Borneo Skycam "Membelah Langit Khatulistiwa"

Konten dari Pengguna
7 Maret 2018 9:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hajon Mahdy Mahmudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia berada pada garis bayang 0 derajat dan berada pada daerah tropis yang memiliki limpahan sinar matahari sepanjang tahun. Selain itu, Indonesia yang berbentuk negara kepulauan dengan memiliki lebih dari 17.000 pulau membuat sulitnya melakukan survey-survey ke daerah pelosok negeri.
ADVERTISEMENT
Kalimantan adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia. Demografi wilayahnya cukup unik, selain masih banyak didominasi oleh hutan, pulau ini juga berbatasan langsung dengan negara tetangga. Medan yang menantang membuat pengawasan melalui udara menjadi lebih efektif, khususnya untuk kebutuhan militer (pengawasan perbatasan) dan pertanian (pemetaan lahan). Kondisi tersebut dilihat sebagai peluang oleh tim Borneo SkyCam, sebuah startup pengembang perangkat pengawas berbasis pesawat nirawak (drone).
Sampai saat ini, pengembang pesawat tanpa awak masih menggunakan baterai dan Minyak sebagai bahan bakar utama, hal ini menguras waktu yang membuat waktu terbang yang hanya maksimal 2 jam sekali terbang.
Hal ini yang membuat borneo skycam membuat project bertajuk “Membelah Langit Khatulistiwa”. Borneo Skycam mengembangkan sebuah pesawat dengan lebar sayap 3 meter dan berbahan bakar sinar matahari.
ADVERTISEMENT
Project ini Rencananya akan diluncurkan pada 21 Maret 2018 di Pontianak, kota yang dilewati oleh Garis lintang 0 Derajat, dan juga bertepatan dengan Titik Kulminasi matahari. Target dari Project ini adalah terbang selama 16 Jam dan live streaming di youtube pada view kamera pesawat.
Harapan dari project ini adalah, kedepan teknologi ini bisa digunakan untuk survey menjangkau daerah terluar Indonesia, kebutuhan militer, pemetaan wilayah luas, serta alat telekomunikasi mobile.