Sosial-isasi Pandemi

Haris Darmawan
Penulis saat ini bekerja sebagai Business Analyst dan Project Manager di salah satu Bank BUMN. Tulisan merupakan opini pribadi.
Konten dari Pengguna
21 Juli 2021 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Sebastian Pena Lambarri on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Sebastian Pena Lambarri on Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah lebih dari setahun pandemi ini mengacaukan tatanan hidup kita. Selain menguji kita dari aspek kesehatan, agaknya pandemi ini juga menguji aspek sosial kita. Bagaimana kita mencoba mengatur aspek sosial di tengah segala keterbatasan karena pandemi.
ADVERTISEMENT
Yang menarik adalah bagaimana perbedaan perilaku penduduk daerah perkotaan dan pedesaan dalam menghadapi pandemi. Daerah perkotaan lebih dulu terkena dampak dari pandemi. Mulai dari setahun yang lalu berbagai macam istilah pembatasan sudah mengubah cara hidup di kota.
Keriuhan dan keramaian yang identik dengan kota besar pernah tiba-tiba menghilang tidak tersisa, untuk suatu alasan yang sangat menyayat hati. Kemudian semua perlahan bangkit dengan suatu norma baru. Riuhnya tidak sama tetapi kembali menghidupkan dan menghidupi. Hal ini membuat penduduk di perkotaan lebih siap saat gelombang ke-2/3 pandemi menyerang. Segala persiapan logistik dan infrastruktur sudah jauh lebih matang, memang keriuhan kembali hilang tetapi kita sadar bahwa itu akan kembali tidak lama lagi.
Dari sisi kesehatan, yang mana merupakan aspek terpenting dalam pandemi, hal yang paling berpengaruh di kota adalah akses fasilitas kesehatan (faskes) juga cukup memadai. Banyak RS/Klinik swasta yang cukup bisa diandalkan. Bahkan di sini ada lebih banyak faskes yang dikelola oleh swasta dibandingkan dengan yang dikelola oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Yang menarik adalah fenomena di daerah pedesaan yang memang identik dengan banyak keterbatasan. Keriuhan dan ingar-bingar lampu sorot bukan hal yang mudah ditemui di sini. Infrastruktur cukup baik, tetapi ya baik saja, cukup untuk sekadar berfungsi, belum di tingkat yang sangat istimewa. Dari sisi logistik masih ada beberapa keunggulan tetapi secara umum untuk logistik kesehatan aksesnya memang perlu ditingkatkan. Selain itu kondisi faskes juga sangat terbatas. Tingkatan yang paling umum adalah: bidan/dokter, puskesmas, baru rumah sakit yang paling tidak jaraknya beberapa jam perjalanan.
Yang banyak pengamat unggulkan di daerah ini adalah modal sosial, di mana identik dengan masyarakat yang guyub, saling tolong-menolong, dan berorientasi pada kemaslahatan sosial. Tentu sangat berbeda dengan daerah perkotaan yang cenderung individualis dan berorientasi pada materi. Tetapi, dalam menghadapi gelombang pandemi modal sosial yang selama ini dirasa lebih kuat belum mampu memainkan perannya. Narasi yang berkembang setidaknya di media sosial jauh dari modal sosial yang selama ini dinarasikan
ADVERTISEMENT
Mulai banyak tokoh yang menuntut peran pemerintah bahkan mulai mengkritik praktik gotong-royong yang dianjurkan pemerintah, sebuah fenomena yang selama ini diagung-agungkan. Narasi yang berkembang pemerintah dianggap sebagai sebuah kekuatan maha dahsyat yang bisa menyapu segala kedukaan dan mengobati segala kelukaan. Tentu ini adalah narasi yang kurang tepat.
Agaknya teman-teman di daerah harus mulai menjaga ekspektasi bahwa pemerintah punya keterbatasan. Dan bahkan dalam banyak hal memang sangat terbatas. Keterbatasan yang kadang membuat kita sangat jengkel. Bagaimana anda bisa menggantungkan segala asa dan harapan penanggulangan pandemi kepada organisasi yang untuk mengeluarkan surat keterangan saja butuh waktu berminggu-minggu? sebuah organisasi yang membutuhkan begitu banyak orang hanya untuk satu pekerjaan yang sangat sederhana, mencatat. Kita harus mulai berpikir bahwa menyelamatkan diri masing-masing itu dalam banyak hal lebih bijak dibanding terus merundung kritik dan makian. Bahwa berdikari itu bukan hanya dalam aspek bernegara tetapi juga dalam aspek individu. Karena sejahtera itu adalah saat kita punya banyak pilihan.
ADVERTISEMENT