cukup mengusung Capres, adanya PKS sangat penting. Jangankan sepakat, justeru PAN mementahkan usulan Rizieq agar Gerindra, PKS, PAN, PBB berkoalisi. Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Suparno mengatakan bahwa hingga saat ini Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih belum menemukan kata sepakat untuk membentuk koalisi dalam menghadapi Pilpres 2019. Belum lagi kisruh Sekber (Sekretariat Bersama) Gerindra yang masih ditolak PKS, PAN dan PBB. Jadi bagaimana bisa disebutkan Koalisi Gerindra, PAN, PKS dan PBB berhasil terbentuk? Maka tanpa adanya kesepakatan siapa capres dari pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq di Mekkah bisa disebut gagal total.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Amien Rais dan Prabowo turun derajat alias turun kelas dengan bertemu dan minta restu Rizieq. Karena Amien Rais adalah tokoh yang sering disebut-sebut oleh pendukungnya, konon sebagai "tokoh reformasi" dan "politisi senior". Prabowo adalah Ketua Pembina dan Capres dari Parpol dari memiliki kursi yang lumayan di Parlemen tapi harus menemui dan minta restu, bahkan jadi makmum seseorang yang sedang terjerat dalam kasus hukum menjadi tersangka kasus pornografi seperti Rizieq. Apakah tidak ada tokoh lain yang bisa menjadi panutan umat dan tauladan bersama untuk membangun koalisi politik? Rizieq pernah dua kali masuk penjara, baik di era Megawati dan SBY. Saat ini Rizieq selain tersangka kasus pornografi masih harus menghadapi beberapa laporan kasus lainnya. Inilah yang saya sebut Amien Rais dan Prabowo turun kelas dengan meminta restu dari Rizieq.
ADVERTISEMENT
Keempat, Label 212 adalah mitos, tapi mitos 212 ini tetap sukses menipu Prabowo dan Amien Rais yang akhirnya minta restu Rizieq sebagai Imam Besar 212. Saya sebut label 212 mitos karena setelah kasus Ahok, Gerakan 212 tidak mampu lagi melakukan konsolidasi massa dan politik seperti aksi 2 Desember 2016. Berbagai aksi yang mendompleng 212 pun sepi dan gagal. Upaya untuk meraih untung dari label 212 rugi total. 212 Mart gulung tikar, film 212 penontonnya kalah dengan penonton film pocong seperti Suster Ngesot dan Bayi Ghai Ajaib, apalagi bermimpi mau mengalahkan Dilan. Belum lagi alumni 212 yang tercerai berai, ada yang membentuk Persaudaraan Alumni 212, Garda 212, Presidium Alumni 212, eh ada juga alumnus 212 yang saat ini malah getol membela Jokowi seperti Ali Mochtar Ngabalin.
ADVERTISEMENT
Kelima, menanggapi kasak-kusuk Prabowo, Amien Rais dan Rizieq sampai gunakan umroh sebagai kedok politik, saya bergembira dengan respon Jokowi yang santai dan bersahaja. Jokowi tidak mau terganggu dengan isu-isu politik dengan mengajak keluarganya, istri, anak cucunya berlibur di Dufan, Ancol, yang tentu saja sambil mempromosikan wahana rekreasi Ancol. Tak ada yang lebih menggembirakan bagi orang yang punya keluarga dan dekat dengan keluarganya selain bersama, menghabiskan waktu dan bercengkrama dengan keluarganya. Di jagad medsos pun viral, foto-foto kebersamaan Jokowi beserta keluarganya yang disandingkan dengan foto-foto Prabowo, Amien Rais dan Rizieq yang jadikan Ka'bah sebagai background selfie belaka.
Keenam, respon terbaik terkait pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq di Mekkah berasal dari analogi Gus Romi (Romahurmuziy). Gus Romi menyebut tidak semua hal yang dilakukan di Mekkah akan membuahkan hasil yang baik atau terjamin keberhasilannya. "Karena kita juga banyak melihat sejumlah artis kita yang menikah di Mekkah berakhir juga cerai," katanya 😀 (klik di sini)
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa lain, Prabowo, Amien Rais dan Rizieq ibarat artis-artis yang menikah di Mekkah, mereka pun ingin "menikah" untuk Pilpres 2019. Kalau artis-artis itu benar-benar menikah di Mekkah dengan melangsungkan akad masih bisa cerai, apalagi Prabowo, Amien Rais dan Rizieq yang ternyata gagal melangsungkan "pernikahan koalisi Pilpres 2019" setelah pertemuan itu.
Ketujuh. Koalisi Umat yang disebut-sebut sebagai nama koalisi Gerindra, PKS, PAN, PBB dan Rizieq hanyalah klem yang jauh dari kenyataan. Kalau Rizieq disebut imam dari umat ini, harusnya imam hadir di tengah-tengah jamaah. Ibarat imam shalat ya harus hadir bersama dan di depan shaf jemaah. Bagaimana mungkin mengimani jemaah dari jauh? Lantas umat apa yang dimaksud? Jokowi lebih tepat sebagai representasi pemimpin dari umat. Baik Umat Indonesia, yang memperhatikan pemerataan ekonomi dan keadilan sosial dengan pembangun infrastruktur di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, pemerataan BBM satu harga. Jokowi juga pemimpin Umat Islam yang memperhatikan aspirasi umat Islam, dengan penetapan Hari Santri, pembangunan Bank Wakaf Mikro bersama Ketum MUI KH Ma'ruf Amin untuk pembangunan ekonomi berbasis pesantren dan rakyat kecil, silaturahim bersama ulama dan kyai-kyai, pembangunan rusun di pesantren terpadu Prof Hamka dan Universitas Muhammadiyah di Sumbar dan lain-lainnya.
ADVERTISEMENT
Inilah pengabdian Jokowi pada umat Islam dengan kerja dan bukti, bukan sekadar klem-klem saja apalagi istilah umat hanya dipakai sebagai lipstik politik belaka.
Walhasil pertemuan Prabowo, Amien Rais dan Rizieq memang gagal total, selain tak ada kesepakatan yang spesifik, jangankan pasangan Capres-cawapres dari Koalisi ini, menyapakati siapa Capres nya pun gagal.
Mohamad Guntur Romli, Caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI)