Membedah "Penyakit" Timnas U-19 Jelang Hadapi Thailand

14 September 2017 18:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim U-18 Indonesia di Piala AFF. (Foto: Dok. PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Tim U-18 Indonesia di Piala AFF. (Foto: Dok. PSSI)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu disampaikan Indra Sjafri usai mencukur Brunei Darussalam sekaligus memastikan satu tiket menuju semifinal Piala AFF U-18. Meski sukses lolos sebagai juara grup, juru latih Tim Nasioal (Timnas) Indonesia U-19 itu tampaknya sadar betul bahwa skuatnya masih jauh dari kata mumpuni.
Masih terdapat kekurangan di sana-sini. Beberapa bahkan terlihat begitu mencolok.
Jelang menghadapi partai semifinal melawan Thailand U-19, Jumat (15/9/2017), kini skuat “Garuda Nusantara” dituntut untuk bisa meminimalisir segala kesalahan. Karena celah sekecil apapun--dalam laga sepenting ini--bisa sangat menentukan hasil akhir pertandingan.
Lantas, apa saja yang harus dibenahi Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan?
Timnas U-19 melewati perjalanan cukup terjal untuk menuju semifinal. Meski pada akhirnya keluar sebagai juara grup, hal ini sejatinya tak lepas dari bantuan tim lain.
ADVERTISEMENT
Kekalahan atas Vietnam U-19 di laga ketiga seakan menjadi titik kulminasi dari sederet kelemahan yang terlihat manakala menghadapi tuan rumah Myanmar U-19 dan Filipina U-19 pada dua laga sebelumnya.
Terlepas dari hal itu, perjuangan Timnas U-19 sudah sepatutnya mendapatkan apresiasi. Apalagi, di atas lapangan, mereka mampu menampilkan performa ciamik.
Satu hal yang menjadi benang merah dari penampilan Timnas U-19 semenjak awal turnamen adalah penguasaan bola. Empat laga dilewati mereka tanpa pernah sekalipun kalah dalam hal penguasaan bola. Angkanya pun cukup fantastis dengan berkisar pada 75%.
Tak hanya itu, keberanian mereka untuk memainkan bola juga sejalan dengan akurasi umpan selama 90 menit. Dari empat laga, Timnas U-19 rata-rata tercatat memiliki akurasi operan sekitar 85%.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang kentara yaitu produktivitas mereka selama menghadapi babak penyisihan grup. Menghadapi Myanmar, Filipina, Vietnam, dan Brunei, Timnas U-19 total melesakkan 19 gol. Jumlah itu lantas menjadikan Indonesia sebagai tim paling produktif di turnamen.
Faktor tak kalah penting yang dimiliki Timnas U-19, yakni ketangguhan mental. Laga melawan Myanmar menjadi etalase bagaimana mental mereka sudah tertempa sebelum turnamen dimulai. Menghadapi tuan rumah dengan dukungan suporter, Indonesia bisa membalikkan keadaan dengan mengemas gol kemenangan pada detik-detik akhir.
Partai melawan Brunei juga bisa menjadi acuan lainnya. Setelah digasak Vietnam 0-3, Indonesia dituntut mampu menang dengan margin delapan gol. Hanya memiliki waktu sehari untuk memulihkan stamina dan mental, Timnas U-19 mampu memenuhi target itu.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kembali ke pertanyaan awal, di balik kelebihan tetap saja terselip sejumlah kekurangan. Apa saja?
Kurang Tajam
Gelontoran 19 gol dari empat laga sejatinya sudah cukup membuktikan bertapa berbahayanya Timnas U-19 di depan gawang lawan. Akan tetapi, jika melihat statistik, jumlah gol yang diciptakan mereka bahkan seharusnya bisa jauh melebihi angka itu.
Dari data Labbola, Timnas U-19 total mencatatkan 103 percobaan dari empat partai yang telah dijalani. Dari situ, mereka melepaskan 49 kali upaya tepat sasaran, dengan 19 di antaranya berbuah gol.
Laga melawan Filipina dan Brunei menjadi bukti banyaknya peluang emas yang terbuang dengan percuma. Saat menghadapi Filipina, setidaknya ada sembilan shoot on target yang gagal berbuah gol. Sedangkan, terdapat sepuluh percobaan tepat sasaran yang tak membuahkan hasil ketika melawan Brunei.
ADVERTISEMENT
Ketika meladeni Vietnam, lini depan Timnas U-19 bahkan mati kutu. Mereka terlihat sangat kesulitan membongkar rapatnya pertahanan lawan--bahkan hanya untuk menyentuh kotak penalti.
Menghadapi Thailand, barisan depan Timnas U-19 benar-benar akan diuji. Dalam laga seketat nanti, sulit rasanya mengharapkan hadirnya banyak peluang. Nah, untuk mengatasinya adalah dengan bisa memaksimalkan peluang sekecil apapun menjadi gol.
Tak bisa pula banyak berharap akan mendapatkan peluang terbuka mengingat kokohnya barisan pertahanan Thailand. Itu terbukti dari hanya dua kali mereka kebobolan dari lima laga yang telah dijalani.
Lemah Bola Mati
Koordinasi pertahanan Timnas U-19 tak dapat dipungkiri merupakan persoalan terbesar selama turnamen. Gol perdana ke gawang M. Riyandi saat menghadapi Myanmar menjadi bukti. Dihajar lewat serangan balik, pemain bertahan Timnas U-19 kocak-kacir.
ADVERTISEMENT
Penyebab tiga gol dari Vietnam malah seluruhnya bermula dari adanya kesalahpahaman dalam menggalang koordinasi. Itu diperparah dengan lemahnya transisi dari menyerang ke bertahan, sehingga meninggalkan lobang besar di sepertiga pertahanan sendiri.
Dua dari tiga gol yang dicetak Vietnam juga berawal dari bola mati (sepak pojok). Hal itu lantas menjadi perhatian manakala menghadapi Thailand nanti.
Bukan tak mungkin mereka menerapkan skema bermain seperti Vietnam. Bertahan dengan sangat rapat kemudian membalas dengan serangan balik cepat. Bola-bola mati kemudian menjadi opsi terbaik untuk membobol gawang Timnas U-19.
Celakanya, lemahnya antisipasi bola mati di pertahanan berbanding lurus dengan pemanfaatan skema bola-bola mati ketika menyerang. Tercatat, hanya dua dari total 19 gol yang dicetak Timnas U-19 yang berawal dari bola mati.
ADVERTISEMENT
Pertama, gol yang dicetak ke gawang Filipina lewat tendangan bebas menyusur tanah oleh M. Iqbal. Lalu, gol sundulan Witan Sulaeman ketika memanfaatkan sepak pojok kala membantai Brunei.
Padahal, memaksimalkan bola mati dipercaya bisa menjadi opsi yang efektif untuk mencari gol manakala sulit menembus pertahanan lawan.
Tendangan Jarak Jauh Tak Akurat
Selain memaksimalkan bola mati, cara lain untuk membongkar pertahanan ketat Thailand adalah dengan tendangan jarak jauh. Opsi ini bisa dipilih ketika ruang untuk menerobos hingga kotak penalti tetutup sama sekali.
Sayangnya, hal itu juga belum maksimal. Hanya dua gol yang berhasil disarangkan penggawa Timnas U-19 melalui sepakan dari luar kotak penalti, yaitu gol Feby Eka Putra ke gawang Filipina dan gol dari Witan Sulaeman saat menghadapi Brunei.
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia U-19 (Foto: Dok. PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Indonesia U-19 (Foto: Dok. PSSI)
Ambil contoh ketika melawan Brunei. Dengan cover yang longgar dari pemain lawan saja, Timnas U-19 tak mampu menjaga akurasi tembakan jarak jauhnya.
Setidaknya, terdapat lima kali percobaan yang silih berganti dilakukan, tetapi semuanya melenceng dari target. Hanya usaha Witan yang akhirnya menemui sasaran.