Berani Mengatakan Tidak: Menilik Perilaku Asertif Menurut Karakter Cablaka

Hanin Dhiya Ramadhanti
Mahasiswa Psikologi Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Konten dari Pengguna
11 Oktober 2022 19:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanin Dhiya Ramadhanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perilaku asertif. Foto oleh Keira Burton dari Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perilaku asertif. Foto oleh Keira Burton dari Pexels.
ADVERTISEMENT
Setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami fase remaja. Apa artinya? Menjadi seorang remaja berarti mulai mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap di tahapan perkembangan sebelumnya. Dalam tahap perkembangan ini, mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya menjadi salah satu tugasnya. Terbukti bahwa remaja lebih sering menghabiskan waktu dengan teman dibandingkan dengan keluarga. Namun demikian, pada masa remaja sulit untuk menolak ajakan teman meskipun itu berarti harus mengesampingkan perasaan sendiri.
ADVERTISEMENT
Perilaku asertif kemudian menjadi sebuah kecakapan yang perlu dimiliki oleh remaja untuk menghadapi hal-hal semacam ini. Perilaku asertif diartikan sebagai kemampuan individu untuk menjadi tegas, berani menolak tanpa menyinggung perasaan individu lain, dan berbicara apa adanya. Karakteristik yang telah disebutkan berkaitan dengan definisi perilaku asertif menariknya juga merupakan ciri khas dari konsep cablaka milik masyarakat Banyumas. Tulisan ini akan membahas mengenai perilaku asertif jika ditinjau dari karakter cablaka masyarakat Banyumas.
Apa Itu Asertif?
Mari kita mulai dengan definisi dari asertif. Asertif adalah serapan kata Bahasa Inggris “assert” yang berarti menyatakan, menegaskan, menuntut, dan memaksa. Seperti yang sudah disebutkan secara singkat di atas, perilaku asertif dapat diartikan dengan ketegasan sebagai pembelaan atas hak-hak pribadi dan ekspresi pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur, serta pantas untuk menghormati hak orang lain. Kemampuan asertif memungkinkan individu untuk mengutarakan apa yang diinginkan secara langsung dan jelas sehingga menghilangkan rasa tidak nyaman dalam diri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa orang yang asertif adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk bersikap tegas mengomunikasikan apa yang dipikirkan dan dirasakan dengan tetap menjaga perasaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Mengapa Menjadi Penting?
Perilaku asertif adalah bagian dari keterampilan sosial. Orang yang asertif merasa nyaman saat mengungkapkan kebutuhannya dan membuat orang lain tetap merasa nyaman. Dalam konteks hubungan antar remaja, tidak semua remaja dapat mengungkapkan apa yang mereka rasakan terkait suatu hal. Terkadang, remaja merasa ragu dan tidak berani mengatakan “tidak” pada sesuatu yang tidak dapat ia lakukan. Contohnya apabila teman-temannya merokok, demi dapat menjadi bagian dari kelompok, seorang remaja dapat menjadi melakukan hal yang sama. Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik.
Akibat dari perilaku tidak asertif ternyata akan berdampak pada emosi, seperti perasaan tidak enak terhadap dirinya sendiri dan bahkan hingga membenci diri sendiri karena tidak dapat menolak ajakan orang lain. Ketika seorang remaja memiliki perilaku asertif, biasanya ia akan terbuka kepada orang lain meskipun berbeda sudut pandang sehingga pada akhirnya mampu menjalin komunikasi secara efektif. Hal ini kemudian menjadi alasan bahwa perilaku asertif perlu dimiliki oleh remaja.
ADVERTISEMENT
Karakter Cablaka Masyarakat Banyumas
Budaya lahir karena adanya adaptasi individu dengan lingkungan fisik. Berkaitan dengan hal tersebut, muncul budaya Banyumasan yang terdapat di daerah Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, dan Purbalingga. Hadiati dalam Ramadhan & Masykur (2020) menyatakan bahwa salah satu perbedaan budaya Banyumasan dengan budaya Jawa pada umumnya terdapat pada bahasa dan cara berbicara. Salah satu konsep hidup yang mencerminkan keunikan masyarakat Banyumas tergambar pada konsep cablaka.
Cablaka, yang disebut juga blakasuta atau thokmelong adalah karakter individu yang mengedepankan keterusterangan. Unsur kata blaka berarti terus terang. Hal ini berarti masyarakat Banyumas senang berbicara apa adanya, jujur, dan tidak menyembunyikan sesuatu. Karakter ini muncul secara spontan oleh masyarakat Banyumas berkaitan dengan fenomena-fenomena yang muncul dalam kehidupan sehari-hari mereka. Letak geografis yang jauh dari wilayah keraton pada masa lampau berpengaruh terhadap bagaimana cara masyarakat Banyumas memandang diri. Akhirnya mereka pun mengembangkan kesadaran akan status mereka sebagai rakyat biasa, yang kemudian berpengaruh pada kecenderungan untuk egaliter yaitu menjunjung kesetaraan relasi antara individu. Manifestasi dari kesetaraan ini adalah masyarakat Banyumas yang mudah melebur dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Implementasi dari karakter cablaka ini kemudian terlihat dalam keseharian masyarakat Banyumas. Contohnya dalam bersosialisasi, masyarakat Banyumas memakai kata inyong, kowe, ko, atau rika. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Banyumas tidak menerapkan sapa sira sapa ingsun, yang cenderung menggambarkan budaya feodal bahwa ada strata yang membedakan wong gedhe maupun wong cilik. Maksudnya, masyarakat Banyumas menganggap semua orang yang diajak berbicara adalah setara. Namun hal ini bukan berarti masyarakat Banyumas tidak menggunakan unggah-ungguh.
Asertif Ditinjau dari Karakter Cablaka Masyarakat Banyumas
Menelisik dari pembahasan sebelumnya, terdapat satu hal yang dapat menjadi benang merah antara perilaku asertif dan karakter cablaka masyarakat Banyumas yaitu sifat terus terang. Cablaka yang merupakan karakter untuk selalu berterus terang merupakan ciri dari perilaku asertif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat pernyataan bahwa perilaku asertif berhubungan dengan kecerdasan emosi. Individu yang mampu berperilaku asertif dapat meningkatkan kecerdasan emosinya dengan cara lebih mengenali emosi sendiri, mengelola serta membina hubungan baik dengan orang lain. Berlaku sebaliknya, individu disebut tidak mampu mengenali emosi diri, mengelola emosi serta membina hubungan baik dengan orang lain jika ia tidak mampu berperilaku asertif.
Salah satu implementasi yang dilakukan oleh masyarakat Banyumas, khususnya untuk mencerdaskan emosi dilakukan dengan menjunjung kesetaraan dengan siapapun (Aziz, 2018). Masyarakat Banyumas dalam menjalin hubungan dengan siapapun tidak mempersoalkan kedudukan, pangkat, derajat, kekayaan dan sejenisnya. Namun demikian, santun terhadap orang yang lebih tua dan kawula berpangkat tetap dijunjung tinggi. Terdapat penelitian mengenai efektifitas konseling kelompok berbasis karakter masyarakat Banyumas . Hasil yang didapatkan adalah konseling kelompok yang didasarkan pada karakter asli masyarakat Banyumas sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan sikap asertifnya. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan sikap mahasiswa yang terlihat lebih percaya diri, berani mengutarakan pendapat, dan dapat bicara lepas di depan kelompoknya pada sesi konseling kelompok terakhir.
ADVERTISEMENT
Dari uraian di atas, karakter cablaka ini dapat menjadi sebuah alternatif untuk menguatkan perilaku asertif. Hal ini kemudian perlu untuk ditelisik lebih lanjut secara ilmiah agar dapat lebih komprehensif dan aplikatif. Betapa menarik dan kompleksnya karakter masyarakat Banyumas yang perlu kita rangkul dan pertahankan eksistensinya.
Daftar Pustaka
Anastacio, Z. (2016). Self-Estem, Asertiveness and Resilience in Adolescents. International Journal of Psicologia, 321.
Aziz, S. (2018). Mencerdaskan Emosi Anak Usia Dini (AUD) Perspektif Wong Banyumas. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 6(1), 75-98.
Budiyono, A. (2019). Efektifitas Konseling Kelompok Berbasis Karakter Masyarakat Banyumas dalam Meningkatkan Sikap Asertif. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 13(1), 107-120.
Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
ADVERTISEMENT
Muliati, R. (2021). Konsep Diri, Kecerdasan Emosi dan Perilaku Asertif pada Siswa SMA Kelas X. Psyche 165 Journal, 8-16.
Priyadi, S. (2007). Cablaka Sebagai Inti Model Karakter Manusia Banyumas. Diksi, 14(1), 11-18.
Ramadhan, H. R., & Masykur, A. M. (2020). MEMBACA CABLAKA (Sebuah Studi Fenomenologis pada Budaya Penginyongan. Jurnal Empati, 7(3), 934-944.