5 Skandal Pengaturan Skor yang Hebohkan Basket Dunia

24 November 2017 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Basket (ilustrasi) (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Basket (ilustrasi) (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Judi itu dilarang, begitu kata musisi Rhoma Irama dalam salah satu lagunya. Namun, tak ada yang bisa menghentikan kegiatan judi, termasuk dalam dunia olahraga yang notabene dikenal dengan sportivitas tinggi.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia olahraga, judi biasanya dilakukan oleh bandar yang memberikan bayaran kepada pemain atau pelatih agar mengatur skor sehingga hasil berakhir sesuai pesanan. Sepak bola pun menjadi salah satu cabang olahraga (cabor) yang menarik para penjudi untuk menggelontorkan uangnya. Namun, bukan berarti cabor lain bersih dari permainan terlarang itu.
Basket salah satunya. Baru-baru ini, publik Tanah Air dikejutkan dengan kasus pengaturan skor atau match fixing yang dilakukan delapan pemain dan satu ofisial tim Siliwangi Bandung. Sembilan nama itu pun sudah dihukum seumur hidup oleh Indonesia Basketball League (IBL).
Kali ini, kumparan (kumparan.com) merangkum beberapa kontroversi yang terjadi dalam dunia basket internasional. Dari Amerika Serikat hingga Australia, dari pelatih hingga pemain, berikut daftar lima kontroversi pengaturan skor dalam bola basket.
ADVERTISEMENT
1) Amerika Serikat (1978)
Jauh sebelumnya, para penjudi telah melirik basket sebagai lahan mereka. Salah satu yang paling fenomenal adalah kasus Paul Mazzei bersama empat orang lain termasuk mafia Amerika Serikat, Henry Hill dan Jimmy Burke, disebut mengurangi skor bersama pemain Boston College. Berita ini membuat Negeri Paman Sam geger hingga muncul film berjudul "Playing for the Mob" dengan latar belakang kasus ini.
2) Amerika Serikat (2007)
Menjadi induk basket Amerika Serikat, National Basketball Association (NBA) tak lantas memiliki imun soal aktivitas judi di organisasinya. Wasit dari NBA, Tim Donaghy, memanfaatkan posisinya untuk menjual informasi selama musim 2005-2006 dan 2006-2007. Wasit yang telah bekerja selama 13 musim itu menukar informasi untuk mendapat pundi-pundi dolar. Donaghy lantas dihukum 15 bulan dan memutuskan pensiun pada 2007.
ADVERTISEMENT
3) Amerika Serikat (2011)
Sebanyak sepuluh orang, dua diantaranya mantan pebasket, Brandon Johnson dan Brandon Dowdy, serta mantan pelatih tim basket Universitas San Diego, Thaddeus Brown, terlibat pengaturan skor sejak 2008. Pelaku menyuap pemain tim San Diego Toreros untuk memuluskan taruhannya di pusat judi, Las Vegas. Kasus ini baru terkuak pada April 2011, dengan indikasi game terakhir di Riverside ikut diatur.
4) Korea Selatan (2015)
Kepolisian Korea Selatan menginvestigasi 11 pebasket profesional yang diduga melakukan match fixing dalam Korean Basketball League, sejak 2009 hingga 2015, termasuk Kim Sun Hyung, andalan Seoul SK Knights dan Tim Nasional. Tak hanya pemain, pelatih kawakan bernama Chun Chang Jin, disebut meminjam 300 juta won atau sekira Rp 3,7 miliar untuk bertaruh dalam lima laga yang dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
5) Amerika Serikat (2016)
Pada Januari 2016, seorang reporter ESPN, Brian Windhort, mengungkapkan jika Cleveland Cavaliers bekerjasama dengan Portland Trail Blazers untuk menjatuhkan pelatih utama Cavs, David Blatt. Dalam pertandingan pada 26 Desember 2015 itu, Cavaliers kalah dengan selisih 29 poin. The Blazers menang 105-76, dengan LeBron James yang hanya melakukan 13 tembakan.
Sementara dalam kasus match fixing di Indonesia, IBL menghukum pelaku dengan denda Rp 100 juta dan dilarang berkarier dalam dunia basket seumur hidupnya. Seperti kata Rhoma Irama, judi memang menjanjikan kemenangan, tapi itu awal dari kekalahan. Judi juga menjanjikan kekayaan, tapi itu awal dari kemiskinan.