Dartos merenung, menatapi langit-langit kamarnya yang tanpa plafon. Kamarnya bau apak karena lama tak ditempati. Mas Topan sibuk di bengkel elektroniknya dan lebih sering tidur di sana daripada di dalam rumah. Tak heran kalau debu betah menebalkan diri di tiap permukaan. Tadi Darto bersin berkali-kali sampai hidungnya pengar, membuatnya kesal bukan main karena nyeri di wajahnya makin menggelenyar. Ditambah lagi di langit-langit kamar, Darto seakan melihat wajah Erna dalam rangkaian jaring laba-laba.
“Erna, harus bagaimana lagi supaya aku bisa menemukanmu?” gumam Darto.
Darto masih berkeyakinan bahwa Erna entah bagaimana ada di bawah sana. Dia menolak percaya kalau Erna sudah tiada, atau kalau ditemukan pun tinggal tulang belulang saja. Tidak! Darto lebih percaya kalau Erna tersesat di alam gaib, seperti yang Waras bilang, dan mimpinya berkali-kali.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814