Rendahnya Literasi Digital Pengguna Media Sosial Facebook

Sumber: Freepik.com, ilustrasi media sosial Facebook.

Berdasarkan data We Are Social, Hootsuite 2020, Facebook merupakan media sosial yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia setelah WhatsApp dan Instagram. Pengguna Facebook sendiri didominasi kalangan muda serta generasi milenial. Hal tersebut tercantum laporan Statista periode April 2021 yang menyatakan 33,6 persen pengguna Facebook di Indonesia dengan rentang usia 25-34 tahun, selanjutnya sebesar 30,2 persen dengan rentang usia 18-24 tahun.

Facebook menjadi media sosial yang amat digemari oleh berbagai kalangan baik remaja maupun orang tua. Hal tersebut dikarenakan pengguna Facebook memiliki kebebasan dalam mengunggah postingan berupa tulisan tanpa batasan karakter, serta tersedia fitur berbagi link yang memudahkan pengguna menyebarluaskan postingan atau informasi yang mereka dapatkan. Namun, sangat disayangkan menurut hasil survei Dailysocial, Facebook menjadi media sosial yang memuat informasi hoaks dan provokatif terbanyak di Indonesia.

Penyebabnya adalah literasi digital yang minim. Literasi digital merupakan kecakapan dalam menggunakan perangkat teknologi untuk memahami berbagai informasi yang didapatkan dari berbagai sumber. Pada praktik bermedia sosial Facebook, tidak semua penggunanya kritis dalam menyikapi, memahami, dan mengelola informasi yang beredar di Facebook sehingga penyebaran infomasi hoaks serta tulisan provokatif dapat dengan mudah ditemui.

Berikut ini merupakan salah satu contoh postingan yang mengandung unsur hoaks di media sosial Facebook:

Tangkapan layar unggahan Facebook akun Kelvin Alexsander.

Postingan yang diunggah oleh akun bernama Kelvin Alexsander tersebut mendapat 242 komentar dan telah dibagikan sebanyak lebih dari dua ribu kali. Postingan tersebut berisi tentang pertolongan pertama pada luka gigitan ular berbisa menggunakan bumbu dapur yakni bawang merah. Padahal apabila dilihat dari dunia medis, pertolongan pertama saat terkena gigitan ular berbisa bukanlah menggunakan bawang, melainkan dengan cara imobilisasi. Maka dari itu, postingan tersebut dapat menyesatkan para pembacanya. Orang awam dapat dengan mudah percaya dan terpengaruhi oleh informasi tersebut. Contoh tersebut menjadi gambaran betapa pentingnya memiliki pengetahuan serta kemampuan literasi digital dalam bersosial media Facebook agar para penggunanya tidak mudah menyebarkan informasi hoaks maupun provokatif yang dapat merugikan banyak orang.

Bahkan dilansir dari okezone.com, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengharapkan media sosial Facebook ikut andil dalam menumbuhkan literasi digital masyarakat Indonesia. Menurutnya, tingkat literasi media sosial di Indonesia masih rendah sehingga masyarakat mudah terpengaruh oleh konten-konten yang beredar.

Oleh karena itu, pengetahuan dan kompetensi literasi digital sangat penting dimiliki masyarakat dalam bersosial media khususnya Facebook agar meningkatnya kemampuan kognitif dan afektif sehingga masyarakat mampu berpikir kritis dalam menyikapi berbagai informasi yang beredar serta mampu memanfaatkan media sosial Facebook secara lebih bijak.

Sumber:

Aditiya, I. M. (2021). Pengguna Facebook Indonesia dalam Bingkai Statistik. Www.Goodnewsfromindonesia.Id. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/10/30/pengguna-facebook-indonesia-dalam-bingkai-statistik

Nurrohmah, A. (2018). KOMPETENSI LITERASI DIGITAL PENGGUNA FACEBOOK dalam MEMAHAMI dan MEMAKNAI INFORMASI (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Negeri Yogyakarta) [Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta]. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/35389

techno.okezone.com. (2019). Menkominfo Minta Facebook Ikut Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat Indonesia. Https://Techno.Okezone.Com/. https://techno.okezone.com/read/2019/08/14/207/2091701/menkominfo-minta-facebook-ikut-tingkatkan-literasi-digital-masyarakat-indonesia?page=2