Nyai Nikita Mirzani dan Franda yang Mendadak Galak Atas Nama Anak

Haris Firmansyah
Penulis buku 'Petualangan Seperempat Abad'.
Konten dari Pengguna
16 September 2019 15:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Nikita Mirzani dan Franda. Foto: Bintan Insani/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nikita Mirzani dan Franda. Foto: Bintan Insani/kumparan.
ADVERTISEMENT
Tempo hari, trending YouTube nomor satu menampilkan video Nikita Mirzani marah-marah kepada pengacara senior, Elza Syarief. Niki tak terima dirinya dijadikan tersangka kasus penelantaran anak. Lantaran dirinya sudah merasa baik dalam memperlakukan sang anak yang didapat dari perkawinan dengan Sajad Ukra tersebut.
ADVERTISEMENT
Atas nama membela anak dan harga diri seorang ibu, apa yang dilakukan Nikita Mirzani bisa dimaklumi para netizen. Banyak dari warganet turut mendukung amukan sang artis berinisial NM itu kepada kuasa hukum mantan suaminya. Seperti kata pepatah kekinian: Di mana ada keributan, pasti langsung dikerubuti netizen.
“Masa iya seorang ibu jadi tersangka?”
“Anaknya sudah hidup enak dan nyaman begitu saja masih dibilang penelantaran dan diskriminasi anak. Gimana anak-anak yang nangis-nangis di depan kasir minimarket minta Kinder Joy tapi nggak dibeliin ibunya?”
“Gue mau ke minimarket nih. Ada yang mau nitip?”
Sekilas, nasib Nikita Mirzani mirip dengan apa yang dialami oleh Nyai Ontosoroh di film 'Bumi Manusia'. Apakah itu alasan mengapa Nikita Mirzani kerap disapa ‘Nyai’ oleh Ivan Gunawan? Sebab, Nyai Nikita Mirzani dan Nyai Ontosoroh sama-sama jadi korban dari praktik hukum yang misoginis.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai akhir cerita dari perjuangan dan perlawanan Nyai Nikita Mirzani sama dengan Nyai Ontosoroh; kehilangan hak asuh anak kandungnya sendiri. Jika terjadi demikian, apa bedanya Indonesia yang sudah merdeka dengan Nusantara zaman kolonial Belanda?
Sewaktu terjadi perseteruan antara Nikita Mirzani dan Elza Syarief, Hotman Paris, sang pemandu acara, justru hanya menunduk diam dan termenung. Padahal, biasanya Bang Hotman selalu energik dan penuh percaya diri sejak pukul tiga pagi. Namun, ketika Nikita Mirzani ngegas, seorang Hotman Paris malah menunjukkan sikap tawadu. Seolah lupa dengan busana mahal dan Lamborghini yang biasa beliau banggakan.
Kini, kita tahu, di atas langit memang masih ada Hotman Paris, tapi ternyata di atasnya lagi masih ada Nikita Mirzani emosi mode: on.
ADVERTISEMENT
Imbas dari amukan sang Nyai, Hotman Paris (yang bertanggung jawab mempertemukan Nikita Mirzani dan Elza Syarief) pun dilaporkan ke pihak berwajib. Alasannya, Bang Hotman diduga sebagai ‘kompor’ atas terjadinya kebakaran di talkshow tersebut, yang apinya merembet sampai ke YouTube.
Seandainya Nikita Mirzani bisa lebih mengendalikan emosi dan mau menghormati orang yang lebih tua darinya, mungkin kejadian selanjutnya tidak akan serumit ini. Kita bisa mafhum sakitnya seorang ibu yang dikriminalisasi serta dorongan dalam diri untuk melindungi sang buah hati.
Namun, Elza Syarief yang dicaci di hadapan publik pun masih terbilang seorang ibu. Di balik sosoknya yang sepuh, ada anak-anak yang ingin melindungi harga diri sang ibu juga. Alhasil, Nikita Mirzani pun harus berurusan dengan anaknya Elza Syarief yang tak terima ibunya diomeli.
ADVERTISEMENT
Nyai Nikita Mirzani mesti meneladani Nyai Ontosoroh dalam perjuangan membela anak: melawan dengan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Bukan melawan dengan segalak-galaknya, semarah-marahnya. Sebab, amarah seperti api yang bisa menyambar ke mana saja dan membakar siapa saja.
Ada baiknya kekuatan Nyai yang besar itu disimpan dulu. Jangan dikeluarkan di talkshow, tapi ditumpahkan saja di meja hijau nanti. Sebab, pengadilanlah yang akan menentukan hukum yang berlaku nantinya. Kalau ribut di luar pengadilan malah jadi bahan kasus hukum baru.
Saran yang sama pun ingin saya sampaikan kepada Franda yang kelepasan kontrol emosi sewaktu kirim pesan via DM Instagram kepada orang tua yang meniru nama anaknya, yakni Zylvechia.
Seriously your baby doesn’t deserve that name!!! Saya bikin sendiri nama itu, enggak cari dari buku atau manapun. Saya BIKIN SENDIRI!!!, berusaha cari nama bagus, unik, yang ENGGAK ADA ORANG PUNYA buat anak saya.”
ADVERTISEMENT
Sebagai public figure, Franda berekspektasi terlalu tinggi. Franda ingin nama anaknya berbeda dengan anak lainnya. Sementara Franda aktif main Instagram dan punya banyak followers. Otomatis banyak orang tahu nama anaknya. Tidak ada yang bisa menjamin nama Zylvechia tidak ditiru oleh fansnya.
Benar saja, seorang ibu yang menamai anaknya sama dengan anaknya Franda itu adalah fans Franda sendiri. Bukankah perilaku fans itu memang suka meniru idola yang dijadikan role model?
Untungnya, para ilmuwan terdahulu tidak marah jika nama ilmiah penemuannya digunakan untuk nama manusia. Diketahui dari sebuah Kartu Keluarga yang beredar di media sosial, ada sebuah keluarga yang anak-anaknya dinamai dengan nama latin dari berbagai nama tanaman. Sebut saja Oryza Sativa (padi), Avena Sativa (oat), dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Mengapa bisa ada orang tua menamai anaknya demikian? Mungkin orang tua tersebut punya harapan tertentu dengan padi dan hasil bumi lainnya: sewaktu anak-anaknya berkumpul, ibu-bapaknya langsung panen.
Sebaik-baiknya nama anak memang doa dari orang tuanya. Bisa saja fans Franda yang menamai anaknya Zylvechia itu berdoa supaya anaknya bernasib baik seperti buah hati sang idola: disayangi dan dicintai orang satu linimasa. Masa iya ada orang tua berdoa, malah dimarah-marahi?
Mungkin yang mesti diubah adalah pola pikir kita yang merasa sebagai pencipta. Sebagaimana hukum karya: apa yang sudah disebarkan ke publik, maka menjadi milik bersama. Untuk melindunginya dari pembajakan dan plagiarisme, ada hak cipta. Nah, itu untuk soal karya.
Lantas bagaimana kalau nama anak ingin dilindungi hak cipta agar tidak dijiplak orang tua lainnya? Mungkin kita harus membeli Pengadilan Negeri, kantor lurah, dan camat di seluruh negeri untuk melarang menerbitkan akta kelahiran seorang bayi yang dinamakan dengan nama yang kita bikin. Sepertinya sulit.
ADVERTISEMENT
Nama Franda dan Zylvechia pun naik di Twitter karena pemberitaan ini. Ada warganet sampai mengusulkan kepada Presiden Jokowi untuk menamai ibu kota baru dengan nama Zylvechia City. Tak terbayang bagaimana nanti DM Instagram Jokowi diserang Franda: “Seriously your capital city doesn’t deserve that name!”
Terus, Jokowi balas: “Bukan urusan saya.”