news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jurnal: Kejayaan Timnas U-16, Kebanggaan Jurnalis Indonesia

23 September 2018 12:24 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Skuat Timnas Indonesia U-16 merayakan kemenangan atas Iran U-16 di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (21/9). (Foto: Dok. AFC)
zoom-in-whitePerbesar
Skuat Timnas Indonesia U-16 merayakan kemenangan atas Iran U-16 di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (21/9). (Foto: Dok. AFC)
ADVERTISEMENT
Touch down. Malam hari, Kamis (20/9/2018), saya tiba di Kuala Lumpur (KL), Malaysia. Kali ini langkah kaki terasa lebih sigap karena sudah kali kedua menginjakkan kaki di Negeri Jiran.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sih, kalau dihitung per kedatangan, ini merupakan keempat kalinya saya ke KL. Karena, ketika meliput SEA Games 2017 lalu, saya tiga kali bolak-balik Jakarta-KL hanya dalam waktu dua pekan--sampai hafal semua rubrik majalah di pesawat.
Dan, keesokan harinya, petualang saya di KL dimulai. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini saya datang untuk meliput perhelatan akbar Piala Asia U-16. Ya, setelah jadi juara di Piala AFF 2018, Timnas U-16 kini mencoba menggapai mimpi lebih tinggi: lolos ke Piala Dunia U-17.
Harus diakui, perasaan saya campur aduk antara antusias dengan harap-harap cemas. Itu karena Timnas U-16 bakal berhadapan dengan tim tangguh Iran U-16 di laga perdana. Siapa pun tahu, Iran punya tradisi kuat di sepak bola Asia, dalam setiap kategori usia.
ADVERTISEMENT
Cuma, perasaan tak karuan itu coba saya tenangkan dengan menunaikan salat Jumat di Kantor Kemenpora Malaysia yang berada di pelataran stadion. Bagi saya, ini kali pertama merasakan salat Jumat di negara orang.
Rasanya? Sama saja. Bahasa yang digunakan saat berceramah juga cukup dimengerti. Tapi, ada satu hal yang menjadi perbedaan jauh dengan salat Jum’at di Indonesia.
Ketika hendak takbir, imam memberikan sejumlah nasihat. Selain mengimbau untuk meluruskan saf, yang paling terngiang ialah ketika ia meminta jamaah untuk salat dengan khusyuk seolah-olah ini adalah salat Jumat terakhir kalinya.
Kalimat yang bagi warga setempat mungkin terasa biasa, tapi bagi saya yang mendegar langsung membatin, “kok merinding, ya?” Dan…ya benar, saya langsung khusyuk salatnya.
ADVERTISEMENT
Striker Timnas U-16, Amiruddin Bagus Alfikri, ketika melewati adangan dua pemain Iran U-16. (Foto: Adam Aidil/AFC)
zoom-in-whitePerbesar
Striker Timnas U-16, Amiruddin Bagus Alfikri, ketika melewati adangan dua pemain Iran U-16. (Foto: Adam Aidil/AFC)
Oke, kembali ke masalah sepak bola. Saya bersama rekan-rekan jurnalis asal Indonesia lainnya melangkah masuk ke stadion. Singkatnya, perasaan campur aduk yang saya rasakan tadi berubah menjadi kebahagiaan manakala Timnas U-16 sukses menekuk Iran dengan skor 2-0. Heroik.
Hasil itu tentu saja membuat suporter Indonesia menggila. Entah kapan terakhir kali Indonesia pernah mengangkangi Iran di lapangan hijau. Malah, berdasarkan data 11vs11, Indonesia tak pernah sekali pun menang atas Iran dengan menelan empat kekalahan dan sekali imbang sejak pertemuan pertama pada 1966.
Karena itu, tak berlebihan rasanya jika senyum semringah menghiasi wajah pemain, suporter, dan jurnalis Indonesia pada malam itu. Melihat pemain-pemain Iran yang sebelum laga terlihat begitu garang, begitu melewati mixed zone (lorong pemain keluar dari stadion) berubah menjadi lesu darah. Pengin ketawa, sih, tapi takut dosa.
ADVERTISEMENT
Kemenangan Timnas U-16 atas Iran itu tak disangka memberikan efek besar. Bahkan, menjadi perbincangan hangat di Malaysia. Bagaimana mungkin, Indonesia yang tak punya sejarah bagus di Piala Asia, bisa menggulung salah satu tim favorit juara.
Ceritanya begini. Setelah melihat pemain Timnas U-16 berlatih di Persada Plus, Petaling Jaya pada Sabtu (22/9) pagi, saya bersama beberapa rekan menyambangi Hotel Dorsett di Subang Jaya yang merupakan tempat Timnas U-16 menginap.
Saya duduk di lobi dengan dua orang berpakaian Timnas Irak di samping saya. Kebetulan salah satu teman saya ada yang memakai jersi Timnas Indonesia, dan dari situlah kemudian obrolan berlanjut.
Kedua pria tersebut ternyata merupakan staf pelatih Irak U-16. Satunya adalah pelatih, sementara satu orang lainnya menjabat sebagai fisioterapis. Sayangnya, saya lupa menanyakan namanya.
ADVERTISEMENT
“Luar biasa. Setelah menang atas Iran, langkah Timnas U-16 ke laga-laga selanjutnya pasti akan lebih mudah. Saya melihat sepak bola Indonesia berkembang pesat dalam 5 tahun belakangan ini,” katanya.
Kami tentu saja tersenyum mendengar hal itu. Kami juga sejatinya perlu mendengar sudut pandang lain perihal sepak bola Indonesia. Biar tak berkaca mata kuda.
Dia melanjutkan,”Saya tidak menonton pertandingan itu, tapi dari hasilnya sudah terlihat bahwa tim Anda punya kualitas yang bagus. Saya rasa tim Anda akan melaju hingga babak semifinal.”
Dua staf pelatih Irak U-16 (kiri dan tengah) yang sempat berbincang dengan kumparan. (Foto: Adam Aidil/AFC)
zoom-in-whitePerbesar
Dua staf pelatih Irak U-16 (kiri dan tengah) yang sempat berbincang dengan kumparan. (Foto: Adam Aidil/AFC)
Ya, itu juga yang menjadi doa seluruh pecinta sepak bola nasional. Karena dengan lolos ke semifinal, Timnas U-16 otomatis bakal berlaga pada putaran final Piala Dunia U-17 di Peru pada tahun depan.
ADVERTISEMENT
Obrolan kami terhenti karena mereka harus bersiap-siap menghadapi Afganistan pada sore harinya. Hanya berselang beberapa menit, ada warga Malaysia yang gantian duduk dekat kami.
Good game, lah,” katanya seraya tersenyum.
Kami awalnya bingung, tapi akhirnya tahu yang dimaksud ialah kemenangan Timnas U-16 atas Iran. Mungkin dia melihat rekan saya yang mengenakan jersi Timnas Indonesia.
“Pertandingan kemarin hebat. Indonesia bisa mengalahkan Iran,” ucapnya lagi.
“Iya, terima kasih,” jawab saya.
Belakangan saya tahu dia merupakan salah satu volunteer di ajang Piala Asia U-16 ini. Dia bertugas untuk mendampingi tim selama latihan serta saat menuju stadion.
kumparan bersama rekan-rekan jurnalis asal Indonesia saat meliput Piala Asia U-16 di Malaysia. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
kumparan bersama rekan-rekan jurnalis asal Indonesia saat meliput Piala Asia U-16 di Malaysia. (Foto: Istimewa)
Dia juga tampaknya tahu betul bagaimana perjalanan Timnas U-16 saat menjuarai Piala AFF. Dan, mencoba membandingkan kondisinya dengan Timnas Malaysia U-16--yang disebutnya tengah mengalami banyak masalah.
ADVERTISEMENT
Jujur harus saya akui, baru kali ini saya rasakan begitu bangganya jadi WNI di negara orang. Jika biasanya kerap dianggap sebelah mata, kini karena kejayaan Timnas U-16, jurnalis asal Indonesia pun kebagian rasa bangga. Ah, indahnya.