Berkarir di Jepang sebagai Perawat dan Caregiver di saat Pandemi Covid-19

Rizki Hanindia Rasyid
Mahasiswi Studi Kejepangan Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
13 September 2021 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Hanindia Rasyid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seminar dan Workshop Pengabdian Masyarakat Prodi Studi Kejepangan UNAIR, "Peningkatan Kompetensi Calon Perawat STIKES Ngudia Husada Madura dan Perawat di Bangkalan Madura yang Ingin Bekerja di Jepang melalui Workshop Pengenalan Budaya Kerja Masyarakat Jepang selama Pandemi Covid-19"
ADVERTISEMENT
Pada hari Sabtu (28/08/2021) prodi Studi Kejepangan FIB Universitas Airlangga mengadakan sebuah seminar dan workshop seputar karir sebagai Perawat dan Caregiver di Jepang di tengah-tengah pandemi Covid-19. Kegiatan yang diadakan secara daring ini merupakan salah satu dari serangkaian acara Pengabdian Masyarakat Studi Kejepangan FIB UNAIR.
Kegiatan ini diketuai oleh Nunuk Endah Srimulyani S.S., M.A., Ph.D, selaku ketua prodi dengan tema “Peningkatan Kompetensi Calon Perawat STIKES Ngudia Husada Madura dan Perawat di Bangkalan Madura yang Ingin Bekerja di Jepang melalui Workshop Pengenalan Budaya Kerja Masyarakat Jepang selama Pandemi Covid-19”. Sesuai dengan temanya, seminar dan workshop ini ditujukan untuk para perawat yang ingin bekerja di Jepang, baik sebagai perawat maupun caregiver.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini, Tim Pengabdian Masyarakat Studi Kejepangan FIB UNAIR bekerjasama dengan STIKES Ngudia Husada Madura dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Bangkalan yang diketuai oleh Dr. M. Hasinuddin, S. Kep. Berlangsung dengan media Zoom meeting, kegiatan ini dihadiri oleh sedikitnya 150 partisipan, yang terdiri dari para calon perawat STIKES Ngudia Husada Madura dan para perawat di Bangkalan Madura, juga perawat atau calon perawat yang ingin bekerja sebagai perawat atau caregiver di Jepang.
ADVERTISEMENT
Sebagai sambutan, Prof. Purnawan Basundoro selaku Dekan FIB UNAIR menyampaikan pelaksanaan pentingnya kegiatan ini, mengingat tingginya usia produktif yang secara otomatis dibarengi pula dengan tingginya angkatan kerja di Indonesia. Hal ini tentunya merupakan sebuah kesempatan yang besar bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan sektor ekonominya, salah satunya melalui pengiriman tenaga perawat dan caregiver ke Jepang. Seperti yang telah diketahui, Jepang merupakan negara yang telah lama menghadapi permasalahan penuaan penduduk, sehingga pengiriman bantuan berupa tenaga kerja dari negara lain khususnya Indonesia adalah hal yang sangat dibutuhkan negara ini.
Dibagi menjadi dua sesi, kegiatan pengabdian masyarakat ini diawali dengan sesi seminar yang menghadirkan tiga orang narasumber. Di antaranya adalah Dr. Joni Haryanto, S.Kep., M.Si, selaku dosen Fakultas Keperawatan Unair, Putri Elsy, S.S., M.Si dosen prodi Studi Kejepangan FIB Unair, dan Nunuk Endah Srimulyani, Ph.D selaku dosen prodi Studi Kejepangan FIB Unair.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini, Dr. Joni menyampaikan materinya yang berjudul "Peluang dan Tantangan Perawat Indonesia untuk Bekerja di Berbagai Belahan Dunia". Menurutnya, Perawat merupakan SDM masa depan yang dibutuhkan dari sektor jasa di seluruh dunia. Devisit tenaga keperawatan yang diperkirakan akan terjadi di tahun 2025 menjadi sebanyak 10 juta di dunia, menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para perawat di Indonesia untuk bekerja secara global.
Selanjutnya, Putri Elsy, S.S., M.Si menjelaskan kenapa Jepang membutuhkan banyak tenaga perawat. Menyoroti dari perubahan demografi dan sosial, Elsy menyatakan perubahan populasi Jepang dengan menurunnya tingkat kelahiran dan bertambahnya populasi lansia, menyebabkan Jepang kekurangan tenaga perawat. Kerjasama pengiriman perawat telah ditandatangai antara pemerintah Indonesia dan Jepang dalam skema EPA (Economic Partnership Agreement) pada tahun 2007. Pada tahun 2008 dimulai pengiriman perawat (nurse) yang bekerja di rumah sakit dan caregiver (perawat lansia) yang bekerja di panti jompo pertama ke Jepang. Lebih lanjut, Elsy yang penelitiannya ini banyak terkait dengan lansia Jepang menyatakan “Saat ini Jepang dikenal sebagai negara hyper-aged society dengan populasi lansia sebesar 28,4% pada tahun 2019. Dengan besarnya jumlah lansia ini, pada tahun 2025 Jepang membutuhkan perawat sebanyak 380.000 orang. Di sinilah tantangan dan peluang Indonesia untuk dapat mengirimkan perawat yang bekerja sebagai nurse dan caregiver ke Jepang. “
ADVERTISEMENT
Ketua Tim Pengmas, Nunuk Endah Srimulyani, S.S., M.A., Ph.D memberikan pemaparan materinya sebagai pembicara terakhir pada sesi pertama ini dengan judul “Strategi Pembelajaran Bahasa dan Budaya Jepang untuk Perawat Asing di Jepang”. Dalam paparannya, Ketua Tim Pengmas yang juga Kaprodi Studi Kejepangan UNAIR sadar betul bahwa kendala utama yang dialami para calon perawat untuk bekerja di Jepang, adalah terkait bahasa. Oleh karenanya, tips-tips praktikal yang dipaparkannya, diharapkan mampu menjadi solusi atas kendala tersebut.
Sesi kedua dimulai dengan pembahasan angket “Do and Don’ts Ners di Jepang” yang telah diisi partisipan di awal acara, dengan Ns. Hafna Ilmy Muhalla, S. Kep. M.Kep. Sp. Kep. M.B sebagai fasilitator. Untuk mendapatkan gambaran nyata dan memperdalam pengetahuan partisipan tentang kerja perawat di Jepang, pengmas ini mengundang Ina Titi Sri Wulandari, seorang perawat Indonesia yang saat ini bekerja di Fuke Hospital Jepang. Perawat Ina membagikan pengalamannya bekerja di Jepang dengan judul presentasinya “Kiat Menembus Persaingan Ners dan Mengatasi Gegar Budaya dalam Dunia Medis Jepang”. Dalam paparannya, Ina yang sudah tinggal selama 10 tahun di Jepang menjelaskan tantangan dan kiat-kiat supaya bisa lulus ujian perawat di Jepang.
ADVERTISEMENT
Materi terakhir diisi oleh Kazuya Miyamoto dari KMK Ltd., dengan judul “Prosedur Menjadi Nurse dan Caregiver di Jepang”. Pada materi terakhir ini, para partisipan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang diperlukan untuk menjadi nurse dan caregiver di negeri sakura Jepang.
Selain terdiri dari pemaparan materi dari berbagai narasumber yang ahli di bidangnya, seminar dan workshop ini juga memuat sesi diskusi yang sangat bermanfaat bagi para partisipan. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh partisipan, pengetahuan dan wawasan dapat semakin bertambah berkat penjelasan yang berasal dari pengalaman para narasumber sendiri.
Sesi seputar pengalaman bekerja di Fuke Hospital Jepang, beserta kiat dalam menghadapi gegar budaya oleh Perawat Ina Titi Sri Wulandari