Serunya Belajar Pengelolaan Keuangan Bersama FWD Life dan Kumparan

Raja Lubis
Pecinta film dan musik Indonesia.
Konten dari Pengguna
28 Mei 2020 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raja Lubis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serunya ‘Kolaborasi Untuk Berbagi’ FWD Life dan Kumparan, Dari Belajar Pengelolaan Keuangan Hingga Berbagi Dengan Sesama.
ADVERTISEMENT
Ketika Jokowi mulai mengumumkan kasus pertama Covid-19, perlahan tapi pasti banyak kebiasaan yang berubah. Tempat publik dibatasi, event-event yang mengumpulkan banyak orang ditunda, hingga pola perilaku individu. Setiap masyarakat diwajibkan untuk mengikuti instruksi #dirumahAja, dan jikalau harus keluar rumah, wajib mempertahankan protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan pakai sabun, dan jaga jarak di kerumunan.
Hari ke hari, minggu ke minggu, hingga saat ini, nampaknya keadaan belum berubah ke arah yang lebih baik jika melihat masih banyaknya angka positif covid-19. Bagi saya yang masih #dirumahAja, akhirnya mulai menemukan pola-pola kegiatan baru.
Paska kantor memberhentikan sementara operasionalnya, saya mulai lebih banyak menonton film, belajar memasak, hingga mencari kursus/talkshow online untuk menambah pengetahuan. Saya berpikir jangan sampai gara-gara Corona, diri ini menjadi nggak produktif.
ADVERTISEMENT
Salah satu materi yang saya butuhkan adalah tentang pengelolaan keuangan. Sebetulnya sejak bekerja di salah satu lembaga keuangan, saya sudah terbiasa mengelola keuangan sebisa saya. Tapi nggak ada salahnya toh, belajar terus menerus, karena akan selalu ada yang baru dari setiap pengetahuan.
Catat semua pemasukan dan pengeluaran, jangan sampai terlewat/pexels.com

Terus bagaimana saya mengelola keuangan selama pandemi Corona ini melanda?

Dengan kebijakan Work From Home seharusnya bisa menghemat pengeluaran karena biaya bensin/transportasi itu hilang. Tapi kenyataannya nggak demikian. Biaya transportasi saya konversi untuk pembelian paket data yang melebihi dari biasanya.
Saya biasa menghemat dari biaya makan. Sebelum pandemi ini melanda, saya terbiasa makan di luar atau memesan online yang biasanya bekisar di angka 15 ribu hingga 25 ribu sekali makan. Karena di rumah saja, saya lebih terbiasa masak sendiri yang tentunya biayanya sangat bisa ditekan.
ADVERTISEMENT
Dananya dari mana, ‘kan sudah nggak kerja? Ya, saya terbiasa menabung untuk darurat. Dan saat seperti inilah dana tersebut dibutuhkan. Sebagian dari dana darurat tersebut saya jadikan modal tambahan warung makan di rumah.
Kenapa? Karena saya belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Jadi saya berpikir, jika hanya dihabiskan untuk makan sehari-hari, maka di suatu titik uang itu akan habis. Sebisa mungkin saya mengatur dana darurat bisa berputar sehingga usia dana tersebut bisa lebih panjang.
Poster Financial Talk bareng Dono Pradana dan Aidil Akbar/kumparan

#DirumahAjaBarengFWD

Untuk meyakinkan dan menambah pengetahuan saya tentang pengelolaan keuangan, saya tertarik mengikuti program #DirumahAjaBarengFWD yaitu Financial talk di IG Live persembahan FWD Life dan Kumparan. Sejujurnya Ini pertama kalinya saya mengikuti IG Live dari awal hingga akhir sesi.
ADVERTISEMENT
IG Live #DirumahAjaBarengFWD menghadirkan pakar financial planner, Aidil Akbar, dan stand up comedy, Aditya Rahman (Dono Pradana). Acara talkshownya dikemas dengan sangat interaktif dan juga menghibur. Secara garis besar, acara talkshow dibagi dalam sesi penyampaian materi, tanya jawab, dan bagi-bagi hadiah.
Aidil Akbar membuka IG Live dengan tips yang pertama yakni financial check up. Menurut Aidil, sebelum melakukan pengelolaan apa pun terhadap uang kita, kita harus memahami kondisi keuangan kita. Terutama terkait pemasukan dan pengeluarannya. Cara sederhananya kita bisa membuat catatan kecil tentang hal tersebut.
Jika sudah melakukan financial check up, langkah selanjutnya adalah membagi persentase pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari, hiburan, dan dana darurat. Yang akan saya tekankan di sini adalah mengenai dana darurat.
ADVERTISEMENT
Mulai sisihkan penghasilan untuk dana darurat minimal 10 persen/pexels.com
Menurut Aidil minimal 10% dari penghasilan harus disisihkan untuk dana darurat. Tapi bagaimana dengan mereka yang penghasilannya habis oleh kebutuhan sehari-hari. Aidil menambahkan bahwa tipsnya adalah dengan memangkas berbagai pengeluaran yang memang tidak perlu. Jika memang sudah tidak bisa lagi, caranya nggak lain harus TINGKATKAN PENGHASILAN!
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menambah penghasilan. Bisa berjualan seperti yang kita lakukan, atau sesederhana mengajar ngaji.
“Jika kita bisa mengaji, kita bisa mengajar anak kecil mengaji. Coba berapa banyak anak orang kaya yang butuh belajar ngaji. Sesederhana itu bisa menambah penghasilan”, ucap Aidil mencontohkan bagaimana meningkatkan penghasilan dengan cara yang mungkin sebelumnya nggak banyak terpikirkan oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Selain bicara mengenai meningkatkan penghasilan, Aidil juga mengingatkan tentang hutang konsumtif. Apa maksudnya? Kita berhutang untuk kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya konsumsi dan tidak ada pemasukan balik dari sumber hutang tersebut.
Mungkin kita sudah tahu beberapa waktu yang lalu sempat viral di media sosial mengenai orang gaji 80 juta namun merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya karena cicilannya yang banyak. Secara kasat mata saja, gaji 80 juta itu termasuk jauh di atas rata-rata UMK (yang tidak sampai angka 10 juta).
Tapi ya terlalu konsumtif dan merasa semuanya bisa dibeli (hutang) dengan gajinya, akibatnya saat kondisi pemasukannya berkurang dan ia tetap diharuskan membayar hutangnya, ia kelimpungan. Padahal bisa jadi orang tersebut bukan kekurangan, tapi tidak memahami pengelolaan keuangan. Itulah pentingnya IG Live #DiRumahAjaBarengFWD seperti ini.
ADVERTISEMENT
Ditambakan oleh Dono, yang juga memandu diskusi, IG Live #DirumahAjabarengFWD merupakan program untuk mendorong penonton merayakan hidup di tengah pandemi ini. Selama bulan Ramadan kemarin, setiap minggunya FWD Life membawa para ahli yang akan menyuguhkan informasi bertemakan cooking, sports, Mom’s Talk, dan Financial Literacy bersama dengan KOL ternama untuk menyebarkan kegembiraan kepada penonton. Program ini bekerja sama dengan rekan publisher, yang khusus Financial Literacy bekerjasama dengan Kumparan.
Masih bingung mengelola keuangan?/pexels.com

#BukaBarengFWD

Keseruan belajar pengelolaan keuangan bersama FWD Life dan Kumparan, nggak selesai hanya di program #DirumahAjabarengFWD. Keseruan berlanjut ke kegiatan digital bukber (buka bareng).
Sebelumnya FWD Life dan Kumparan memilih 30 orang yang beruntung di program #DirumahAjabarengFWD untuk ikut #BukaBarengFWD dan komunitas lainnya. Dan alhamdulillah saya salah satunya. Dan ini juga pertama kalinya saya ikut digital bukber. Sempat bingung juga bagaimana pakai aplikasinya, tapi lama-lama malah bikin nyaman. Eh..
ADVERTISEMENT
Di kegiatan #BukaBarengFWD ini saya kembali berkesempatan mendengar celotehan Dono Pradana yang sumpah lucu. Ya, kalau nggak lucu, bukan stand up dong ya.
Selama kurang lebih satu jam, #BukaBarengFWD diisi dengan bincang santai antara Dono Pradana, FWD Life dan SOS Childrens Village.
Nggak hanya bincang santai, seperti program sebelumnya #BukaBarengFWD diisi dengan berbagai macam hadiah. Di kesempatan kali ini saya beruntung mendapat hadiah dari sesi penanya terpilih. Pertanyaannya apa? Terus scroll sampai bawah ya!
Selain bertabur hadiah, setiap peserta yang mengikuti #BukaBarengFWD mendapat voucher GoFood yang bisa dibelikan menu untuk berbuka puasa. Saya pun langsung menggunakan voucher tersebut untuk membeli paket ayam cepat saji.
Kebaikan #BukaBarengFWD makin lengkap karena setiap peserta juga diberikan care package berupa masker wajah dan hand sanitizer yang akan dikirimkan ke alamat rumah masing-masing. Buat saya kegiatan ini sangat menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Tapi kebaikan akan terasa lebih sempurna jika bukan tentang diri sendiri, tapi juga orang lain. Di kegiatan #BukaBarengFWD ini juga, FWD Life mengajak audiens untuk berkolaborasi #BerbagiBarengFWD dalam kegiatan CSR FWD Life #BerbagiBarengFWD.
Setiap peserta yang hadir di #DiRumahAjaBarengFWD juga akan difasilitasi langsung untuk berdonasi dalam program #BerbagiBarengFWD, dimana para peserta hanya tinggal mendaftarkan diri dan ikutan challengenya.
Peserta akan mendaparkan Jersey di akhir progam sebagain bentuk ucapan terima kasih. Biaya pendaftaran senilai Rp200 ribu rupiah akan ditanggung oleh FWD Life, dimana dana tersebut akan didonasikan langsung juga kepada SOS Childrens Village.
Mari berbagi untuk sesama/fwd life

#BerbagiBarengFWD

Seperti yang sudah saya singgung di atas, FWD Life juga mengadakan program #BerbagiBarengFWD. Di program ini, FWD Life berkolaborasi bersama SOS Children’s Village.
ADVERTISEMENT
Di #BukaBarengFWD hadir pula Salman, perwakilan dari SOS Childrens Village. Salman sangat menyambut baik kegiatan #BerbagiBarengFWD yang digagas FWD Life ini. Menurutnya, program ini sangat penting untuk membantu meningkatkan kesadaran akan kondisi kelompok yang kurang beruntung, terutama anak-anak, selama wabah virus corona.
Dampak yang disebabkan oleh pandemi ini tidak hanya kesehatan, tetapi banyak keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar karena pembatasan interaksi sosial yang berdampak pada keadaan ekonomi mereka.
SOS Childrens Village sendiri adalah organisasi sosial yang menaungi anak-anak yang berpotensi kehilangan asuhan orangtua dengan berbagai alasan. Untuk lebih jelasnya kegiatan SOS Childrens Village, bisa kepoin akun instagramnya di @desanaksos.
Kolaborasi FWD Life dan SOS Children Village ini juga menuai cukup banyak perhatian dari peserta #BukaBarengFWD. Hampir semua pertanyaan peserta (termasuk saya) pada saat sesi tanya jawab ditujukan ke SOS Children Village.
ADVERTISEMENT
“Pak Salman, Bagaimana mekanisme SOS Children Village mencari dan menyeleksi anak-anak yang bisa gabung di SOS Children Village? Adakah kriteria khusus, umur misalnya? Dan apakah kerjasama juga dengan instansi setempat, semisal Dinas Sosial?”, itulah pertanyaan saya yang akhirnya mengantarkan saya mendapat hadiah. Asyik!
“SOS Children Village ini sudah berdiri sejak 1972. Kami mencari anak-anak yang berpotensi kehilangan orangtua. Misalnya anak yang orangtuanya bercerai, atau (mohon maaf) yang orangtuanya cacat. Di SOS Children Village kami membuat sistem pengasuhan. Jadi setiap beberapa anak ada pengasuhnya. Namun sejak tahun 2000, kami bekerja sama dengan Kementrian Sosial. Jadi hanya anak-anak yang direkomendasikan oleh Kemensos-lah yang bisa bergabung di SOS Children Village. Semoga menjawab ya Mas Raja”, begitulah Salman menjawab pertanyaan saya dengan sangat antusias sekali.
ADVERTISEMENT
Selain perbincangan kolaborasi FWD Life dan SOS Children Village, FWD Life juga ada program lain yakni pendistribusian 20,000 Care Package untuk seluruh keluarga FWD Life – dari karyawan, tenaga pemasaran hingga nasabah – yang terdiri dari barang-barang kesehatan dan kebersihan seperti masker wajah dan hand sanitizer.
Tidak hanya itu, FWD Life juga memberikan sarana bagi mereka yang ingin menyebarkan kebaikan, dengan mendonasikan Care Package apabila mereka tidak ingin menggunakannya kepada mereka yang lebih membutuhkan melalui 3 Organisasi non-profit resmi (Special Olympics, Humanity & Inclusion and SOS Children’s Village). Perusahaan akan menyalurkan donasi tersebut.
Kolaborasi ini bertujuan untuk menyediakan perlindungan bagi komunitas dan keluarga mereka, memberikan mereka rasa aman dan terlindungi. Hal ini termasuk mendorong mereka untuk tetap sehat, menjaga kebersihan, melakukan berbagai langkah pencegahan, seperti mencuci tangan secara rutin.
ADVERTISEMENT
Seluruh kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan “Kolaborasi untuk Berbagi” FWD Life dengan tujuan menginspirasi masyarakat agar ikut serta meramaikan #BerbagiBarengFWD dengan menjangkau orang yang membutuhkan dan membuat pengaruh yang lebih besar.
Terima kasih FWD Life dan Kumparan. Sungguh suatu ilmu dan pengalaman berharga bisa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan “Kolaborasi untuk Berbagi” FWD Life.