Semua Tidak Selalu Salahmu, Mengenal Forgiveness: Obat Penyembuh Luka Batin

Hanna Iffah
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
15 Desember 2021 17:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanna Iffah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1. Sumber: https://www.pexels.com/photo/woman-using-umbrella-with-lights-573238/
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Sumber: https://www.pexels.com/photo/woman-using-umbrella-with-lights-573238/
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah masih ada di antara kalian yang kerap menyalahkan diri sendiri atas suatu masalah yang terjadi?
Dalam hidup, masalah tentu akan selalu ada, kapan pun dan di mana pun. Masalah tidak bisa dihindarkan begitu saja justru harus dihadapi dengan bijak agar cepat terselesaikan. Jika dikatakan masalah tersebut ‘gagal’ diselesaikan, bukan berarti itu sepenuhnya salahmu.
Jangan pernah berpikir bahwa dirimu tidak becus atau tidak berguna karena dalam menyelesaikan masalah sendiri saja gagal. Kegagalan itu hal yang wajar karena tidak ada manusia yang sempurna.
Kekecewaan terhadap diri sendiri membuat individu hidup dalam kehampaan, penyesalan diri, bahkan rasa malu terhadap diri sendiri. Kunci utama dalam menyelesaikan permasalahan ini ialah dengan memaafkan diri sendiri (forgiveness). Dengan itu, yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai apa itu forgiveness!
ADVERTISEMENT

Forgiveness, Sebuah Sikap untuk Memaafkan

Memaafkan (forgiveness) didefinisikan sebagai suatu proses yang disengaja yang mengubah respons yang negatif dan penuh dendam menjadi respons yang positif (Baumeister, Stillwell, & Wotman, 1990; de Waal, 2000; Fincham, 2000; McCullough et al., 1998 dalam Maio, Thomas, Fincham, & Carnelley, 2008).
Upaya memaafkan dapat membentuk pemikiran positif yang nantinya akan menjadi kontrol bagi diri untuk tidak melakukan balas dendam kepada yang dianggapnya sebagai 'pelaku'. 'Pelaku' tidak selalu tertuju kepada orang lain lho! Bahkan diri kita sendiri bisa disebut 'pelaku'.
Dirimu Membutuhkan Maaf Darimu
Gambar 2. Sumber: https://www.pexels.com/photo/crop-pitiful-black-woman-embracing-knees-on-bed-5700205/
Apakah kalian menyadari bahwa diri kalian sendiri sebetulnya membutuhkan maaf dari kalian. Hah? Bagaimana maksudnya?
Dilihat dari kehidupan sehari-hari, masih banyak orang di luar sana atau bahkan diri kita sendiri yang belum menyadari bahwa batinnya terluka. Terluka karena apa? Karena cenderung menyalahkan diri sendiri atas segala masalah yang timbul.
ADVERTISEMENT
Masalah akan selalu datang silih berganti, tetapi itu tidak membuktikan bahwa penyebab masalah datang ialah karena diri kalian. Berhenti menyalahkan diri sendiri! Jika terus dilakukan, batinmu akan makin terluka nantinya.
Memaafkan tidak merepresentasikan bahwa kita ini lemah atau kalah, memaafkan adalah memilih untuk menerima apa yang telah terjadi dan berdamai dengan itu. Seperti sepenggal lirik lagu milik Kunto Aji, "Tenangkan hati, semua ini bukan salahmu". Lirik ini mengingatkan kita untuk tidak menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang tidak kita perbuat. Bayangkan berapa lama batinmu merasakan sakit atas perbuatan yang bukan dilakukannya.
Memaafkan diri memang tidak mudah, bisa saja berhasil atau bisa saja gagal. Memaafkan diri berarti kalian sudah sampai pada masa kini, bukan lagi berlabuh pada masa lalu. Hal ini membuktikan bahwa proses memaafkan diri memang membutuhkan waktu dan upaya. Ketika berhasil melewati kondisi ini, alih-alih melihat sesuatu sebagai baik atau buruk, kita bisa melihat sesuatu dengan penerimaan penuh, sebagaimana adanya, bagaimanapun adanya.
ADVERTISEMENT

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Forgiveness

Gambar 3. Sumber: https://www.pexels.com/photo/man-in-red-crew-neck-sweatshirt-photography-941693/
Selama kita peduli dengan diri kita, tidak ada kata terlambat untuk memaafkan diri sendiri. Toh, dampaknya juga untuk diri kita kan. Memaafkan dapat memfasilitasi kepercayaan, kolaborasi, afiliasi, dan kerja sama, yang semuanya berguna untuk menjaga hubungan perseorangan yang memuaskan dan penuh arti (LawlerRow, Younger, Piferi, & Jones, 2006 dalam Reiney).

Lalu, Bagaimana Cara untuk Memaafkan Diri?

Menurut Flanagan (1996), terdapat beberapa tahapan untuk memaafkan diri sendiri, yakni:
ADVERTISEMENT
Proses mencintai diri sendiri memang sulit, tetapi lebih sulit lagi jika kita terjerumus dalam bayang-bayang rasa bersalah. Nah, yuk, sudahi berpikir bahwa semua masalah muncul karena dirimu. Kita diberi otak untuk berpikir, jangan menutup mata terhadap fakta-fakta yang belum tentu benar adanya. Kita mempunyai mental yang harus dijaga. Jangan bersikap egois, yang nantinya dapat melukai mental kita.
Jika terlanjur terjerumus, cobalah untuk memaafkan diri sendiri atas segala tuduhan-tuduhan palsu yang kerap kamu pikirkan. Masih ada waktu untuk memperbaiki semua. Sesungguhnya hidup dalam ketenangan sungguh nikmat. Menjalani hari tanpa perlu bergulat dengan pemikiran omong kosong. Coba untuk memaafkan dirimu, ya?

DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, N. M. T. (2009). Memaafkan: kaitannya dengan empati dan pengelolaan emosi. https://core.ac.uk/download/pdf/143963827.pdf
ADVERTISEMENT
Rubin Khoddam, Ph.D. (2014, Sep 16). The Psychology of Forgiveness – A how-to guide on the science behind learning to forgive. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-addiction-connection/201409/the-psychology-forgiveness
Jacinto, G., Edwards, B., (2011). Therapeutic Stages of Forgiveness and Self-Forgiveness. Journal of Human Behavior in the Social Environment, 21:423–437, 2011, DOI: 10.1080/15433714.2011.531215