Saran agar 'Hotman Paris Show' Tidak Disetop KPI

Haris Firmansyah
Penulis buku 'Petualangan Seperempat Abad'.
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2019 14:59 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Haris Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Hotman Paris. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hotman Paris. Foto: Dok: Maulana Saputra/kumparan.
ADVERTISEMENT
Perseteruan Nikita Mirzani vs Elza Syarief berbuntut panjang. Akibatnya, acara televisi yang mewadahi keributan itu kena sanksi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Di akun Instagram KPI Pusat disebutkan acara yang dipandu oleh Hotman Paris itu dihentikan selama dua kali penayangan, sama dengan dua minggu.
ADVERTISEMENT
Tentunya, sanksi tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap hajat hidup Hotman Paris. Pasalnya, beliau mengaku tidak cari duit dari televisi. Penghasilan dari profesi pengacara skala internasional sudah lebih dari cukup, bahkan sudah tumpah-tumpah. Jadi, mungkin beliau jadi host cuma untuk membantu menaikkan rating dan sharing stasiun televisi yang menayangkan programnya. Sebenarnya, televisi yang butuh Hotman Paris, bukan Hotman Paris yang butuh televisi.
Keputusan KPI untuk meliburkan Hotman Paris selama setengah bulan ini dilatarbelakangi adanya adegan kemarahan yang berlebihan di acara televisi tersebut. Saat itu Bang Hotman memang hanya tepekur sementara Nyai Nikita Mirzani mengomeli kuasa hukum mantan suaminya. Adegan tersebut sampai merajai kolom trending di YouTube. Amukan Nyai pun menyebar lintas platform.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, kejadian itu sudah lama. Sekitar sebulan yang lalu, tapi kenapa baru diperkarakan sekarang? Ternyata respons KPI perlu loading yang tidak sebentar ya.
Sikap slow response KPI ini bisa membingungkan pihak televisi yang kena teguran. Pasalnya, umur sebuah program di televisi itu tidak ada yang tahu. Semua tergantung rating, sharing, dan jualan iklan. Ada yang panjang umur seperti sinetron yang isinya seyeng-seyengan itu. Ada juga yang bertahan tidak lebih dari sebulan. Sementara itu, KPI bisa memperkarakan kasus yang sudah lewat sebulan lalu.
Di kemudian hari, bisa saja acara televisi yang kena teguran KPI itu aslinya sudah "bungkus" alias sudah tidak ditayangkan lagi. Terus, untuk apa disanksi? Bukannya diucapkan belasungkawa.
Hotman Paris boleh saja membanggakan acaranya yang dapat peringkat satu kategori infotainment berkat pamor dirinya. Namun, apabila dihentikan penayangannya oleh KPI, pencapaian itu bakalan terasa percuma. Untuk itu, Hotman Paris perlu mempertimbangkan saran-saran berikut.
ADVERTISEMENT
1. Ganti Nama Program
Untuk mengelabui KPI, gantilah nama acara yang sudah kena sanksi. Tidak usah pusing-pusing memikirkan nama acara baru. Jika sebelumnya nama acaranya "Hotman Paris Show", cukup diganti menjadi "Bukan Hotman Paris Show". Hal ini pernah dilakukan oleh talkshow yang dibawakan Tukul Arwana. Dengan jurus itu, Bukan Empat Mata justru semakin populer dan panjang umur programnya.
Kalau namanya "Bukan Hotman Paris Show", jadi tidak relevan kalau masih Hotman Paris yang membawakan acaranya. Otomatis host acaranya diganti dengan lawyer/pengacara lain. Misalnya, Farhat Abbas.
Asalkan nanti ketika Farhat Abbas jadi host, jangan mengundang bintang tamu Hotman Paris dan Elza Syarief untuk membahas kasus Nikita Mirzani. Bukan apa-apa, ini katanya acara infotainment, tapi kok isinya pengacara semua? Kalau pengacaranya sibuk ngegosip, bisa-bisa meja hijau sepi. Lalu terjadi pergeseran tren profesi, mahasiswa FISIP, begitu lulus nggak jadi pengacara, tapi jadi pembawa acara.
ADVERTISEMENT
2. Berantem Boleh, Asal Berdasarkan Skrip
Mungkin acaranya Hotman Paris baru sekali-dua kali menayangkan orang adu mulut. Sementara itu, Rumah Uya bisa setiap episode ada yang berantem. Namun, acaranya Uya aman-aman aja. Apakah Uya Kuya sudah menghipnotis komisioner KPI?
Mungkin karena KPI tahu bahwa berantemnya partisipan acara itu adalah settingan alias berdasarkan skrip. Bisa saja kan KPI menilai acaranya Uya Kuya sebagai sinetron berformat talkshow? Sementara Nikita Mirzani marah-marah itu asli dan dari hati.
Strategi ini bisa ditiru oleh Hotman Paris agar acaranya lebih dramatis tapi aman di mata KPI. Mengikuti acara Uya Kuya yang melibatkan beberapa tamu dari talent bayaran dan berdialog berdasarkan naskah tim kreatif.
Pesan moralnya, janganlah marah karena merasa benar, tapi marahlah karena dibayar.
ADVERTISEMENT
3. Kasih Value seperti Sinetron Azab
Dalam sebuah acara tanya-jawab, komisioner KPI berpendapat bahwa sinetron Azab yang mengeksploitasi jenazah itu masih ada value-nya, jadi aman dikonsumsi masyarakat. Kendati adegannya tidak masuk akal, seperti jenazah dikejar-kejar gas elpiji, diserbu kerbau, dan ketiban meteor.
Nah, mencontoh semangat sinetron religi yang mengajarkan kebaikan, Hotman Paris harus membuat dua kubu bintang tamu yang semula berseteru, jadi berdamai di episode selanjutnya. Bintang tamu yang di episode yang lalu marah-marah, akhirnya insyaf dan meminta maaf. Pertaubatan itu terjadi setelah dia mengalami rentetan akibat dari amarahnya yang tak terkontrol: kasusnya dibawa ke jalur hukum, sepi job, dan klub sepakbola favoritnya kalah.
Lalu, acaranya ditutup dengan kata-kata bijak dari Maman Suherman. Kang Maman pun membacakan notulen untuk episode itu.
ADVERTISEMENT
"Marah mungkin bisa bikin lega, tapi itu tandanya orang tega. Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan nada tinggi, bisa juga dengan nada yang tidak tinggi. Bermaaf-maafanlah walaupun hari ini bukan Lebaran. Sama seperti beli baju baru tidak perlu menunggu Lebaran."