Konten dari Pengguna

Tradisi Tarak pada Ibu Hamil: Jadi Penyumbang Kematian hingga Stunting

Harisatun Najwa
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
9 Mei 2023 11:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harisatun Najwa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu hamil pakai sunscreen. Foto: New Africa/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil pakai sunscreen. Foto: New Africa/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi tarak berarti menahan hawa nafsu, baik berupa makanan, minuman, dan hal-hal lain yang dirasa pantang untuk dilakukan. Namun, bagi sebagian masyarakat Jawa, istilah tarak diartikan sebagai pantangan untuk mengkonsumsi makanan tertentu sebagai upaya menghindari hal-hal yang mereka percayai dapat membahayakan.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini telah turun temurun dan bersifat seolah-olah memaksa dan memiliki sanksi yang tegas namun tidak terbukti kebenarannya. Kepercayaan masyarakat Jawa akan tradisi ini umumnya berlandaskan pada peristiwa kebetulan yang telah terjadi di masa lampau sehingga tercipta perasaan takut yang turun temurun.
Tradisi tarak ini umumnya dilakukan oleh ibu hamil, di mana sang ibu tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging sapi. Dra. Shrimarti Rukmini Devy, M.Kes, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, telah membagikan pengalaman beliau saat melakukan survei lapangan mengenai tradisi ini.
Pelaku tradisi percaya bahwa apabila ibu hamil mengkonsumsi daging sapi maka darah yang dikeluarkan saat persalinan akan berbau amis dan dapat menjadi aib bagi ibu. Kepercayaan ini tentunya tidak terbukti secara ilmiah maupun secara logika.
Ilustrasi Daging Sapi Foto: Shutterstock/Stciel
Faktanya darah akan berbau amis jika darah teroksidasi atau mengalami proses pembusukan. Bau amis pada darah dapat disebabkan oleh adanya bakteri dan jamur yang memecah protein dalam darah dan menghasilkan senyawa kimia yang berbau busuk, dan bukan karena mengkonsumsi daging sapi.
ADVERTISEMENT
Selain daging sapi, pelaku tradisi tarak menyatakan bahwa ibu hamil juga tidak diperbolehkan mengkonsumsi udang dan cumi-cumi karena dipercayai dapat menyebabkan sang bayi nantinya akan berbadan bengkok serta memiliki kaki lebih dari dua seperti halnya udang dan cumi-cumi.
Padahal kita semua tahu bahwa dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, asam lemak omega-3, dan zat besi seperti daging sapi dan udang justru memberikan manfaat bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya, di mana dengan mengkonsumsi sumber protein, asam lemak omega-3, dan zat besi yang cukup maka ibu hamil dapat terhindar dari anemia dan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar serta mengurangi risiko kematian ibu akibat pendarahan.
Tradisi tarak ini akan tetap lestari apabila pengetahuan masyarakat tentang kesehatan kurang, sehingga diperlukan upaya prelevansi dan intervensi sesegera mungkin, baik dari kalangan masyarakat itu sendiri, tenaga promosi kesehatan, hingga pemerintah.
ADVERTISEMENT
Apabila tradisi ini dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan bahwa angka kematian ibu dan bayi akan meningkat. Hal itu dapat terjadi karena apabila ibu hamil kekurangan nutrisi maka dapat memengaruhi kesehatan dan perkembangan janin yang dikandungnya. Beberapa masalah yang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi pada ibu hamil antara lain:
Ilustrasi ibu hamil berjemur di bawah matahari. Foto: Margo Basarab/Shutterstock
Selain tradisi tarak yang dilakukan ibu saat hamil, tarak juga dilakukan sang ibu pasca melahirkan, di mana telur dan daging dilarang untuk dikonsumsi dengan dalih akan menyebabkan luka pasca melahirkan akan mengeluarkan nanah.
ADVERTISEMENT
Faktanya, protein merupakan nutrisi penting yang berperan dalam proses penyembuhan luka pada tubuh untuk membentuk jaringan baru, memperbaiki sel-sel yang rusak, dan membantu menguatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi.
Kekurangan protein dapat memperlambat proses penyembuhan luka, sehingga penting bagi seseorang yang sedang dalam proses penyembuhan luka untuk mengkonsumsi protein yang cukup.
Asupan protein yang direkomendasikan oleh American Dietetic Association adalah sekitar 1-1,5 gram per kilogram berat badan per hari selama proses penyembuhan luka bagi orang dewasa.
Ilustrasi makanan sehat. Foto: aslysun/Shuttterstock
Sumber protein yang baik untuk penyembuhan luka antara lain daging tanpa lemak, ayam, ikan, telur, dan susu yang justru dilarang untuk dikonsumsi ibu pasca melahirkan oleh pelaku tradisi tarak ini. Hal ini tentunya membahayakan sang ibu.
ADVERTISEMENT
Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, penyebab angka kematian ibu melahirkan di Indonesia pada tahun 2018 adalah karena pendarahan sebesar 29% lalu akibat infeksi sebesar 22% dan sisanya disebabkan karena eklamsia dan beberapa kelainan. Pendarahan dan infeksi yang dialami ibu pasca melahirkan salah satunya adalah disebabkan karena kekurangan protein.
Melihat kasus di atas, maka perlu dilakukannya upaya untuk menurunkan bahkan menghilangkan tradisi tarak atau kepercayaan akan pantangan terhadap makanan bagi ibu hamil dan ibu pasca melahirkan.
Upaya sosialisasi dan penyuluhan tentang hal ini dapat dilakukan secara terus-menerus oleh petugas kesehatan melalui kader-kader di posyandu.